Salin Artikel

Cerita Relawan Pemakaman Jenazah Covid-19, Dijauhi Keluarga dan Peti Jenazah Tak Bisa Masuk Liang Kubur

NUNUKAN, KOMPAS.com – Jenazah pasien Covid-19 menjadi momok tersendiri bagi warga Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Anggapan betapa menakutkannya virus corona, ditambah dengan cara pemakaman jenazah pasien konfirmasi Covid-19 oleh orang orang berbaju hazmat, kian menguatkan stigma dan opini mengerikan bagi warga di perbatasan RI–Malaysia ini.

"Sangat susah mendapatkan orang yang mau memakamkan jenazah Covid-19, butuh tenaga ekstra sampai ada yang bersedia, memberi pengertiannya itu luar biasa susah,’’ujar Koordinator relawan pemakaman jenazah Covid-19 Nunukan, Hasan, Senin (1/3/2021).

Bukan hanya untuk orang awam, bahkan aparat keamanan maupun instansi, memilih tidak berurusan dengan jenazah covid-19.

Padahal, kata Hasan, secara teknis, jenazah tidak lagi menularkan virus Covid-19 karena sudah tak ada kehidupan, terlebih kondisi jenazah terbungkus beberapa lapis plastik, sebelum dimasukkan dalam peti mayat.

‘’Saya menganggap ini hukumnya fardlu kifayah, yang penting ada yang melakukan, itu sudah menggugurkan kewajiban yang lain, intinya ikhlas saja, dan tetap berpedoman pada protap penanganan jenazah Covid-19, setelah itu ikhtiar,’’lanjutnya.


Sempat dijauhi keluarga

Saat pertama kali memakamkan jenazah Covid-19, Hasan mengakui jika dirinya cukup takut dan memiliki kekhawatiran berlebih, karena ia memiliki anak yang masih kecil di rumah.

Namun, ia mencoba memantapkan hati. Baginya, selama mengikuti seluruh petunjuk dalam aturan kepengurusan jenazah covid-19, semua akan baik baik saja.

‘’Saat itu anak istri takut memang, namanya habis menguburkan orang Covid-19, disuruh jauh jauh saya, tapi saya terus kasih mereka video cara memakamkan jenazah Covid-19, lama lama mereka mengerti dan sekarang sudah tidak terlalu parno,’’tuturnya.

Sampai hari ini tercatat ada 1.059 kasus konfirmasi covid-19 di Kabupaten Nunukan, sebanyak 967 pasien sembuh dan ada 17 kasus kematian.

Selama ini, Hasan yang juga menjadi salah satu PNS di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan ini, selalu menjadi yang terdepan bagi proses pemakaman jenazah covid-19.

"Setiap selesai mengubur jenazah, saya buka hazmat di ruangan khusus RSUD Nunukan, saya pulang sudah siap ember depan rumah, saya rendam pakaian dengan deterjen dan cairan desinfektan, bersihkan badan, lalu mandi dalam rumah,’’katanya.

Peti jenazah tak bisa masuk lubang

Dari 17 jenazah yang ia kuburkan bersama 15 relawan jenazah Covid-19 lainnya, Hasan memiliki pengalaman yang tidak terlupakan.

Ada satu jenazah yang susah masuk lubang kubur, meski sudah beberapa kali diperlebar atau diperluas.

"Setiap kita mau menguburkan jenazah, kita koordinasikan panjang peti dan lebarnya, kita lebihkan lubang kuburannya, tapi ada satu jenazah yang benar benar membuat kita bingung karena susah masuk lubang,"kata Hasan.

Tim relawan akhirnya mencoba memperlebar lubang kubur kembali. Tanah makam yang berbatu menjadi tantangan tersendiri bagi relawan. Mereka harus memperlebar makam dengan baju hazmat dan masker, sehingga rasa sesak dan suhu badan yang meningkat membuat mereka lemas.

Untuk sekedar minum, mereka takut melepas masker, beberapa kali mereka istirahat dan berbaring, namun begitu peti jenazah kembali dimasukkan, masih saja tersangkut, dan tak mau masuk.

"Akhirnya kita sandak (linggis) tanah bagian samping lubang, saat peti masih separuh masuk, kita sisik terus tanahnya, begitu peti masuk, kita cepat timbun dan segera pulang, saya enggak mau bilang itu mistis, tapi itu sedikit menakutkan,"katanya.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/02/055500678/cerita-relawan-pemakaman-jenazah-covid-19-dijauhi-keluarga-dan-peti-jenazah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke