Salin Artikel

Anak Bercelana SD Tewas dengan Mulut Berbusa, Polisi Temukan Plastik Bekas Tuak di Sebelahnya

Kuat dugaan bocah yang diperkirakan berusia 12 tahun itu keracunan minuman keras karena petugas menemukan kantong plastik berisi tuak di samping mayat bocah tersebut.

Mayat bocah tanpa identitas tersebut pertama kali ditemukan oleh Ardista (25) tukang parkir di terminal tersebut.

"Saya biasa datang ke sini setiap pagi, saya terkejut ada mayat anak yang terlentang dengan penuh busa di mulut."

"Bajunya kameja lusuh, sedangkan celananya masih memakai seragam SD warna merah," jelas Ardista kepada wartawan saat ditemui di lokasi kejadian, Kamis pagi.

Lokasi penemuan mayat berada di di pinggir jalan raya tepat di samping pasar dan terminal. Setiap pagi, lokasi tersebut ramai dengan aktivitas warga.

Ardista lalu memanggil warga dan melaporkan kejadian tersebut ke polisi.

"Setelah itu saya lari ke warga dekat pasar para pedagang. Langsung lapor polisi ada temuan mayat anak mulut berbusa tersebut," tambahnya.

Sementara itu Kapolsek Indihiang Polresta Tasikmalaya, Kompol Didik Rohim Hadi mengatakan saat dievakuasi, polisi menemukan kantong plastik yang diduga bekas minuman keras jenis tuak.

"Awalnya kami menerima laporan dari masyarakat telah ditemukan jenazah remaja di Terminal Indihiang pago tadi. Setelah didatangi ke tempat kejadian perkara (TKP), korban dipastikan dalam kondisi meninggal dunia."

"Jenazah laki-laki itu diperkirakan berusia 12 sampai 15 tahun di Terminal Indihiang," jelas Kapolsek Indihiang Polresta Tasikmalaya, Kompol Didik Rohim Hadi kepada wartawan di lokasi kejadian.

Tak hanya itu, ia menjelaskan jika bau khas tuak tercium dari busa di mulut bocah yang menggunakan celana seragam SD tersebut.

"Tapi itu temuan kita di lapangan. Kita belum bisa memastikan penyebab. Namun dari mulut mengeluarkan busa," ujar Didik.

Mayat tersebut kemudian dievakuasi ke RSUD Soekardjo untuk peemriksaan lebih lanjut.

Polisi kemudian meminta keterangan para saksi di lapangan untuk bahan penyelidikan lebih lanjut.

"Untuk hasilnya, nanti kita tunggu proses pemeriksaan," pungkasnya.

Apalagi saat ini para siswa harus belajar online sehingga perlu didampingi oleh orangtua.

"Ini imbas dari tidak siapnya orangtua dan guru dalam melakukan pengawasan saat diberlakukannya belajar sistem online atau daring."

"Seharusnya, anak tersebut mendapatkan pelajaran selama belajar di rumah, dan malah salah pergaulan berada di jalanan," jelas Ato kepada Kompas.com, Kamis (6/8/2020).

Ato mengatakan ada dua masalah sosial anak yang klasi saat pandemi.

Pertama adalah kondisi anak yang memiliki ponsel sendiri maka akan sibuk bermain game di gawai.

Anak dengan klasifikasi ini, menurut Ato, memiliki masalah baru yakni apatis karena fokus memainkan gawai.

Kalisifikasi kedua, lanjut Ato, adalah anak menengah ke bawah yang justru tak memiliki gawai sendiri untuk belajar online.

Anak model kedua ini bisa mengalami salah pergaulan dan memilih bergaul di jalanan karena proses belajar tatap muka selama masa pandemi sekarang ditiadakan.

"Nah, untuk kasus korban temuan mayat anak ini termasuk ke klasifikasi anak yang kedua. Tak memiliki gadget, malah salah gaul, dan bergaul di jalanan seperti itu," tambah Ato.

KPAID Tasikmalaya pun berharap kasus mayat anak itu segera terungkap sehingga bisa diketahui penyebab kematiannya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Irwan Nugraha | Editor: Farid Assifa)

https://regional.kompas.com/read/2020/08/06/15220051/anak-bercelana-sd-tewas-dengan-mulut-berbusa-polisi-temukan-plastik-bekas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke