Salin Artikel

Kisah Siswa di Dusun Terpencil Sumbawa, Susah Sinyal Terpaksa Pakai HT Selama Belajar di Rumah

MATARAM, KOMPAS.com - Susah sinyal dan mahalnya kuota internet, membuat para siswa yang ada di Dusun Punik, Desa Batudulang, Kecamatan Batulanteh, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), memilih menggunakan HT (handie talkie) untuk belajar mandiri di rumah.

Dosen FKIP Universitas Samawa (Unsa) Rusdianto AR mengatakan, sebelum menggunakan HT, guru-guru di SDN Punik dan SMP satu atap di Dusun Punik memberikan pembelajaran dengan sistem kunjung, yaitu dengan mengunjungi para siswa di rumah.

Pembelajaran dengan menggunakan sistem daring seperti di kota-kota besar, sulit dilakukan karena Dusun Punik merupakan salah satu daerah terpencil di Kabupaten Sumbawa.

Cukup sulit menemukan sinyal internet di dusun yang berada di ketinggian 843 Mdpl ini, apalagi letak Dusun Punik dikelilingi perbukitan.

"Selama pandemi ini kayaknya kurang efektif dengan pola-pola luring, tatap muka, apalagi daring. Kalau daring kan enggak bisa sinyal seperti teman-teman yang lain. Apalagi di sana orang belum panen dan lain sebagainya, terus sinyal juga menjadi masalah juga," kata Rusdianto, saat dikonfirmasi melalui telepon, Rabu (29/7/2020).

Rusdianto, relawan pendidikan yang tergabung dalam komunitas Radio Amatir Republik Indonesia (RAPI) Sumbawa ini kemudian mengenalkan pembelajaran lewat media radio, yaitu menggunakan HT.

"HT kan sudah banyak sudah lumrah, tetapi terlupakan. Tetapi dengan adanya Covid-19, kembali seperti dulu gunakan HT yang bisa kita interaksi satu sama lain dan bisa komunikasi," kata Rusdianto.

Lebih murah dari kuota internet

Rusdianto mengatakan, pembelajaran dengan media HT untuk daerah terpencil terbukti sangat efektif.

Jarak jangkauan HT sendiri bisa mencapai 5 kilometer.

Saat ini, pembelajaran dengan media radio di SDN Punik sudah berjalan selama satu bulan.

Dusun Punik menjadi percontohan pola media belajar dengan menggunakan radio di dataran tinggi Sumbawa.


Ada sekitar 60 siswa di SDN Punik dan 30 siswa SMP satu atap di Dusun Punik yang mulai menggunakan HT.

Guru-guru kini bisa memberikan tugas melalui HT dan para siswa pun bisa tetap belajar tanpa pusing dengan kuota internet.

Menggunakan HT pun cukup mudah, tinggal dicas dan menentukan frekuensi, para siswa bisa tetap belajar di rumah meski di tengah pandemi.

"Lebih murah ketimbang menggunakan kuota, sehingga tidak mempersulit ibu-ibu," kata Rusdianto.

Rusdianto menambahkan, menurut data Dinas Pendidikan Sumbawa, ada sekitar 84 sekolah yang kondisinya hampir sama seperti sekolah di Dusun Punik yang sinyalnya tidak menentu dan jaringan komunikasi tidak stabil.

Sehingga, sekolah sulit menerapkan belajar daring.

Rusdianto berharap, pola media belajar yang dilakukan para siswa dan guru di Dusun Punik, bisa menjadi solusi belajar di tengah pandemi.

"Kalau kita ikuti pola Jakarta yang di drop ke sini. Pembelajaran-pembelajaran yang kayak di Jakarta daring atau apa, ya kasihan juga. Enggak bisalah mengikuti pola Jakarta yang luar biasa modern. Kami yang di pedesaan seperti ini, orang desa kayak yang di sini kan nggak punya yang seperti itu. Ya pakai radio cukup yang penting enjoy. Belajar itu menyenangkan," kata Rusdianto.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/29/22513741/kisah-siswa-di-dusun-terpencil-sumbawa-susah-sinyal-terpaksa-pakai-ht-selama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke