Salin Artikel

Banyak Toko Bangkrut, Pasar Baru Bandung Kini Tak Lagi Jadi Primadona

Pasar Baru menjadi lokasi belanja primadona ketika wisatawan datang ke Kota Bandung.

Selain karena harga komoditi sandang yang ditawarkan terbilang murah, model fesyen yang dijual pun cukup lengkap dan bervariatif.

Datangnya pandemi Covid-19 ke Indonesia sejak awal 2020 hingga saat ini cukup telak memukul perputaran uang di Pasar Baru Bandung.

Dari data Himpunan Pedagang Pasar Baru (HP2B) Bandung, sejak diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan angka penyebaran virus corona, ribuan kios tutup.

“Dari 5.200 ruang dagang, hampir 60 persen sudah tidak sanggup lagi berjualan dan berniaga,” kata Ketua HP2B Bandung Iwan Suherman saat ditemui di Pasar Baru Bandung, Jalan Otista, Kota Bandung, Senin (9/11/2020).

Banyaknya toko yang tutup dan bangkrut di Pasar Baru Bandung juga menyebabkan ribuan pelayan toko dipecat dan dirumahkan.

“Bisa dikatakan Pasar Baru Bandung adalah klaster baru yang melahirkan pengangguran di Kota Bandung,” ungkapnya.

Dari oleh-oleh haji hingga seragam sekolah

Iwan menjelaskan, beberapa jenis usaha yang cukup terdampak adalah oleh-oleh haji dan umrah.

Menurut Iwan, biasanya jemaah yang pulang atau akan menjalankan ibadah haji atau umrah, biasanya akan membeli oleh-oleh seperti kurma, kacang-kacangan dan air zamzam kemasan.

Kemudian, membeli perangkat haji dan umrah di Pasar Baru Bandung untuk menghemat pengeluaran.

“Dengan adanya kebijakan tidak boleh berangkat haji dan umrah, maka usaha oleh-oleh dan perangkat haji juga lumpuh,” kata dia.


Kemudian, yang juga lumpuh adalah sektor usaha seragam sekolah, lantaran tidak ada siswa yang membeli seragam sekolah di tahun ajaran baru.

“Biasanya pasar-pasar se-Jawa Barat belanja ke Pasar Baru. Sekarang tidak ada yang sekolah, otomatis memperparah kondisi Pasar Baru,” ucap dia.

Beberapa negara yang menjadi langganan Pasar Baru dan memberlakukan lockdown di tengah pandemi Covid-19 juga memperparah kondisi Pasar Baru Bandung.

“Sebenarnya, sebelum PSBB bulan Maret, kondisi Pasar Baru juga sudah terpuruk, sekarang diperparah Covid-19, ya makin parah,” kata Iwan.

Iwan pun berharap Pemerintah Kota Bandung memberikan perhatian kepada para pedagang dan karyawan toko Pasar Baru Bandung.

Salah satu yang diharapkan adalah subsidi, keringanan pembayaran listrik dan pelayanan kepada para pedagang yang sudah mulai berjualan sejak Juli 2020.

“Kami berharap Pemerintah Kota Bandung mengeluarkan kebijakan dan stimulus agar para pedagang diberikan keringanan atas kewajiban terhadap perbankan dan berbagai pajak guna memulihkan perekonomian Kota Bandung,” ujar Iwan.

Di Pasar Baru Bandung, Kompas.com sempat melihat banyak toko yang tutup dan ditempeli tulisan, "Toko ini dijual/dikontrakan".

Lantaran tidak ada pembeli, pemilik toko dan kios yang masih berjualan pun tampak menghabiskan waktu bermain catur dan kartu.

“Ya, toko mah ditinggal saja, enggak ada yang beli juga,” ujar Beno (35), seorang pedagang pakaian.

Sebelum ada pandemi Covid-19, Beno mengatakan, penghasilan per bulannya bisa mencapai angka Rp 40 juta.

“Kalau ada yang beli juga paling sepotong dua potong. Kadang penglaris, kadang enggak,” kata dia.

Senada dengan harapan HP2B, Beno berharap ada keringanan berupa subsidi listrik dan biaya pelayanan.

“Masak kalau kita enggak punya uang harus bayar, kalau bisa tunda dulu lah,” ujar Beno.

Banyaknya toko yang kosong di Pasar Baru Bandung menimbulkan keresahan di antara pedagang.

Sebab, banyaknya selasar yang kosong menyebabkan suasana menjadi kumuh.

“Jadi banyak gelandangan yang tidur di selasar kios,” ungkap Elva (52), seorang pedagang pakaian wanita.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/09/17193891/banyak-toko-bangkrut-pasar-baru-bandung-kini-tak-lagi-jadi-primadona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke