Salin Artikel

Kisah Guru Honorer di Daerah Terpencil, Jalan 10 Km Lewat Jembatan Bambu Demi Mengajar

BULUKUMBA, KOMPAS.com - Andi Sri Rahayu (29) seorang guru asal Desa Sapobonto, Kecamatan Bulukumpa, rela melalui jalanan berkelok demi mengajar di Madrasah Aliyah Guppi Kindang, Desa Kindang, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Untuk menuju Desa Kindang bisa dilalui dua jalur. Jalur pertama Desa Sapobonto ke Desa Kindang melintasi jalan setapak dan jembatan bambu, jalur ini ditempuh 10 kilometer.

Sementara jalur kedua dari Desa Sapobonto ke Desa Kindang melalui beberapa desa seperti Desa Bonto Lohe, Desa Anrang, dan Desa Tamaona, bisa ditempuh menggunakan roda dua dan roda empat, menempuh jarak sekitar 25 kilometer.

Jalur kedua sering dilalui Sri. Ia tak pernah menyerah. Panggilan hatinya sebagai guru menuntunnya untuk terus datang, walau di tengah kondisinya yang tengah hamil.

Sebelum hamil, ia pernah melalui jalur pertama dengan jalan kaki 10 kilometer, lalui kebun dan jembatan bambu. Hal itu dilakukan agar para siswanya bisa mendapat pendidikan.

Namun, ia tak sendiri. Ada beberapa siswanya melalui jembatan bambu itu, termasuk petani asal Desa Sapobonto, yang memikul hasil panennya dari Desa Kindang.

Empat tahun sudah Sri mengabdikan di sekolah yang berjarak 59 kilometer dari Kota Bulukumba.

Rasa lelah seketika lenyap saat tiba di sekolah, menatap satu per satu muridnya yang menyambut dengan wajah ceria.

Sri bangga dengan profesinya sebagai guru, meski hanya hanya mengajar di daerah terpencil.

Alasan mengajar di daerah terpencil, hanya ingin membagikan ilmunya kepada banyak orang.

"Daripada ilmu tertinggal lebih baik dibagi dan semoga bisa jadi amal jariyah," kata Sri, saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (22/9/2020).

Setiap hari, Sri naik sepeda motor menuju sekolah. Berangkat dari rumahnya di Desa Sapobonto pada pukul 06.30 Wita dan sampai tujuan sekitar pukul 07.30 Wita.

Demi melaksanakan tanggung jawabnya sebagai guru, alumnus STAI Al Gazali Bulukumba ini tak patah semangat.

Padahal ia hanyalah seorang guru honorer, mulai mengajar pada tahun 2017 hingga saat ini. Walaupun dengan gaji hanya Rp 300 ribu per tiga bulan.

"Gajinya hanya Rp 300 ribu. Waktu terus berputar gaji mulai naik Rp 900 ribu per tiga bulan," tuturnya.

Sri mengaku ingin mengubah status dengan mendaftar CPNS, namun gagal terus.

"Sudah tiga kali saya daftar CPNS tapi tidak pernah lulus. Mungkin belum rezekinya," ungkapnya.

Dikatakan Sri, selama pandemi para siswa belajar daring. Namun ada beberapa siswa yang tidak punya ponsel android, sehingga ketika mengirim tugas terpaksa meminjam ponsel temannya.

Sementara Kepala Desa Sapobonto Andi Bangkailong mengatakan sudah puluhan tahun warga melalui jembatan bambu itu.

Ada jalur kedua bisa dilalui warga tapi harus memutar jauh dan melewati beberapa desa untuk menuju ke Desa Kindang.

"Selama ini tidak ada jalanan, warga hanya melalui jalan stapak lewati jemabatan bambu. Jembatan penghubung dua desa antara Desa Sapobonto dengan Desa Kindang," tuturnya.

Namun, dirinya mengaku bersyukur karena Personel Kodim 1411 Bulukumba merintis jalanan penghubung dua desa tersebut.

Proyek tersebut merupakan bagian dari program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD).

"Tentu sangat bersyukur dan berterima kasih atas adanya kegiatan TMMD, jalanan ini akan mempermudah warga ketika melintas. Pasti akan menambah nilai-nilai kemasyarakatan dan nilai-nilai ekonomi, dan wisata,"ungkapnya.

Dandim 1411 Bulukumba, Letkol Arm Joko Triyanto mengatakan anggaran TMMD berasal dari Pemda dan TNI.

Ia berharap semoga adanya perintisan jalanan dapat bermanfaat bagi masyarakat terisolasi atau tertinggal.

https://regional.kompas.com/read/2020/09/23/15322211/kisah-guru-honorer-di-daerah-terpencil-jalan-10-km-lewat-jembatan-bambu-demi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke