Salin Artikel

Jembatan Bangkir, Saksi Bisu Pertempuran "Pasukan Setan" Lawan Belanda di Indramayu

Suaranya sesak menahan tangis, Asikin (80), seorang saksi sejarah, mengisahkan kepada Kompas.com tentang perang kemerdekaan di Indramayu.

Indramayu memiliki cerita sejarah perlawanan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Asikin masih ingat saat itu ia berusia 5 tahun. Ia melihat tentara Belanda berpatroli di wilayah Indramayu untuk memburu para pejuang.

Tentara Belanda menembaki rumah-rumah di lokasi yang dianggap tempat persembunyian para pejuang. Saat itu, rakyat pun melawan tanpa gentar meski diberondong peluru.

"Hampir setiap hari suara peluru-peluru itu saya dengar. Pasti sedang ada perlawanan dari rakyat kepada tentara Londo (Belanda)," kata Asikin di kediamannya di Desa Sindangkerta, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu saat bercerita, Selasa (18/8/2020).

Rakyat Indramayu berperang, kata Asikin, di bawah komando MA Sentot. Oleh MA Sentot rakyat, terutama yang memiliki kepandaian bertempur, diorganisir.

Mereka dididik dan dilatik taktik perang. Bagi Asikin MA dan rakyat Indramayu saat itu, Sentot merupakan orang berpengaruh dan merupakan panglima perang di wilayah Pantura itu.

"Beliau (MA Sentot) itu orang Plumbon, Indramayu. Orangnya pandai dalam taktik perang. Berani. Ramah terhadap masyarakat. Kalau perang selalu terdepan membawa senapan atau tembakan sambil ditenteng ke depan," terangnya.

Pasukan Setan

Pada saat perang gerilya, MA Sentot membentuk laskar perjuangan bernama Pasukan Setan. Pasukan tersebut memiliki banyak anggota dan dibekali beberapa senjata hasil rampasan tentara Jepang dan Belanda.

Bermodal senjata hasil rampasan tersebut, laskar Pasukan Setan dipimpin MA Sentot bergerilya melawan Belanda.

"Saya ingat, kejadiannya itu 1947 saat agresi militer Belanda kesatu. Beliau bersama pasukannya bernama Pasukan Setan tersebut melawan Belanda. Menembaki dari tempat-tempat persembunyian ketika tentara Belanda sedang patroli menggunakan mobil," kata Asikin.

Ketika tentara Belanda ditembaki, terang Asikin, beberapa hari setelahnya pasukan penjajah itu akan datang lagi dengan banyak personel.

Daerah tersebut akan diawasi ketat sebagai lokasi persembunyian para pejuang.

Maka dalam ingatan Asikin, ketika tentara Belanda diserang, dari udara kapal-kapal Belanda juga ikut memburu keberadaan pejuang.

"Selama tiga hari saya lihat kapal Londo muter-muter di atas. Para warga ketakutan, mereka bersembunyi mencari tempat yang aman. Suasana begitu menegangkan dan penuh ancaman," kenang Asikin.

Pria sekaligus ketua RW 05 Desa Sindangkerta, Indramayu, tersebut menjelaskan, perang kemerdekaan Pasukan Setan pimpinan MA Sentot melawan Belanda puncaknya terjadi pada November 1947 di sekitar jembatan Bangkir.

Rumah-rumah warga dekat jembatan tersebut ditembaki dan dilempari granat oleh tentara Belanda sehingga kepulan asap membumbung dari wilayah tersebut.

Rumah-rumah terbakar dan mayat bergelimpangan. Menurut kesaksian Asikin, peristiwa tersebut menjadi lautan api.

"Saya sangat jelas melihat keadaanya. Dilempar pake granat. Rumah-rumah warga terbakar dan asap hitam membumbung menyelimuti desa tersebut. Desa tersebut lautan api," terang Asikin menahan isak tangis.

Untuk mengenang tragedi tersebut, pemerintah setempat telah membangun prasasti di medan tempur. Prasasti tersebut memiliki tinggi sekitar dua meter, dan terdapat tulisan yang berbunyi: "DISINILAH TEMPAT PARA PEJUANG KEMERDEKAAN MEMPERTARUHKAN JIWA DEMI TEGAKNYA KEMERDEKAAN RI PADA TGL 17-8-1945".

Kemenangan rakyat Indramayu

Kisah perjuangan rakyat Indramayu mempertahankan kemerdekaan Indonesia dijelaskan oleh Budayawan dan Pemerhati Sejarah Indramayu, Supali Kasim.

MA Sentot sebagai pemimpin pasukan, kata Supali, telah menguasai beberapa medan. Hal tersebut dibuktikan dengan daerah perjuangan MA Sentot yang cukup luas.

"Daerah perjuangan Sentot cukup luas. Kemungkinan (prasasti Bangkir memiliki kaitan) iya. Di situ pernah terjadi pertempuran melawan Belanda," ujarnya.

Ia juga mengatakan, pada tahun 2000 ia pernah mewawancarai MA Sentot dan anak buahnya, Wasono saat pertempuran mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Indramayu.

"Wasono dan Sentot sekarang sudah almarhum. Kalau Sentot sendiri sakitnya karena tua. Sebelum tahun 2000 juga banyak teman-teman dan anak buah seangkatan Sentot telah wafat," kata Supali.

Dalam dokumen wawancara yang diberikan Supali kepada Kompas.com, pertempuran di jembatan Bangkir adalah yang paling besar.

Para pejuang tidak memiliki perlindungan selain bersembunyi pada tanaman padi di sawah dengan tinggi 20 cm.

Dokumen tersebut juga menceritakan bahwa pertempuran tersebut dimulai dengan pembegalan pasukan Belanda yang melintas menggunakan truk.

Mendengar ada pasukan Belanda hendak masuk ke jembatan Bangkir, para pejuang yang sebelumnya telah bersiap pukul 05.00 WIB pagi itu menembaki musuh hingga terjadi pertempuran.

Mesti terjadi pertempuran, namun dalam dokumen tersebut tidak dijelaskan jumlah korban berjatuhan dari dua belah pihak.

Namun berdasarkan catatan "Indramayu Kota Mangga", pasukan Belanda yang tewas dalam pertempuran tersebut sebanyak 40 orang.

Akhirnya dari peristiwa tersebut, pasukan MA Sentot menang dan tentara Belanda banyak melarikan diri.

Dalam pertempuran itu, pasukan MA Sentot yang dikenal sebagai Pasukan Setan berhasil mendapatkan beberapa pucuk senjata dan mobil truk Belanda berjenis Brand Carrier.

Kejadian tersebut menurut versi Belanda terjadi pada 30 September 1947, sementara pihak RI menyebut November 1947.

https://regional.kompas.com/read/2020/08/18/18434901/jembatan-bangkir-saksi-bisu-pertempuran-pasukan-setan-lawan-belanda-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke