Salin Artikel

Sumbar Kehilangan 8.015 Hektar Hutan, Diduga karena Izin Pembukaan Lahan

Berdasarkan data Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi tercatat luasan hutan di Sumbar mencapai 1.871.972 hektar atau 43 persen dari luas daerah Sumbar pada 2019.

Pada 2020, angka itu menurun menjadi 1.863.957 hektar yang artinya dalam satu tahun terakhir terjadi kehilangan tutupan hutan seluas 8.015 hektar.

"Akumulasi penurunan tutupan hutan tahun 2017-2020 mencapai 31.403 hektar. Fakta ini menyiratkan bahwa Sumatera Barat masih sangat rentan terhadap aktivitas pembukaan kawasan hutan," kata Direktur KKI Warsi, Rudi Syaf dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kompas.com, Rabu (23/12/2020).

Menurut Rudi, dari analisis Citra Satelit Landsat TM 8 yang dilakukan oleh tim Geographic Information System KKI Warsi tahun 2020 tutupan hutan Sumbar tinggal 1,8 juta hektar atau 44 persen dari luas wilayah.

Jika dilihat dalam waktu tiga tahun ke belakang, penurunan hutan paling banyak terjadi di Kabupaten Mentawai sebanyak 7.000 hektar, disusul Dharmasraya 5.000 hektar dan Solok Selatan 4.000 hektar.

Penurunan hutan disebabkan beberapa faktor di antaranya adalah adanya izin baru untuk perusahaan logging.

Deforestasi juga disebabkan oleh adanya upaya pembukaan lahan baru untuk perladangan, tambang emas ilegal dan lainnya.

“Analisis yang kami lakukan, terlihat bahwa tambang emas ilegal sudah masuk ke dalam kawasan hutan. Terdapat 4.000 hektar kawasan sempadan sungai yang sebagiannya berada dalam kawasan hutan di rusak oleh penambangan emas ilegal,” kata Rudi.

Dikatakannya kehilangan hutan telah menyebabkan berbagai bencana dan konflik yang tak kunjung usai.

Dalam catatan Warsi tahun ini tercatat enam kali banjir bandang yang menyebabkan empat orang tewas, tiga orang luka dan 18 rumah rusak.


Selain itu juga tercatat banjir yang kerap menyinggahi hampir semua kabupaten kota di Sumatera Barat.

“Kami juga mencatat kasus konflik satwa dengan manusia yang cukup tinggi. Sedikitnya lima ekor harimau berkonflik di beberapa tempat dan tiga ekor harimau sudah ditangkap oleh tim BKSDA,” jelas Rudi.

Kondisi ini memperlihatkan Sumbar dengan topografi perbukitan dan pegunungan harus lebih waspada dalam mengelola kawasan hutannya.

Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi Usama Putra mengakui adanya kehilangan tutupan hutan di Sumbar.

Malahan, menurut Yozarwardi, untuk tahun ini ada 11.764 hektar penurunan tutupan hutan dan dalam tiga tahun terakhir mencapai 44.000 ribu hektar.

"Berdasarkan data yang ada kita ada 11.764 hektar penurunan tutupan hutan," kata Yozarwardi yang dihubungi Kompas.com, Rabu (23/12/2020).

Yozarwardi mengatakan data yang didapatnya berdasarkan hasil citra satelit dan cek lapangan ke lokasi sehingga menimbulkan perbedaan data.

Untuk penyebabnya, kata Yozarwardi adalah karena adanya pengalihan status hutan yang memiliki izin seperti pembukaan lahan untuk perkebunan, pemukiman, jalan dan lainnya.

"Untuk pembalakan liar dan pembakaran hutan memang ada, tapi sedikit dan tidak menjadi faktor utama," kata Yozarwardi.

Yozarwardi menilai, penurunan tutupan hutan di Sumbar angkanya lebih kecil dibandingkan provinsi tetangga seperti Riau, Sumut atau Jambi.

"Angka kita masih di bawah provinsi tetangga. Ini dikarenakan langkah antisipasi untuk kasus pembalakan liar maupun kebakaran hutan sudah kita antisipasi jauh-jauh hari," jelas Yozarwardi.

https://regional.kompas.com/read/2020/12/23/17061771/sumbar-kehilangan-8015-hektar-hutan-diduga-karena-izin-pembukaan-lahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke