Salin Artikel

Siapa Sangka Bertanam Sayur Mampu Menyelamatkan Pengusaha Hotel di Tengah Pandemi

Khususnya ketika pemerintah menerapkan lockdown di seluruh Kabupaten Manggarai Timur, NTT.

Dola yang biasa menerima keuntungan Rp 30 juta - Rp 50 juta per bulan dari penghasilan hotel, mulai gelisah karena tamu sepi.

Tak ada pilihan lain, Dola kemudian memilih untuk mengolah lahan.

Bermodalkan tanah dan tenaga, pemilik Hotel Gloria itu mulai membuka kebun sayur di samping rumahnya di Toka, Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, pada Mei lalu.

"Kami satu keluarga kerja pagi dan sore. Kasih gembur tanah dan buat bedeng," ujar Dola kepada Kompas.com saat dihubungi lewat sambungan telepon, Kamis (15/10/2020).

Awalnya, kata pensiunan PNS ini, mereka membuat 18 bedeng dan ditanami sayur kangkung darat dan sawi.

"Minggu ketiga itu sudah bisa panen. Tidak sangka banyak yang datang beli langsung di kebun," katanya.

Dari panen perdana itu, dari satu bedeng sayur dia mendapat keuntungan Rp 200.000. Kemudian hanya dalam tempo tiga pekan, dari 18 bedeng, Dola mampu meraup untung Rp 3,6 juta.

Karena prospek usaha yang menjanjikan, pasca-panen pertama, Dola menambah 10 bedeng lagi sehingga totalnya kini jadi 28 bedeng.

"Saya jadi semangat itu karena sudah rasakan hasil panen pertama. Saya tidak pernah berpikir untuk mendapat uang sebanyak itu dari usaha sayur," ungkapnya.

Kini Dola fokus pada usaha sayuran, meskipun selama era normal baru ini, sudah ada tamu yang mulai menggunakan jasa hotelnya.

"Kita tetap fokus di sayur. Kita kan hanya kerja pagi dan sore di kebun sayur. Selebihnya kita kerja di hotel," ujarnya.

Saat ini, di kebun seluas setengah hektar itu ditanami berbagi jenis sayuran seperti sawi bakso, terung, parea, tomat, dan bayam.

Pilihan jenis sayur yang ditanam sesuai dengan pesanan pelanggan.

"Kita mau jadikan ini 'Dapur Kita'. Artinya, semua kebutuhan sayur masyarakat Toka, Jati dan masyarakat Kota Borong pada umumnya, nanti tersedia di sini," ujarnya.

Kendala

Adapun usaha bercocok tanam yang dtekuni Dola bukan tanpa kendala.

Dola sempat mengalami masa sulit karena cuaca di daerah Manggarai Timur yang begitu panas.

Sayuran yang ditanam rusak dan akhirnya gagal panen.

"Saat memasuki September 2020 dengan cuaca panas 40 derajat celcius serta kesulitan air, maka tanaman sayur di kebun gagal di produksi. Saya dan keluarga berusaha keras dengan siram pagi dan sore, tapi sayurnya rusak," jelasnya.

Pemasaran lewat media sosial

Dola menjelaskan, Facebook dan WhatsApp menjadi media pemasaran yang ampuh di tengah pandemi Covid-19.

Teknologi digital sangat memudahkan untuk penjualan sayur di waktu lockdown.

"Bulan Juni-Agustus 2020, karena pemasaran lewat teknologi banyak warga yang langsung membeli sayur di kebun. Saya dan keluarga tidak bawa ke pasar karena menaati protokol kesehatan yang ditegaskan pemerintah," jelasnya.

Mencari peluang

Alih profesi tidak hanya dilakukan Dola. staf Hotel Ecolodge Labuan Bajo Maria Alfensia Surni juga melakukan hal yang sama.

Saat dihubungi, Surni menceritakan pandemi Covid-19 benar-benar membuat tamu hotel sepi.

Merasakan kondisi yang serba sulit, akhirnya Maria mencari peluang. Salah satunya dengan menanam sayur.

Usaha baru ini dijalani Surni pada Juni. Selain menjual sayur, dirinya juga menjual buah nanas lewat media online, baik Facebook maupun di grup WA.

"Teknologi yang canggih memudahkan saya memasarkan hasil usaha, baik tanaman sayur maupun buah-buahan. Saya memanfaatkan teknologi untuk hal baik dan memasarkan produk-produk dari olahan di kebun," jelasnya.

Selain warga biasa, sayur dan buah yang dijual Surni juga dibeli pelaku pariwisata hingga untuk kebutuhan kapal pesiar di Labuan Bajo.

Harus bangkit dan produktif

Surni tak berhenti dengan menanam sayuran. Kini Surni merambah ke pembuatan kripik pisang dan singkong.

Selain karena diminati, bahan baku singkong cukup murah di pasaran. 

Lagi-lagi pemasarannya lewat media sosial.

"Saat ini saya belajar dari media YouTube untuk olah keripik pisang dan singkong. Harga singkong dengan bahan mentah sangat murah. Pemasarannya lewat media sosial Facebook dan WhatsApp," ujar Surni.

Manfaatkan lahan kosong

Maria Sedis (36), Wakil Ketua Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Paroki Tilir, Kristina Anut (43), dan Vantiana Jemina (37) merupakan tiga wanita di Kampung Tilir, Desa Benteng Riwu, Kecamatan Borong, yang mencoba mengolah lahan kering untuk ditanami berbagai jenis sayura dan cabai.

Kampung Tilir ini terletak di pedalaman Kabupaten Manggarai Timur.

Sedis menceritakan awalnya di Paroki ada seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE).

Lalu Pastor Paroki, Pastor Ferry Rusmiadin memberikan kepercayaan kepada ketiganya untuk menjadi pengurus bahkan menduduki posisi sebagai wakil ketua.

Pastor juga memberikan kepercayaan kepada mereka untuk mengolah lahan kering di samping rumah pastoran untuk diolah dengan berbagai tanaman sayur.

"Kami terima kepercayaan itu," jelasnya di Pastoran Tilir awal Oktober saat Kompas.com mengunjungi lahan sayur tersebut.

Ketiga wanita ini juga membuat pupuk bokashi dengan dedaunan ditambah dengan kotoran kambing.

Kemudian, mereka menggali lubang untuk diisi dengan pupuk. Benihnya disemai kemudian ditanami sawi, picai, dan cabai, serta tanaman jagung.

"Awalnya kami tak percaya diri. Namun, semangat kami sangat terasa ketika sayurnya yang kami tanam membuahkan hasil. Kami dapat upah harian Rp 50.000 tiap hari. Hasil penjual sayur dan cabai sangat memuaskan," ujar Sedis.

"Kami pernah mendapatkan pendapatan dari jual sayur sekali musim panen senilai Rp 12 juta, itupun jualnya di sekitar kampung. Pendapatan itu belum termasuk jual cabai karena saat ini masih berlangsung musim panen," jelasnya.

Adapun pemasaran sayur dan cabai dibantu oleh Pastor Paroki.

Selain itu sayur juga dijual dengan mendatangi pelanggan dari rumah ke rumah. Ada juga yang membeli langsung di kebun.

Usaha di tengah pandemi

Ketiga wanita ini mengaku memanfaatkan masa lockdown di untuk mengolah lahan.

Hal itu dilakukan karena mau tidak mau mereka harus bertahan hidup di tengah pandemi.

"Kami memanfaatkan masa lockdown beberapa bulan untuk mengolah lahan dengan menanam berbagai jenis sayur, cabai, dan jagung," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/16/08465801/siapa-sangka-bertanam-sayur-mampu-menyelamatkan-pengusaha-hotel-di-tengah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke