Salin Artikel

Plt Bupati Heran Kesembuhan di Sidoarjo Tak Kunjung Bergerak, Ternyata Salah Input Data

Saat itu Jokowi datang ke Jatim untuk memantau kasus Covid-19 di Jawa Timur.

Jokowi saat bertemu dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meminta agar kasus Covid-19 di Jatim turun dalam dua pekan.

DIketahui, lebih dari 50 persen kasus Covid-19 di Jatim disumbangkan Surabaya Raya, yang didalamnya termasuk Sidoarjo.

Lalu bagaimana kondisi kasus Covid di Sidoarjo setelah dua pekan waktu yang diberikan Jokowi berakhir?

Hingga 9 Juli, kasus positif corona di  Kabupaten Sidoarjo mencapai 2.280 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo dr Syaf Satriawarman tak menampik bahwa jumlah kasus positif di daerahnya terus mengalami peningkatan.

Penambahan kasus itu terjadi karena Pemkab Sidoarjo gencar melakukan pemeriksaan atau rapid test dan tes swab yang dilakukan secara masif.

Meski demikian, ia mengakui masih ditemukan warga yang mengabaikan anjuran pemerintah untuk tetap mematuhi protokol kesehatan.

Warga yang tidak patuh protokol kesehatan itu disebut memberi kontribusi terhadap penambahan kasus Covid-19 di Kota Udang.

"Angka pertambahan confirm masih terus berlanjut karena pemeriksaan atau tes masif masih berjalan. Di sisi lain, faktor physical distancing masih jadi kendala di Sidoarjo," kata Syaf kepada Kompas.com, melalui pesan WhatsApp, Kamis (9/7/2020) malam.

Ia menyebut, angka pertambahan kasus positif Covid-19 di Sidoarjo diprediksi akan terus bertambah, karena sampai saat ini belum mencapai titik puncak.

Karena itu yang menjadi fokus Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo saat ini adalah bagaimana menurunkan angka kematian.

"Iya, yang kita tekan angka kematian dan yang kami coba tingkatkan angka kesembuhan pasien Covid-19. Kami membuat surat edaran sesuai WHO, untuk bisa menyatakan pasien sembuh dengan satu kali negatif swab dan isolasi 14 hari," kata dia.

Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin menegaskan akan berusaha maksimal untuk meningkatkan angka kesembuhan di Sidoarjo.

Menurut dia, selama dua pekan terakhir ini, seharusnya ada banyak pasien sembuh yang tercatat di Sidoarjo.

Terlebih, kata Nur Ahmad, berdasarkan kriteria terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pasien dinyatakan sembuh tak lagi harus memiliki dua hasil tes swab negatif.

Namun, data pasien sembuh di Sidoarjo itu disebut tak masuk di data resmi karena ada kesalahan input data.

Nur Ahmad yang akrab disapa Cak Nur ini memperkirakan, ada sekitar 350 lebih pasien positif Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh, tetapi tidak terinput atau tidak terdata.

"Jadi banyak seharusnya pasien yang dicacat sebagai pasien sembuh, tetapi tidak terdata karena banyak hal. Jadi itu nanti yang akan kita benahi," kata Cak Nur kepada Kompas.com.

Cak Nur sendiri mengaku heran karena dalam beberapa hari terakhir ini angka kesembuhan pasien Covid-19 tidak bergerak.

Akhirnya dia menggelar pertemuan dengan forkopimda, termasuk jajaran di dinas kesehatan dan direktur rumah sakit untuk mencocokkan data angka kesembuhan pasien positif Covid-19.

"Kita cocokkan data dan kita sudah dapat sinyal dari provinsi, kayaknya memang ada salah input. Insya Allah penambahan pasien sembuh ini cukup drastis sekali, sehingga kita ada harapan. Artinya, tingkat kesembuhan ini sangat tinggi sekali," ujar Cak Nur.

Mengenai penambahan kasus Covid-19 yang meningkat di Sidoarjo, ia mengaku karena rapid test dan tes swab massal terus dilakukan.

Meski di sisi lain banyaknya kasus positif juga karena masih ada masyarakat yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan.

"Kalau menurut kami, secara umum memang seperti itu. Karena masyarakat sudah terlalu lama di rumah. Jadi ada yang tidak mengindahkan anjuran physical distancing maupun anjuran protokol kesehatan yang lain," kata Cak Nur.

Langkah yang dilakukan Pemkab Sidoarjo untuk menekan angka kasus Covid-19 adalah dengan mendirikan kampung tangguh di desa-desa.

Dengan adanya kampung tangguh, penyebaran Covid-19 bisa tereduksi.

Ia berharap semua desa di Sidoarjo bisa mendirikan kampung tangguh untuk menekan penyebaran Covid-19.

Cak Nur juga berjanji akan memberikan stimulus kepada desa-desa yang sudah membentuk kampung tangguh pda Selasa pekan depan.

"Setiap desa yang ada kampung tangguhnya akan kami berikan Rp 10 juta nantinya. Stimulus ini diberikan agar nantinya kampung tangguh itu tetap dipertahankan," kata Cak Nur.

Menurut Cak Nur, selama dua pekan terakhir Pemkab Sidoarjo sudah melakukan langkah-langkah konstruktif untuk menekan angka kasus Covid-19.

Salah satunya adalah gencar melakukan operasi terhadap pelanggar protokol kesehatan di berbagai sektor.

Di sisi lain, Pemkab Sidoarjo sudah memberlakukan kembali pembatasan aktivitas warga di malam hari yang sudah berjalan dalam beberapa hari terakhir.

Di samping itu, pihaknya juga terus melakukan evaluasi terhadap rumah sakit rujukan yang menangani pasien Covid-19.

Ia menegaskan infrastruktur rumah sakit akan diperkuat agar tidak mengalami over kapasitas.

Dengan demikian, pasien positif Covid-19 yang memiliki gejala sedang atau pun berat tetap bisa dirawat di rumah sakit rujukan Covid-19.

"Jadi kalau menurut kami, untuk preventif, promotif, ya kampung tangguh itu. Kalau penyembuhan atau sisi kuratifnya, ada di rumah sakit. Jadi dua hal itu, tenaga medis dan kampung tangguh ujung tombaknya," kata Cak Nur.

Untukitu masyarakat diminta betul-betul mematuhi anjuran pemerintah seperti memakai masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan.

Rumah sakit overload

Cak Nur mengungkapkan, kondisi rumah sakit rujukan Covid-19 sudah hampir melebihi kapasitas seiring dengan bertambahnya pasien positif Covid-19 yang terus meningkat di Sidoarjo.

Ia mengaku sudah melakukan evaluasi bersama sejumlah pimpinan rumah sakit rujukan tentang masalah tersebut.

Cak Nur pun memutuskan untuk mengajukan lima rumah sakit swasta di Sidoarjo kepada pemerintah pusat agar lima RS tersebut dapat menangani pasien positif Covid-19 dengan gejala sedang dan berat.

"Karena pasien positif yang bergejala ini harus dirawat di rumah sakit. Ini yang harus ditangani. Kalau yang tanpa gejala bisa dirawat di hotel, kita sudah siapkan," kata dia.

Saat ini, Pemkab Sidoarjo masih menunggu persetujuan dari pemerintah pusat terkait RS swasta yang akan dijadikan RS rujukan Covid-19 di Sidoarjo.

Namun, apabila persetjuan dari pemerintah pusat belum turun, lima RS swasta itu akan tetap digunakan untuk menangani pasien Covid-19.

Pasalnya, penanganan terhadap pasien positif Covid-19, terutama yang memiliki gejala, harus segera ditangani dan tidak bisa ditunda-tunda.

Nantinya, anggaran untuk merawat pasien di lima RS swasta itu akan dianggarkan melalui APBD Pemkab Sidoarjo.

"Kalau persetujuannya lama kami akan bergerak sendiri dan akan membuat Perbup, sehingga tetap bisa dilaksanakan. Tetapi kebutuhan anggarannya kita yang menanggung," kata Cak Nur.

"Kalau anggaran, kita ada Rp 407 miliar untuk penanganan Covid-19, dan masih tinggal separuh," ujar Cak Nur menambahkan.

Kasus positif Covid-19 di Sidoarjo terdapat 2.280 kasus atau bertambah 114 kasus hingga Kamis malam,

Sedangkan angka pasien sembuh sebanyak 431 kasus setelah ada penambahan 75 pasien .

Adapun jumlah pasien positif Covid-19 meninggal mencapai 132 kasus atau bertambah satu kasus dalam sehari terakhir.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/10/17210171/plt-bupati-heran-kesembuhan-di-sidoarjo-tak-kunjung-bergerak-ternyata-salah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke