Salin Artikel

Didiagnosis Gizi Buruk, Dominggus Berpulang Tinggalkan Adik yang Lumpuh dan Ibu di Gubuk Reyot

Namun ternyata Tuhan berkehendak lain.

Remaja asal Kampung Rada Loko, Desa Mali Iha, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu meninggal dalam proses penanganan medis.

Dominggus meninggalkan ibunya, Regina Deta Karere (38).

Sang ibu sudah hampir delapan tahun merawat Dominggus yang mengalami kelumpuhan.

Regina saat ini masih harus berjuang menjalani hidup bersama anak keduanya yang juga lumpuh, Ferdianus Bali Mema (10) di sebuah gubuk reyot.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu kisah ini. Sumbangan rezeki Anda akan sangat bermanfaat, klik di sini untuk donasi.

Remaja itu bertahun-tahun lumpuh akibat gizi buruk.

Kerabat Regina, Lukas Loghe Kaka (27), mengatakan Dominggus meninggal setelah beberapa jam masuk rumah sakit, Kamis (10/12/2020).

"Kan masuknya sore. Malamnya sudah meninggal," kata Lukas saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/12/2020).

Menurutnya, dokter mendiagnosis Dominggus mengalami gizi buruk kronis.

Selama ini remaja tersebut tak pernah mendapatkan pertolongan medis lantaran terkendala biaya.

Setelah mengembuskan napas terakhir, jasad Dominggus disemayamkan di rumah pamannya dan dimakamkan di Rada Loko.

Bahkan Regina sempat merasa seperti tidak punya harapan lagi.

"Karena anak saya sudah meninggal begitu. (Saya) selalu ingat sama dia. Saya kepikiran setiap hari. Hidup ini tidak ada harapan lagi," kata Regina saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/12/2020).

Namun keberadaan adik Dominggus masih membuatnya tegar dan harus menjalani tugasnya sebagai ibu.

Tak ada gejala yang dialami Ferdianus sebelum mengalami kelumpuhan.

Tiba-tiba Ferdianus tidak bisa berjalan.

Namun tiga bulan lalu Ferdianus telah dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.

Tinggal di gubuk, makan hanya sekali sehari

Selama ini, Dominggus beserta Regina dan Ferdianus tidur di sebuh gubuk reyot seluas 4x5 meter.

Dindingnya hanya terbuat dari kayu dan bambu. Itu pun tidak menutup seluruh bagian.

Tak ayal jika mereka selalu kedinginan saat tidur di malam hari.

Untuk menghidari gigitan nyamuk, mereka menggunakan kelambu di tempat tidur mereka.

Mereka juga terpaksa makan satu kali setiap hari karena bahan makanan yang ada di dapur sangat terbatas.

"Sekali saja, (makan) siang. Itu saja. Malam (dan pagi) tidak ada lagi. Kalau lauknya daun ubi (singkong)," ujar Regina lirih.

Selain itu, Regina juga hanya memiliki satu periuk untuk memasak nasi serta sayuran.

Melanjutkan hidupnya, Regina kini tetap berjuang. Ia harus mencari nafkah serta merawat Ferdianus, adik Dominggus yang juga menderita gizi buruk.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu kisah ini. Sumbangan rezeki Anda akan sangat bermanfaat, klik di sini untuk donasi.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Sumba, Ignasius Sara | Editor : Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2020/12/16/12003921/didiagnosis-gizi-buruk-dominggus-berpulang-tinggalkan-adik-yang-lumpuh-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke