Salin Artikel

Kisah Bos Travel Bandung, Banting Setir Bentuk Usaha Pengantar Barang Selama Pandemi Covid-19

Saat itu, isu Covid-19 gencar di dunia. Puncaknya Maret 2020, saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kasus pertama virus corona di Indonesia.

Tak perlu waktu lama, bidang pariwisata langsung terpuruk. Bahkan bisa dibilang, pariwisata merupakan sektor pertama yang terkena dampak.

Salah satu pengusaha yang terkena dampak adalah Joseph Sugeng Irianto, pemilik Rex Tours.

Jual mobil untuk kembalikan uang konsumen

Bisnisnya saat itu berubah drastis. Dari sebelumnya menerima banyak tamu, pemesanan tiket, hingga mengatur perjalanan, kini harus mengembalikan uang konsumen. 

“Banyak perjalanan yang dibatalkan. Uang-uang yang sudah masuk kita refund tanpa potongan untuk menjaga kredibilitas,” tutur Joseph kepada Kompas.com di kantornya, akhir pekan lalu.

Untuk menutup uang refund itu, Joseph terpaksa menjual mobil anaknya. Sebab, dana ratusan juta milliknya masih berada di luar hingga sekarang.

“Entah kapan bisa kembali atau jangan-jangan enggak akan balik lagi, saya gak tahu,” tutur Joseph.

Terpaksa rumahkan pegawai

Setelah berjuang sekuat tenaga, ia pun tak bisa mempertahankan karyawannya. Ia terpaksa merumahkan para pegawai karena perusahaan tidak ada pemasukan sama sekali. 

Di tengah ketidakpastian ini, pikiran Joseph kerap tertuju pada para pegawainya. Saat ini ia bisa menggunakan tabungan untuk bertahan dan membuka bisnis jus kecil-kecilan di rumahnya. Namun bagaimana dengan pegawainya.

Hal serupa dirasakan oleh pengusaha pariwisata lainnya. Akhirnya, enam orang pengusaha pariwisata di Bandung berdiskusi dan berkumpul.


Bentuk usaha pengantaran barang

Mereka adalah I Nyoman Tri Pandita, Agustian Munaf, Iyus Rachmat Chahyana, Yuri Santari, Ayodya Multazam Wijaya, dan Joseph Sugeng Irianto.

Mereka kemudian menginisiasi pembentukan Gogo Xpress yakni perusahaan pengantaran barang berbasis aplikasi.

Perusahaan tersebut dibangun dari modal patungan enam pengusaha tersebut. Mereka sengaja merogoh tabungannya agar para pekerja yang di PHK mendapatkan penghasilan.

“Banyak teman yang tidak bisa bekerja karena tidak ada tamu, sedangkan dapur harus tetap ngebul,” ungkap I Nyoman Tri Pandita.

Di lain pihak ada teman-teman di bidang pariwisata yang banting setir berjualan online.

“Bahkan ada istilah, nanti Departemen Pariwisata berubah jadi Departemen Perdagangan, karena orangnya pada dagang semua,” ungkapnya sambal tertawa.

Gandeng komunitas

Ia kemudian teringat pada teman-temannya di Bandung Tourism Rider Community (BTRC). Mereka adalah sopir bus, tour guide, dan pekerja di bidang pariwisata lainnya yang memiliki motor dan di antaranya membutuhkan pekerjaan.

Itulah mengapa Gogo Xpress didirikan. Mereka mencoba menjembatani kebutuhan tersebut dengan memanfaatkan link di bidang pariwisata yang selama ini terbangun.

Awalnya, ia menjalankan usahanya secara manual melalui WA. Kemudian pelan-pelan ia membangun aplikasinya.

Aplikasi mudah, kini puluhan pengantaran per hari

Ternyata pasarnya lumayan besar. Rata-rata transaksi pengiriman per hari di awal 15-20-an dan terus meningkat.

“Aplikasinya mirip ojek online,” tutur Agustian Munaf.

Ada beragam pelayanan yang ditawarkan dalam aplikasi. Yakni Gogo Xpress, Gogo Nceng, Gogo Kitchen, Gogo Rent, Gogo Cargo, dan Gogo Market.

Berbeda dengan kompetitornya, tidak ada potongan untuk member Gogo. Hanya pengantaran barang wajib menggunakan Gogo Xpress.

Saat ini pihaknya terus mengembangkan perusahaan baru tersebut.

Bahkan beberapa perusahaan besar sudah menyatakan ketertarikannya bekerja sama.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/20/11373721/kisah-bos-travel-bandung-banting-setir-bentuk-usaha-pengantar-barang-selama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke