Salin Artikel

Sempat Jadi Buruh Cuci, Mantan Atlet Dayung Jambi Berencana Jual Medali karena Anak Sakit, Ini Ceritanya

Nama Leli sempat viral beberapa waktu lalu di media sosial setelah ia berniat menjual medalinya.

Keputusan tersebut diambil karena Leli membutuhkan biaya pengobatan untuk anak bungsunya, Habibah atau Dedek, yang menderita Epidermolysis bullosa (EB).

Penyakit tersebut menyebabkan kulit Habibah rapuh dan mudah terluka.

“Kalau pakai baju tidak bisa lama-lama. Kulitnya menempel di baju dan luka,” kata Leni saat mengantar Kompas.com mengunjungi kamar.

Setelah tak aktif lagi menjadi atlet dayung, Leni sempat mencari pendapatan sebagai buruh cuci di rumah-rumah.

Ia memilih bekerja sebagai buruh cuci karena lelah dengan janji pemerintah terkait kesejahteraannya. Sesekali ia juga melatih dayung. Namun, penghasilan yang ia dapat dibilang rendah.

Walaupun demikian, Leni tak putus semangat. Ia membangun sekolah untuk anak-anak di skeitar rumahnya yang berasal dari sekitar rumahnya.

Selain mendirikan PAUD, ia juga mengelola PKBM yang mengajar kejar pake A, B, dan C.

Ia membangunnya secara mandiri melalui bank sampah yang ia kelola dan dari uang hasil melatih mendayung di Indonesia atau pun dari Malaysia.

Namun, secara teknis masih ada kendala Leni membangun sekolah. Salah satunya tidak memiliki komputer untuk memasukkan data anak ke data pokok pendidikan.

Leni bercerita, komputer lama mereka telah rusak dan uang yang dimiliki diprioritaskan untuk membayar guru yang mau mengajar di sekolahya.

“Kami belum bisa memasukkan data anak ke dapodik (data pokok pendidikan) karena kami tidak punya komputer untuk memasukkan data tersebut,” kata Leni.

“Ada 20 UMKM binaan kami,” kata dia. Para pelaku UMKM ini juga berasal dari keluarga menengah ke bawah.

Namun, dari 20 UMKM yang ia bina, hanya satu dua yang mendapatkan bantuan pemerintah.

Dia sendiri tidak tahu penyebabnya. Namun, baginya, yang terpenting adalah anak dan beberapa keluarga di Kampung Legok tempat dia tinggal punya kegiatan positif.

Menurut Leni, gerakan pendidikan harus disertai gerakan ekonomi. Selain itu, dia juga mengadakan pengajian-pengajian.

“Kita juga ada rumah tahfiz, tempatnya di sinilah, di rumah ni,” kata dia.

Karena kondisi keluarganya yang pas-pasan, Leni berinisiatif mendaftar sebagai atlet dayung. Walaupun sempat dilarang oleh orangtuanya, Leni memulai kegiatannya sebagai atlet dayung.

Pada 1997, Leni bersama timnya meraih 3 emas di The World Dragon Boat Racing Championship di Taipei.

Kemudian mendapat 2 emas pada kejuaraan dunia di Hong Kong, lalu kejuaraan Asia di Singapura.

Selain itu, dia juga meraih 2 emas dan 1 perak pada Sea Games Indonesia pada 1997.

Selanjutnya pada 1999, Leni meraih medali emas dan perak pada Sea Games di Brunei Darussalam.

Kemampuan Leni dinilai bisa menyamai atlet senior dan langsung dikirim ke Jakarta.

Ia bercerita salah satu kenangan yang berkesan adalah saat ia ke Australia pada Oktober 1997. Saat keluar dari pesawat, ia menggigil kedinginan karena suhu udara minus nol derajat.

Kala itu, menurut Leni, salah satu rekannya asal Papua yang bernama Martinus sempat mimisan saat berlatih karena suhu udaranya yang sangat dingin dan Martinus tak mengenakan jaket.

Leni tersenyum saat menceritakan masa-masa itu dan dia bersama rekan-rekannya berhasil pulang membawa emas untuk Indonesia.

Yang membanggakan, saat mereka memenangkan medali di Melbourne, Leni dan kawan-kawannya diundang ke sebuah universitas yang memiliki fakultas olahraga.

Saat itu, dia merasa bangga pada diri sendiri, karena bisa membanggakan orangtua.

Leni bercerita, saat dikirim ke Jakarta, sang ibu sempat memaksanya pulang ke Jambi. Sesampai di rumah, ia tekejut saat melihat banyak hantaran di ruang tamu.

“Siapa yang mau kawin ni?” kata Leni saat bertanya kepada orang di rumahnya pada waktu itu.

Ternyata, dia dijodohkan dengan Ikhsan, pria yang sudah lama menyukainya dan kemudian juga ikut pelatnas dayung.

Hanya saja, Ikhsan tak ikut sampai kejuaraan internasional.

“Bagi Bapak (Ikhsan), olahraga dayung itu untuk kesehatan fisik,” kata dia.

Sejak itu, ibu dan suaminya mendukung pertandingan-pertandingan yang diikuti Leni.

Saat Kompas.com berkunjung di rumahnya, Habibah sedang sibuk nonton YouTube dari layar ponsel.

Di bawah televisi yang menyala, terlihat obat-obatan untuk Habibah. Beberapa bagian tubuh Habibah juga terlihat terluka.

Untuk menjaga kondisi kulit anak bungsunya, Leni selalu menghidupkan pendingin ruangan.

Selain kulit melepuh jika terkena matahari, jari-jari tangan Habibah menyatu oleh kulit yang tumbuh di sela-sela jarinya.

Leni kemudian mengeluarkan lukisan milik Habibah yang ia simpan di lantai dua rumahnya.

“Ini gambar kebakaran hutan, waktu itu setelah Habibah melihat berita kebakaran hutan di televisi,” kata Leni.

Kepada sang ibu, Habibah meyakikan jika dirinya dalam keadaan baik-baik saja.

Dari postingan Instagram @Kemunitaspds5 yang merekam kegiatan-kegiatan komunitas peduli Danau Sipin, terselip beberapa foto Habibah.

Salah satunya memegang foto Jokowi dengan caption, idola Dede.

Dalam catatan Kompas.com, Leni sempat membawa anaknya berobat di Jakarta pada 2012, setelah pemberitaan mengenai kondisi ekonominya yang terpuruk pada saat itu.

Rekan-rekan atlet dayung yang dulu ikut keliling dunia hadir di Jakarta waktu itu dan Leni terharu mengingat hal itu.

Selain itu Leni mengaku setiap kali dia mendengar lagu kebangsaan, hatinya bergetar dan ia meneteskan air mata.

Dia ingat bagaimana usaha-usaha mendapatkan medali dan bagaimana pentingnya kehidupan anak-anak di masa mendatang.

Ada semacam nasionalisme pribadi yang menjadi prinsip Leni. Prinsip ini lah yang membuatnya tak gentar menjalani kegiatannya.

“Kalau saya belum dikehendaki mati, saya belum akan mati. Semua kehendak Allah,” kata Leni.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor : Abba Gabrillin)

https://regional.kompas.com/read/2021/02/15/08280041/sempat-jadi-buruh-cuci-mantan-atlet-dayung-jambi-berencana-jual-medali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke