Salin Artikel

Kisah Heroik Mayor Abdurahman, Pejuang Sumedang Calon Pahlawan Nasional

Meski pemerintah tidak meliburkan tanggal 10 November sebagai hari libur nasional, namun Hari Pahlawan dijadikan sebagai momentum untuk mengenang jasa para pahlawan agar generasi muda Indonesia tidak melupakan sejarah masa lalu bangsanya.

Sebagai wujud penghargaan negara kepada jasa para pahlawan, pemerintah juga menobatkan nama-nama yang dianggap berandil besar dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

Di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat sendiri terdapat makam pahlawan asal Aceh, Cut Nyak Dien.

Cut Nyak Dien diasingkan pemerintah Hindia Belanda dari tanah kelahirannya, Aceh ke Sumedang hingga wafat di Sumedang pada 6 November 1908.

Selain Cut Nyak Dien, sejumlah nama pejuang kemerdekaan asli asal Kabupaten Sumedang belum ada satu pun yang meraih gelar sebagai Pahlawan Nasional.

Pangeran Mekah dan Pangeran Kornel

Ketua Dewan Kebudayaan Sumedang (DKS) Tatang Sobana mengatakan, sebelumnya Pemkab Sumedang telah mengusulkan dua nama pejuang asal Sumedang untuk dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Kedua nama tersebut yaitu Pangeran Mekah atau bernama asli Pangeran Aria Soeriaatmadja dan Pangeran Kornel.

Kedua nama ini telah diusulkan Pemkab Sumedang karena dianggap berjasa melawan penjajah Belanda pada masanya.

Namun, hingga saat ini, pemerintah Indonesia belum menobatkan keduanya sebagai pahlawan nasional.

Budayawan Sumedang yang akrab disapa Apih ini menuturkan, pengusulan kedua nama ini sebagai pahlawan nasional masih dalam kajian pemerintah pusat.

"Sumedang saat ini memang belum mempunyai pejuang yang menjadi pahlawan nasional," ujar Apih kepada Kompas.com di Sumedang, Senin (10/11/2020) sore.

Kisah perjuangan Mayor Abdurahman

Selain dua nama pejuang ini, kata Apih, ada nama Mayor Abdurahman yang jasanya begitu dikenang masyarakat Sumedang hingga namanya diabadikan menjadi nama jalan di kawasan perkotaan Sumedang.

Apih menuturkan, Mayor Abdurahman gugur di medan perang kala agresi militer yang dilancarkan pemerintah Hindia Belanda, pada 11 April 1949.

Apih menyebutkan, saat agresi militer itu, Mayor Abdurahman gugur saat terjadi pertempuran heroik antara Kompi III Pasukan Pengawal Panglima Siliwangi di bawah Komandan Kapten Eddy Soemadipradja, atau R Achmad Sadeli Soemadipradja, dengan Pasukan Baret Hijau Belanda.

Mayor Abdurahman, kata Apih, yang kala itu menjabat sebagai Komandan Batalyon II/Tarumanegara bertahan dalam kepungan yang rapat di Desa Cibubuan, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang.

Di mana, kata Apih, Mayor Abdurahman memiliki andil besar dalam mengamankan Panglima Siliwangi yaitu Kolonel Sadikin.

Saat itu, Panglima Siliwangi menjadi target utama dari Pasukan Baret Hijau Belanda yang dikenal bengis terhadap para pejuang Indonesia.

"Tetapi dengan sangat rahasia, dua jam sebelum terjadinya pertempuran, Mayor Abdurrahman, telah terlebih dulu mengamankan Panglima Siliwangi ke wilayah Kecamatan Darmaraja," tutur Apih.


Ditembak mati dari jarak dekat

Hingga akhirnya, kata Apih, dalam pertempuran di batas Desa Cibubuan tersebut Mayor Abdurrahman tertangkap hingga ditawan sebelum akhirnya ditembak mati dari jarak dekat oleh Pasukan Baret Hijau Belanda, karena tak kunjung memberitahukan keberadaan Kolonel Sadikin.

Apih menyebutkan, karena kecintaan dan menjadi simbol perjuangan masyarakat di wilayah Kecamatan Conggeang, Mayor Abdurrahman akhirnya dimakamkan di Dusun Sampora, Desa Cibubuan, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang.

"Dengan perjuangannya tersebut, kami dari Dewan Kebudayaan Sumedang sangat mendorong jika Mayor Abdurahman dinobatkan sebagai pahlawan nasional," sebut Apih.

Terlepas dari itu, pada momentum Hari Pahlawan ini, Apih mengajak kepada generasi muda untuk tidak melupakan sejarah.

"Bagaimana peran para pejuang kemerdekaan, termasuk Mayor Abdurahman, dalam mengorbankan jiwanya untuk bangsa dan negara ini harus jadi motivasi bagi generasi muda untuk terus berkarya. Tidak hanya sekadar mengenangnya," tutur Apih.

Wacana ini, kata Dony, telah dibahas dengan salah seorang sejarawan Universitas Padjadjaran Nina Lubis.

"Kami sebelumnya telah mewacanakan pengusulan Mayor Abdurahman menjadi pahlawan nasional. Bahkan, saya sudah bertemu dan membahasnya dengan sejarawan Unpad Prof Dr Nina Lubis," ujar Dony kepada Kompas.com di Gedung Negara, Sumedang, Senin (9/11/2020).

Dony menyebutkan, untuk mewujudkannya, langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat buku terkait Mayor Abdurahman.

Setelah itu, kata Dony, harus diseminarkan terlebih dahulu sebelum nantinya diusulkan kepada pemerintah pusat menjadi pahlawan nasional.

"Hasil pembahasan, harus ada dulu bukunya, kemudian diseminarkan. Kami akan berupaya untuk mewujudkannya karena sampai saat ini, Sumedang belum memiliki pejuang yang sudah dinobatkan sebagai pahlawan nasional," tutur Dony.

Dony menambahkan, momen Hari Pahlawan Nasional, 10 November ini tidak hanya menjadi pengingat jasa para pahlawan.

"Momentum Hari Pahlawan ini harus menjadi spirit dalam mengisi kemerdekaan dengan karya dan berbuat lebih baik lagi. Tentunya, selain mengenangnya juga, kita semua harus mendoakan para pejuang, para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan bangsa ini," kata Dony. 

https://regional.kompas.com/read/2020/11/10/08182421/kisah-heroik-mayor-abdurahman-pejuang-sumedang-calon-pahlawan-nasional

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke