Salin Artikel

Desa Hargobinangun Sleman Lahirkan Petani Muda

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Menjadi petani mungkin saat ini belum menjadi cita-cita sebagian besar para pemuda.

Kesan, kotor dan anggapan penghasilan yang pas-pasan membuat para pemuda masih sedikit yang ingin menjadi seorang petani.

Namun, justru di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman para anak-anak muda banyak yang memilih menekuni pertanian.

Bahkan, hampir sebagian besar petani di Hargobinangun adalah para anak-anak muda.

"Di sini memang banyak petani-petani usia muda," ujar Siswiyanto (47), Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Hargobinangun, Jumat (11/9/2020).

Di Desa Hargobinangun memang sudah turun-temurun menjadi petani. Namun memang mengalami pasang surut.

Sebab, ada suatu waktu saat generasi muda meninggalkan pertanian.

Mereka kebanyakan mencari pekerjaan di luar sebagai petani.

"Dalam kurun waktu tidak banyak generasi muda yang mau turun ke sawah. Mereka kan kebanyakan terus cari pekerjaan ke luar kota," ucapnya.

Namun, pada sekitar tahun 2000, kondisi berubah.

Anak-anak muda di Desa Hargobinangun dengan sendirinya mulai bertani.

Ketertarikan ke pertanian ini karena hasilnya yang menjanjikan.

Meskipun memang ada campur tangan dari Gapoktan dengan memberi edukasi agar generasi muda kembali tertarik sebagai petani.

"Ya edukasinya, kan anak muda gambaranya kerja enak penghasilanya gede, nah kalau temen-temen edukasinya sudah lihatin hasilnya saja. Ke sawah itu sekarang tidak ada yang jalan kaki tapi pakai kendaraan, itu bisa menjadi daya tarik," tuturnya.

Setelah anak-anak muda tertarik menjadi petani, Gapoktan tidak lantas lepas tangan.

Gapoktan tetap memberikan pendampingan dan edukasi terkait komoditas yang mempunyai nilai jual tinggi.

"Kelompok mengarahkan ini yang nilai jualnya tinggi, nilai jualnya seperti ini. Nanti kalau ada permasalahan dibicarakan bersama-sama di kelompok," ungkapnya.

Saat ini, jumlah petani muda di Hargobinangun hampir setengah dari jumlah petani yang ada.

Meskipun ada anak-anak muda yang full fokus di pertanian. Namun, ada yang menjadi sambilan karena memiliki perkerjaan lain.

"Awalnya budidaya jamur, saat itu memang menjadi komoditas unggulan," urainya.

Namun, saat ini komoditas yang ditekuni petani muda di Desa Hargobinangun semakin berkembang.

Para petani muda merambah ke komoditas sayuran. Ada juga yang mengembangkan hidroponik.

"Padi hanya untuk selingan, kalau sekarang mereka ke aneka sayuran, itu paling banyak. Yang jadi andalan itu Cabe, ada timun, Selada, Caisim, ada Terong," bebernya.

Para petani juga memiliki pasar untuk menjual hasil pertanian mereka.

Bahkan, beberapa kelompok juga sudah menjalin kerja sama dengan supplier supermarket.

"Pemasaranya kita punya titik kumpul untuk sayuran. Beberapa kelompok juga menjalin kerja sama dengan supplier supermarket," tegasnya.

Cerita petani muda Desa Hargobinangun

Salah satu petani muda Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Nur Ahmad Wasnan (32) mengaku tak malu menjadi seorang petani.

Pria berusia 32 tahun ini sudah mulai menekuni pertanian sejak kuliah.

"Saya itu sejak umur 20 tahun, waktu itu masih kuliah," ucapnya.

Selain itu, orangtuanya memang dari dulu sebagai seorang petani.

Sehingga dunia pertanian sudah tidak asing baginya.

Warga Hargobinangun ini memutuskan terjun ke pertanian karena penghasilan orangtuanya yang tidak memungkinkan.

Karena itu, Wasnan terjun menjadi petani untuk biaya kuliahnya.

Wasnan saat itu menanam aneka sayuran.

"Kan kuliah butuh biaya, penghasilan orang tua sedikit, makanya saya ikut-ikutan mencoba menam sayuran untuk sedikit-sedikit bisa untuk bayar kuliah," urainya.

Setelah lulus kuliah, Wasnan kemudian mendapatkan pekerjaan sebagai guru.

Meski demikian, Wasnan tetap menekuni profesi sebagai petani yang telah menghantarkanya hingga lulus di perguruan tinggi.

Keputusannya tetap melanjutkan sebagai petani karena hasil dari pertanian cukup menjanjikan.

"Tetap berlanjut, sambil kerja di sekolah. Pulang dari sekolah, sore ya ke sawah atau pagi sebelum berangkat ke sekolah," ungkapnya.

Wasnan menyampaikan, menjadi petani jika ditekuni dengan serius maka akan membuahkan hasil yang menjanjikan.

Bahkan, kata dia, untuk hasilnya bisa dikatakan melebihi gaji seorang pegawai.

"Ini saya bicara sebelum ada Covid-19, kalau tekun, rajin hasilnya itu malah bisa dikatakan melebihi sebagai seorang pegawai. Dengan catatan, menanam sayuran sesuai permintaan pasar baik supermarket sama hotel," tuturnya.

Diakuinya, di desanya memang banyak petani-petani muda.

Namun, ada juga yang tidak mau ke sawah karena "gengsi".

Padahal orangtua mereka seorang petani.

"Tapi teman-teman terus berusaha memancing supaya mereka mau bertani, tapi ya harus pelan-pelan," ungkapnya.

Petani muda di kampungnya, juga menanam komoditas aneka sayuran.

Sebab, harga beberapa sayur terbilang cukup tinggi.

"Lumayan tinggi, Asparagus itu kalau diambil supplier bisa Rp 60.000 per kilo," urainya.

Namun demikian, petani juga harus bisa menyesuaikan dengan syarat-syarat pasar atau yang diinginkan oleh supermarket dan hotel.

"Kita juga memikirkan ke pasarnya bagimana supaya lancar. Permintaan dari supplier seperti apa, lalu kita dalam memproduksi ya harus sesuai, misalnya cara memetiknya," tandasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/09/30/23395431/desa-hargobinangun-sleman-lahirkan-petani-muda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke