Salin Artikel

Kisah Tunanetra Penjual Ikan Asin, Jualan Keliling Dituntun Anak 5 Tahun

SAMARINDA, KOMPAS.com – Terik panas mahatari masih menyengat di langit Samarinda, Kalimantan Timur, ketika Misdah (37) duduk bersimpuh di trotoar Jalan Bhayangkara, Taman Samarendah, Rabu (20/5/2020).

Tatapan kosong ke arah jalanan. Butir keringat terus membahasi wajahnya. Yang ia dengar hanya suara bising lalu lintas kendaraan tanpa henti. Misdah buta sejak lahir.

Siang ini dia duduk ditemani sang bungsu, Maulida (5).

Keduanya sesekali bernaung di bawah payung hitam jika cuaca terlalu panas, sambil menunggu dagangan ikan kering asin yang dijejer di atas kotak kardus terjual.

Ketika pembeli datang, Maulida memanggil ibunya, pertanda ada yang ingin membeli ikan kering.

“Jual seadanya. Daripada mengharapkan orang lain, saya tidak bisa makan,” ungkap Misdah saat ditemui Kompas.com, Rabu siang.

Menjual ikan kering asin keliling sudah dijalani Misdah sejak dua tahun terakhir.

Setiap pagi, dia dituntun anaknya jalan kaki keliling membawa ikan kering. Jika kelelahan jalan, keduanya naik angkot.

Lokasi jualan pindah-pindah, kadang di Jalan KS Tubun, Jalan Bhayangkara, Jalan Sirad Salman, Jalan Kusuma Bangsa dan Karang Asam dan selalu di atas trotoar.

Warga Jalan Reel Sei Keledang, Gang Reel 3, Kelurahan Sungai Keledang, Kecamatan Samarinda Seberang ini, jalan kaki belasan kilometer menuju lokasi jualan.

“Walaupun sedikit setidaknya saya ada penghasilan,” kata dia.

Satu bungkus ikan kering asin, dijual Misdah dengan harga Rp 20.000 sampai Rp 35.000 per bungkus. Dalam sehari biasanya hasil jualannya laku lima sampai enam bungkus.

“Tapi kadang juga tidak ada (terjual),” tuturnya.

Penghasilan itu ia gunakan untuk menghidupi anaknya dan ibunya.

Misdah tinggal di rumah sewa bangsal ukuran 6 X 3 meter bersama anak bungsunya, yang selalu menemaninya jualan.

Suaminya telah lama meninggalkan dia dengan tiga anak. Dua anaknya tinggal bersama keluarga di Grogot, Kabupaten Paser, Kaltim.

Anak pertama sudah SD kelas tiga, dan anak kedua SD kelas satu di Grogot bersama keluarga.

Di rumah sewa itu, Misdah membayar Rp 500.000 per bulan. Di samping penghasilan jual ikan kering untuk makan, pun membayar bangsal.

Kadang mereka juga dibantu tetangga makanan.

Kisah hidup Misdah dan anaknya, makin sulit di tengah pandemi Covid-19.

"Saya sering keluar rumah, saya tidak tahu dapat bantuan (terdampak Covid-19) atau tidak," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2020/05/20/14233581/kisah-tunanetra-penjual-ikan-asin-jualan-keliling-dituntun-anak-5-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke