Salin Artikel

Warga Kesulitan Air Bersih akibat Tanah Bergerak di Kaki Gunung Beser Sukabumi

Bencana geologi yang dilaporkan pertama kali ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi pada 13 Desember 2020, mengakibatkan sumber air bersih ke  Dusun Selagombong keruh.

"Sudah seminggu lebih sumber air bersih kami kotor dan keruh," ujar Nani (37) warga yang tinggal di Jalan Raya Sukabumi-Sagaranten, Dusun Selagombong, Rabu (17/3/2021).

Dia menuturkan, mayoritas warga di RT 002, RW 003 memanfaatkan air bersih untuk kepentingan mandi, cuci dan kakus (MCK) dari aliran Sungai Ciherang.

"Sudah turun temurun manfaatkan air bersih dari aliran Sungai Ciherang," tutur dia.

Hal senada warga lainnya, Euis Mulyani (26). Dia mengaku kesulitan air bersih sejak sepekan lalu dan hingga sekarang belum ada solusinya.

Saat ini, air untuk mencuci pakaian sangat sulit didapat.

"Ia kami kesulitan air bersih. Air bersih kami dari aliran Sungai Ciherang," kata Euis.

Saat ini, untuk memenuhi keperluan air bersih untuk memasak dan minum, terpaksa membeli air isi ulang galon.

Harga per galon Rp 8.000. Kebutuhan setiap hari bisa lebih dari satu galon.

"Kalau untuk mencuci memakai air hujan. Itu pun kalau ada hujan, kalau tidak hujan terpaksa air galon," ujar Euis.

Dia mengungkapkan, sebelum ada tanah bergerak Dusun Ciherang, di kampungnya juga sudah sering kesulitan air bersih. Terutama saat musim kemarau.

"Pernah gali sumur higga lima meter, tapi airnya kurang bagus. Sekarang sudah ditutup lagi," ungkap Euis.

Baik Euis maupun Nani sangat mengharapkan segera ada jalan keluar mengenai kebutuhan air bersih.

"Warga di sini berharap ada sumur bor yang airnya bersih," kata Nani.


Selain Dusun Selagombong, kesulitan air bersih juga dirasakan warga di Kampung Batukutil, Dusun Ciherang.

Bahkan kesulitan air bersih sudah dialami selama sebulan.

"Sejak ada tanah longsor besar dari tanah bergerak di atas, di sini mulai kesulitan air bersih," kata Mulyadi (51) saat ditemui di rumahnya di Batukutil.

"Beberapa mata air yang biasa kami manfaatkan tertimbun tanah longsor," kata Mulyadi yang akrab disapa Parjo.

Kampung Batukutil ini merupakan salah satu kampung yang berlokasi lebih rendah dari lokasi tanah bergerak di Dusun Ciherang.

Kampung Batukutil juga paling terancam tanah longsor dari pergerakan tanah.

Koordinator ProBumi Indonesia Asep Has menjelaskan, material longsoran berupa lumpur dari lokasi tanah bergerak sudah ada yang sampai ke aliran Sungai Ciherang.

"Air keruh ini dampak dari material longsoran," kata Asep setelah mengecek lokasi longsoran, Rabu.

Kepala Desa Cijangkar Heri Suherlan membenarkan bahwa tanah bergerak sudah berdampak pada sumber air bersih untuk masyarakat di Dusun Selagombong.

"Untuk sementara ada 29 kepala keluarga yang mengalami kesulitan air bersih," kata Heri.

Dia menuturkan, pihaknya sedang merencanakan solusi untuk memenuhi air bersih bagi masyarakat.

Beberapa di antaranya mencarikan sumber air bersih yang baru dan membuat bak penampung.

"Bisa juga tetap memanfaatkan air yang ada, namun harus membuat penyaring air hingga bersih," tutur Heri.

Satgas Penanggulangan Bencana Ciherang mencatat, rumah tidak layak huni yang terdampak tanah bergerak sebanyak 21 unit, yang dihuni 24 kepala keluarga atau sebanyak 59 jiwa.

Sedangkan rumah yang terancam berjumlah 116 unit, dihuni 125 kepala keluarga atau sebanyak 396 jiwa.

Jumlah total rumah yang terdampak dan terancam sebanyak 137 unit rumah, yang terdiri dari 149 kepala keluarga atau 455 jiwa.

Untuk total pengungsi sebanyak 59 kepala keluarga yang berjumlah 173 jiwa.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/18/104032978/warga-kesulitan-air-bersih-akibat-tanah-bergerak-di-kaki-gunung-beser

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke