Salin Artikel

Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu Tempe di Solo Kurangi Produksi dan Perkecil Ukuran

SOLO, KOMPAS.com - Sejumlah perajin tahu tempe di Solo, Jawa Tengah terpaksa harus mengurangi produksi dan memperkecil ukuran.

Hal ini dilakukan imbas dari naiknya bahan baku pembuatan tahu tempe yaitu kedelai.

Seorang perajin tempe tahu, Sunardi (71) mengatakan selalu menggunakan kedelai impor untuk bahan baku pembuatan tahu tempe.

Kedelai itu dia beli dengan harga Rp 8.250 per kilogram dari sebelumnya Rp 6.300 per kilogram.

Namun, sejak harga kedelai naik, Sunardi terpaksa mengurangi ukuran dan ketebalan tahu tempe serta menekan biaya produksi agar bisa tetap bertahan.

"Sekarang hanya bisa bertahan dengan mengurangi produksi dan ukuran ketebalan. Karena dikurangi juga tidak laku," kata Sunardi di rumahnya yang sekaligus sebagai tempat pembuatan tahu di RT 003, RW 003 Krajan, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (2/1/2021).

Sebelum mengalami kenaikan harga, Sunardi mengatakan dalam sehari bisa memproduksi sebanyak empat kuintal terdiri 300 kilogram tahu dan sisa 100 kilogram tempe.

Sejak harga kedelai mengalami kenaikan, Sunardi terpaksa harus mengurangi produksi tahu tempenya hingga 50 persen.

"Sekarang menurun hampir 50 persen. Produksi dikurangi," terang dia.

Sunardi mengaku usaha pembuatan tahu tempe tersebut sudah secara turun temurun yang dimulai sejak tahun 1950.

Selama ini, dia menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku pembuatan tahu tempe karena sari yang dihasilkan lebih banyak dari pada kedelai lokal.

"Dulu pakai kedelai lokal bagus. Tapi sekarang pakai kedelai impor dari Amerika Serikat," kata dia.

Sunardi mengatakan tahu tempe buatannya dijual ke berbagai pasar tadisional di Solo, yakni Pasar Nusukan, Pasar Legi, Pasar Ledoksari dan lainnya.

"Selain di Solo ada yang dijual ke Boyolali, dan Karanganyar," ungkapnya.

Perajin tahu lainnya, Slamet Mujiyono (45) mengatakan kenaikan harga kedelai sudah dirasakan sejak pertengahan Desember 2020. Kenaikan itu berimbas pada hasil produksinya.

Sebelum ada kenaikan harga, Slamet bisa menghabiskan 1 kuintal kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu.

"Sekarang saya kurangi bahan bakunya jadi 80 kilogram. Karena harga kedelai naik," kata dia.

Slamet mengatakan, ia membeli kedelai secara eceran dengan harga Rp 9.250 per kilogram dari sebelumnya Rp 7.500 kilogram.

Agar tidak semakin merugi karena harga kedelai naik, Slamet pun harus mengurangi ukuran tahu dan menekan biaya produksi.

"Saya masih produksi. Ya harus diakali. Ukurannya juga saya kurangi," ungkap dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/01/02/13455601/harga-kedelai-naik-perajin-tahu-tempe-di-solo-kurangi-produksi-dan-perkecil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke