Salin Artikel

Sejarah Seabad Gedung Sate, Kisah 7 Pemuda Gugur Saat Mempertahankannya dari Serangan Tentara NICA dan Gurkha

Ketujuh pemuda itu yakni Rio Susilo, Mochtaroedin, Subenget, Soerjono, Soehodo, Didi Hardianto Kamarga, Ranu. Mereka adalah para pegawai Kantor Jawatan Pekerjaan Umum dan Pengairan.

Ronny Indra Laksana, edukator Museum Gedung Sate bercerita, pada tanggal 24 November 1945 tentara Gurkha dan NICA sudah tiba dan mengepung Gedung Sate. Suara mars tentara, kegaduhan kendaraan mereka menjadi suara yang mengintimidasi para pejuang di dalam Gedung Sate.

"Pada 3 Desember 1945 pertempuran itu terjadi. Gurkha dan NICA adalah tentara dari Nepal yang disewa oleh Inggris," ujar Ronny saat ditemui di Museum Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Senin (27/7/2020).

Mereka bersenjatakan kukri, jenis parang khas nepal dan senapan laras panjang Lee Enfield MK I dan MK II asal Inggris. Kehadiran tentara Gurkha Divisi Mahratta 23, membuat masyarakat dan para pegawai cemas.

Mempertahankan kemerdekaan

Kegelisahan menggeliat para karyawan yang berada di Gedung Sate. Namun, beberapa dari mereka, tepatnya sekitar 21 orang berpikir lain.

Mereka ingin mempertahankan Gedung Sate atas nama Republik Indonesia dari ancaman pasukan Gurkha. Harga kemerdekaan yang sudah di proklamirkan,dan dijaga oleh Indonesia harus dipertahankan, pikir mereka.

Kemudian, pada 3 Desember 1945 pukul 11.00 pagi hingga 14.00 siang. Pasukan Gurkha dan NICA menyerbu masuk Gedung Sate. Terjadilah pertempuran tak seimbang. Tentara Gurkha dan NICA mengepung 21 pemuda di dalam Gedung Sate.

Mereka, yang disebut Perwakilan Angkatan Muda Pekerdjaan Umum pun pergi ke markas Madjelis Dewan Perdjoeangan Priangan (MDPP) di Gang Asmi pada tanggal 29 November 1945. Dengan berbekal revolver yang diberikan oleh Majelis Dewan Persatuan Priangan (MDPP) mereka pun lekas menyerang balik tentara-tentara tersebut.

Sutoko, yang saat itu mengepalai MDPP memberi nasihat untuk mundur dan dianjurkan untuk mempertahankan kota Bandung Selatan saja. Sutoko berkata,"Jangan, tidak usah. Kita melawan mereka dari sini saja".


4 jam pertempuran, 7 pemuda gugur, dikubur 1 lubang

Karena mereka tetap berkeyakinan penuh dan ikhlas untuk mempertahankan Gedung Sate dari serangan Pasukan Gurkha.

Perdebatan dihentikan ketika salah satu dari mereka; Didi Hardianto Kamarga, berkata: "Saya dan kawan-kawan sanggup untuk mempertahankan kantor kami. Kami datang hendak meminta izin dan meminta senjata".

Ronny menambahkan, selama empat jam pertempuran satu persatu dari mereka pun jatuh. Tujuh pahlawan gugur.

"Sisanya, sebanyak 14 orang dari mereka mundur," ujar Ronny mengutip keterangan kisah tujuh pemuda di Museum Gedung Sate.

Tujuh pahlawan tersebut dikubur dalam satu lubang di belakang halaman Gedung Sate (yang sekarang menjadi lapangan tenis).

Pada tahun 1952, tiga jasad dari tujuh pemuda tersebut ditemukan. Namun empat jasad belum ditemukan sampai sekarang.

"Untuk mengenang pengorbanan mereka pada bumi pertiwi. Dibuat sebuah prasasti batu di halaman Gedung Sate," jelas Ronny. 

https://regional.kompas.com/read/2020/07/27/18000521/sejarah-seabad-gedung-sate-kisah-7-pemuda-gugur-saat-mempertahankannya-dari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke