Salin Artikel

Bertahan di Tengah Pandemi, Nelayan Diajarkan Berjualan Ikan via Online

Akibat pandemi, harga ikan hasil tangkapan sempat anjlok.

Ini terjadi buntut dari tersendatnya ekspor lantaran pabrik pengolahan ikan rumah makan, dan restoran tutup, serta para pelaku UMKM yang hanya berani mengambil sedikit pasokan ikan dari biasanya.

Misalnya harga ikan kakap merah anjlok menjadi Rp 5.000 per kilogram. Padahal sebelum pandemi harganya bisa mencapai Rp50.000-55.000 per kllogram.

Begitu juga harga rajungan anjlok menjadi Rp 25.000-Rp 30.000 per kilogram. Sebelumnya, harga rajungan mencapai Rp 70.000-75.000 per kilogram.

"Kasihan juga lihat nelayan waktu itu, sebab harga ikan pada awal-awal pandemi itu memang murah sekali. Tidak ada ekspor, pabrik tutup sementara, begitu juga restoran, tempat makan maupun hotel yang biasa ambil ikan segar dari nelayan," ujar Kepala Dinas Perikanan Heruwidi saat dihubungi, Kamis (5/11/2020).

Melihat dan mendengar keluhan para nelayan, Dinas Perikanan Lamongan lantas coba mendampingi dan mencarikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.

Salah satu langkah yang ditempuh adalah mengajarkan para nelayan menjual hasil tangkapan mereka secara online.

"Kami berikan penyuluhan dan pelatihan kepada kelompok-kelompok nelayan yang ada, bagaimana caranya menjual ikan hasil tangkapan mereka melalui online. Jadi mereka bisa melek (sadar), dengan situasi seperti ini tidak boleh hanya menggantungkan penjualan seperti biasanya," ucap Heruwidi.

Dinas Perikanan Lamongan juga memfasilitasi para kelompok nelayan untuk bekerjasama dengan Lamongan Asosiasi Ikan Olahan (Lasio).

Lasio yang sudah bekerjasama dengan Google, dapat memberikan akses seluasnya terhadap penjualan ikan secara online.

"Kita juga lakukan pemberdayaan nelayan dengan budidaya-budidaya. Contoh, budidaya rajungan. Jadi tidak hanya menangkap di laut, tapi kita sarankan nelayan melakukan budidaya rajungan sendiri," kata Heru.

Dengan melakukan budidaya rajungan, maka nelayan bisa menghemat bahan bakar yang biasa mereka habiskan untuk operasional melaut. Langkah ini diklaim memengaruhi pengeluaran para nelayan.

Para nelayan juga diajarkan untuk mengolah ikan hasil tangkapan, sehingga produk yang dijual tidak sekedar ikan segar, tetapi juga berbentuk olahan yang siap dimakan.

Contohnya mengolah daging rajungan, ikan menjadi sambal, ikan kering, atau bisa dijadikan pentol dan nuget.

"Kita buat seperti itu supaya ada tindakan produksi, karena sudah pasti nelayan akan mendapat nilai lebih ketimbang ikan dijual mentah (ikan segar)," tutur dia.

Sementara terkait UMKM para nelayan, Dinas Perikanan Lamongan sudah menjalin kerjasama dengan Dinas Koperasi Lamongan agar UMKM nelayan difasilitasi dan mendapatkan kemudahan serta pendampingan.

"Untuk jumlah nelayan di Lamongan sendiri ada kurang lebih 20.000 orang. Kemarin sempat beberapa yang kami berikan sembako,. Karena memang terbatas, kami berikan kepada mereka yang benar-benar tidak mampu," ucap Heru.

Terkait penerapan protokol kesehatan, Dinas Perikanan Lamongan juga sudah menyalurkan bantuan kepada para nelayan berupa masker, sembako, dan tempat cuci tangan.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/05/17081731/bertahan-di-tengah-pandemi-nelayan-diajarkan-berjualan-ikan-via-online

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke