Salin Artikel

"Update" Berkala AI Bikin Alat Deteksi Covid-19 Karya UGM GeNose Makin Pintar

Anggota Peneliti GeNose Dian Kesumapramudya Nurputra mengatakan GeNose perlu dilakukan update Artificial Intelligence (AI) secara berkala seperti software komputer atau Windows.

"Nanti AI akan diupdate setiap bulan," ujar Anggota Peneliti GeNose Dian Kesumapramudya Nurputra saat pemaparan secara daring dengan Menristek/BRIN, Senin (28/12/2020).

Dian menyampaikan untuk update Artificial Intelligence (AI) GeNose tidaklah sulit. Cukup dengan unduh melalui laman daring. Sehingga nantinya semakin lama, kemampuan dari AI akan bertambah.

"Dengan update berkala n antinya akan menjadikan mesin se makin lama makin akurat dan makin pintar," tegasnya.

Dijelaskannya, GeNose C19 bekerja dengan mendeteksi pattern senyawa VoC atau  Volatile Organic Compound. Ilmu mendeteksi VoC bukanlah ilmu yang baru.

Namun pernah dilakukan untuk diagnosis penyakit lainya, terutama kanker paru.

Seiring berkembangnya nano material, maka mulai bisa membuat sensor-sensor sensitif. Sehingga bisa mengukur perbedaan kadar VoC itu secara lebih sensitif.

Alat GeNose dengan sensor-sensor tadi mampu membedakan pola VoC itu secara spesifik. Orang yang sehat itu akan memiliki VoC tertentu dan apabila orang itu menjadi sakit pola VoCnya akan berbeda.

"Termasuk sakit Covid-19 pun akan mengasilkan VoC yang berbeda. Kami berhasil memetakan VoC dari Covid-19," ungkapnya.

Di GeNose memiliki 10 sensor utama. Nantinya sensor ini akan menghasilkan pola yang berbeda. Pola-pola tersebut tergantung dengan kadar VoC yang dideteksi.

"Pola-pola itu akan dianalisis oleh mesin Artificial Intelligence (AI) Kami hingga keluar prediksi negatif atau positif dengan presentasenya mulai dari 50 persen-99 persen dan disesuaikan dengan kadar temperatur dan kelembaban pada saat itu," tuturnya.


Akurasi hingga 97 persen

Guna memastikan validasi dan akurasinya dilakukan profeling. Hasil anaslisi profeling dapat mencapai akurasi lebih dari 97 persen.

"Hasil itu luar biasa, tapi Kami tidak langsung percaya, apa benar 97 persen itu karena pada saat itu akurasi yang dilihat adalah akurasi keajegan dari otak mesin itu," ungkapnya.

Demi memastikan keajegan akurasi dari otak tersebut, maka diperlukan uji diagnostik. Dimana dikomparasi secara head to head dengan PCR (P olymerase Chain Reaction). Uji klinis ini dilakukan di 8 rumah sakit di Indonesia.

Di uji klinis ini melibatkan 1.476 subyek suspek COVID-19 atau berkontak erat. N amun pada waktu itu dari Kemenkes meminta tambahan sebanyak 523 subyek. Tambahan ini untuk melihat performa mesin kalau screningnya bebas pada populasi umum.

Hasilnya didapatkan sensitivitas antara 89 persen- 92 persen. S pecificity antara 95 persen-96 persen.

"Artinya apa bila orang itu melakukan pemeriksaan Covid-19 tanpa GeNose positivity rate 24 persen, jika menggunakan GeNose bisa terdeteksi lebih tinggi lagi sampai 87 persen," ungkapnya.

Dian menuturkan di awal penggunaan GeNose C19, mesin perlu dikalibrasi dan dicek ulang setelah testing 5.000 sampel nafas. Berikutnya pengecekan dilakukan setelah pemeriksaan 150.000 sampel nafas apabila muncul multifungsi atau gangguan.

Diberitakan sebelumnya, Alat pendeteksi Covid-19 besutan para ahli UGM, GeNose, akhirnya mengantongi izin edar dan siap dipasarkan. Ketua tim pengembang GeNose, Kuwat Triyana, mengatakan izin edar GeNose dari Kemenkes turun pada Kamis (24/12/2020).

https://regional.kompas.com/read/2020/12/30/07473341/update-berkala-ai-bikin-alat-deteksi-covid-19-karya-ugm-genose-makin-pintar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke