Salin Artikel

Dedi Mulyadi: Kasus Covid-19 Tetap Naik karena Isolasi Mandiri Tak Berjalan Baik

Hal itu terlihat dari sejumlah kasus di daerah yang satu keluarga menularkan corona ke anaknya. Lalu ada satu keluarga diduga terinfeksi dan melakukan aktivitas normal. Kemudian pedagang di pasar menularkan virus corona ke pelanggan dan lainnya.

"Itu menunjukkan bahwa isolasi mandiri tidak berjalan dengan baik," kata Dedi kepada Kompas.com via telepon, Senin (1/6/2020).

Menurut Dedi, tidak berjalannya isolasi mandiri baik bagi warga positif corona, pasien dalam pemantauan (PDP), orang dalam pengawasan (ODP) atau bahkan orang tanpa gejala (OTG) karena secara umum kurang dipantau petuga. Menurutnya, petugas jarang memeriksa situasi di rumah mereka yang melakukan isolasi mandiri.

"Ketika bilang isolasi mandiri, petugas tidak mengecek situasi rumah, dengan siapa, kamar berapa, itu tak dilakukan. Dampaknya, mereka tak terkontrol dengan baik," kata wakil ketua Komisi IV ini.

Menurut Dedi, isolasi mandiri itu memerlukan kedisplinan. Isolasi mandiri di rumah malah cocok diterapkan di luar negeri karena mereka tetap disiplin untuk tinggal di rumah.

Selain itu, rata-rata warga di sana bersifat individual sehingga ketika isolasi mandiri, ia benar-benar tinggal sendirian. 

Berbeda dengan di Indonesia. Satu rumah bisa diisi beberapa orang dan mereka sering tidak tahan tinggal di rumah dan ingin keluar atau berinteraksi dengan orang lain.

"Misalnya, seorang kakek yang terindikasi Covid-19 tak tahan ingin menggendong cucunya. Akibatnya, sang cucu tertular," katanya. 

Peran RT dan RW

Dedi kembali mengingatkan agar pengawasan teknis di lapangan ditingkatkan dengan melibatkan kekuatan kepemimpinan RT dan RW dengan membangun ketahanan lingkungan.

"Itu yang saya sebut sebagai isolasi komunal," kata Dedi.

Menurutnya, Tim Gugus Tugas di seluruh Indonesia bisa memberdayakan RT dan RW untuk mengantisipasi kemungkinan gelombang kedua penyebaran Covid-19. Setiap RT dan RW diberi perlengkapan memadai seperti alat pelindung diri (APD), alat pengukur suhu dan termasuk balai karantina.

Balai karantina di kampung dibentuk agar warga bisa mengurus orang positif corona dengan cara lebih humanis dan bisa dekat dengan keluarga.

Menurut Dedi, warga yang harus melakukan karantina mandiri adalah orang yang dinyatakan positif corona melalui hasil tes swab. Mereka melakukan karantina mandiri dengan diawasi warga. Makanan dan kebutuhan sehari-harinya dijamin warga.

Dia bisa dikarantina di rumahnya, sedangkan keluarganya bisa diungsikan ke rumah lain atau hotel.

 Sebelum diungsikan, mereka juga terlebih dahulu dilakukan rapid test.

"Yang jadi dikeluarkan itu bukan warga yang positif. Tapi keluarganya. Sebab, kalau orang yang positif corona dikarantina, misalnya di rumah kontrakan atau hotel, pemilik atau pengelolanya pasti tak ada yang mau. Tapi kalau keluarganya yang sehat pasti mereka mau. Tapi keluarga itu harus dites rapid dan hasilnya negatif," kata mantan bupati Purwakarta itu.

Dedi juga menyarankan pemerintah agar warga yang terkena corona juga mendapat bantuan keuangan yang jumlahnya setara dengan penghasilannya selama sebulan.

Namun kategori warga yang mendapat bantuan itu adalah mereka yang benar-benar tak memiliki penghasilan akibat melakukan isolasi mandiri.

Sebelumnya, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebutkan kasus corona pada Senin (1/6/2020) bertambah 467 kasus. Dengan demikian, hingga kini angka positif Covid-19 total berjumlah 26.940.

Sementara pasien yang meninggal sebanyak 1.641 dan sembuh 7.637 berdasarkan hasil dua kali tes swab. Yuri mengatakan Covid-19 masih menular di masyarakat.

https://regional.kompas.com/read/2020/06/02/05540941/dedi-mulyadi-kasus-covid-19-tetap-naik-karena-isolasi-mandiri-tak-berjalan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke