Salin Artikel

Masuk 5 Besar Penduduk Miskin Terbanyak di Indonesia, Pemprov NTT: Itu Sangat Wajar

Marius mengatakan, ada banyak faktor yang membuat jumlah penduduk miskin di NTT terus bertambah.

Pandemi virus corona baru atau Covid-19, kata dia, menjadi salah satu penyebab ekonomi stagnan dan tak bertumbuh.

Belanja pemerintah juga stagnan karena anggaran lebih banyak dialokasikan untuk penanganan Covid-19.

Sehingga kata dia, praktis belanja pemerintah di kabupaten dan provinsi tidak berjalan maksimal.

Selain itu, sebagian besar masyarakat NTT juga berada di rumah selama pandemi Covid-19. Sebagian besar sektor, khusus ekonomi, berhenti beraktivitas.

Petani, nelayan, dan peternak, juga terkena dampak Covid-19. Apalagi, virus flu babi Afrika juga menyerang ternak warga.

"Saya kira angka kemiskinan seperti itu hal yang sangat wajar saja," ungkap Marius, saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (17/7/2020) malam.

Pada masa tatanan normal baru, Pemprov NTT berusaha memulihkan ekonomi yang terpuruk selmama pandemi Covid-19.

Salah satu caranya, dengan mendorong masyarakat untuk kembali membuka usaha mereka, meski belum maksimal.

"Di samping juga, kita tahu bahwa sebelumnya masyarakat NTT masih termasuk tertinggal, sehingga begitu ada Covid-19, maka sangat logis kalau angka kemiskinan itu tinggi," jelasnya.


Marius juga menyoroti perbedaan wilayah barat dan timur Indonesia dari sisi pembangunan, anggaran, sumber daya manusia, industri, dan lainnya.

"Jadi kita tidak bisa menyamakan dengan wilayah barat karena memang input sejak kemerdekaan sampai sekarang sangat berbeda," ujar dia.

Menurutnya, Provinsi NTT baru diperhatikan pemerintah pusat pada 1980-an. 

"Sementara provinsi yang lain sudah duluan  lari, kita baru mulai lari sehingga sangat wajar jika dibuat perengkingan NTT berada di urutan tersebut," kata dia.

Berusaha bangkit setelah Covid-19

Marius mengatakan, banyak tenaga kerja asal NTT yang bekerja di luar negeri dan sejumlah kota besar di Indonesia diberhentikan karena Covid-19.

Mereka akhirnya pulang kampung dan menjadi pengangguran, sehingga menambah angka kemiskinan.

Namun, pihaknya akan berusaha bangkit, mendongkrak dan memperbaiki semua sektor yang selama ini tertinggal.

Sejumlah program telah dibuat, seperti menanam padi 10.000 hektar di 17 kabupaten di NTT. Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat.


Ada pula, usaha garam dan rumput laut yang sedang dikembangkan.

"Termasuk juga pariwisata kita mulai membuka walaupun masih perlahan tapi kita sudah memulainya," kata Marius.

Sebelumnya diberitakan, Badan Pusat Statistik ( BPS) mencatat pada bulan Maret 2020, terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 1,63 juta orang dibandingkan periode September 2019.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa dengan jumlah 14,05 juta orang.

Sedangkan jumlah penduduk miskin terendah ada di Pulau Kalimantan sebanyak 969.640.

"Penduduk miskin di Pulau Sumatera 5,84 juta, Bali dan Nusa Tenggara 2,03 juta, Sulawesi 2 juta, Maluku dan Papua 1,52 juta. Dengan demikian total penduduk miskin pada Maret 2020 berjumlah 26,42 juta," jelas Suhariyanto dalam video conference, Rabu (16/7/2020).

Provinsi NTT masuk dalam lima besar jumlah penduduk miskin terbanyak di Indonesia.

Berikut jumlah dan persentase penduduk miskin terbanyak berdasarkan provinsi per Maret 2020:

1. Jawa Timur 4,42 juta jiwa (11,09 persen)

2. Jawa Tengah 3,98 juta jiwa (11,41 persen)

3. Jawa Barat 3,92 juta jiwa (7,9 persen)

4. Sumatera Utara 1,28 juta jiwa (8,75 persen)

5. Nusa Tenggara Timur/NTT 1,15 juta jiwa (20,90 persen).

https://regional.kompas.com/read/2020/07/18/09461871/masuk-5-besar-penduduk-miskin-terbanyak-di-indonesia-pemprov-ntt-itu-sangat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke