Salin Artikel

Naik Porsche Bagikan Kardus Berisi Uang ke Warga di Jalan, Siapa Sebenarnya Tom Liwafa?

Dalam video yang diunggah di akun Instagram-nya, @tomliwafa, Tom terlihat memasukkan lembaran uang Rp 100.000 ke beberapa kardus. 

Selain uang, juga terdapat mi instan dan beras 5 kilogram.

Tom bersama temannya kemudian menaiki Porsche dan berkeliling memberikan kardus berisi uang, mi, dan beras ke sejumlah warga yang ditemui di jalan.

Tom mengatakan, video donasi uang dalam kardus mi itu dibuat untuk menanggapi konten video YouTuber Ferdian Paleka yang viral belakangan ini.

Diketahui, Ferdian melakukan prank dengan memberikan kardus berisi sampah kepada beberapa transpuan di jalan.

Memulai semua dari nol

Sebelum menjadi pengusaha sukses seperti sekarang, sosok Tom Liwafa di usia 18 tahun lebih banyak dikenal sebagai vokalis band rock metal.

Penampilannya pun layaknya seorang rockstar, yang kerap memakai outfit serba hitam dengan rambut gondrong terturai.

Bila melihat penampilan Tom di masa lalu, sulit dibayangkan ia bisa sukses menjadi pengusaha di usia muda.

Meski penampilannya di masa lalu lebih terlihat sebagai rocker, Tom mengaku tak punya niatan menjadi musisi.

Sejak kecil, ia hanya memiliki angan-angan untuk bisa menjadi pengusaha sukses di masa depan.

Tujuannya hanya satu, membalikkan kehidupannya menjadi lebih baik.

"Kalau dari kecil bisa dibilang pengin jadi pengusaha, cuma kan tidak menyangka akan secepat ini," kata Tom saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/5/2020).

Tom mulai merintis usaha pada tahun 2008.

Saat itu ia masih berstatus sebagai mahasiswa S1 jurusan Desain Produk di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS).

Pertama kali memulai usaha, Tom menjual stiker hingga clothing line band rock metal.

Stiker dan kaus yang ia jual ditawarkan ke sejumlah distributor outlet (distro) dan teman-temannya.

Setiap hari selepas kuliah, ia keliling menggunakan sepeda motor menjajakan stiker dan kaus band metal itu.

Hasil yang didapat ia gunakan untuk membayar biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari.

"Intinya kalau saya sih dulu memang dari nol banget, dari mulai nge-band, jualan sticker, kaus. Dari situ awalnya, nah, terus akhirnya mencoba untuk berdagang," ujar Tom.

Pelan tapi pasti, Tom terus belajar dan bekerja keras untuk bisa berhasil di dunia usaha atau bisnis.

Dari menjual stiker dan kaus band, usaha Tom berkembang dengan menjual sepatu dan tas wanita.

Selama kurang lebih 10 tahun, Tom berhasil mengubah hidupnya dari seorang vokalis band rock menjadi pengusaha muda sukses.

Tom memiliki 12 lini usaha bisnis di berbagai bidang, di antaranya di bidang fashion, food and beverage, dan entertainment.

Salah satu bisnis yang banyak dikenal adalah bisnis grosir tas dan sepatu, yakni Handmadeshoesby dan Delvationstore di Surabaya, Jawa Timur, yang dia rintis bersama istrinya, Delta Hesti Chandra Pratiwi.

Terdapat lebih dari 1.500 karyawan yang bergabung di berbagai sektor usaha milik Tom Liwafa ini.

"Hampir di semua bisnis, saya dan istri itu bergerak dalam satu bidang. Bisnis dikelola bersama," kata Tom.

Berpikir "out of the box"

Kunci sukses bagi Tom Liwafa adalah keyakinan dan kerja keras.

Selain itu, sejak kecil dia selalu dididik orangtua agar menjadi anak yamg tekun, jujur, dan disiplin.

Sejak belia, orangtua Tom Liwafa juga mendukung dia untuk menjadi pengusaha.

"Apalagi orangtua saya kan serabutan dulu. Nasihat yang sering dibilang orangtua, yang penting tetap bermanfaat bagi orang banyak, gitu saja sih," kata dia.

Ayah dari Averyn Del Liwafa dan Fella Del Liwafa ini mengaku sering disebut orangtuanya nyeleneh, karena seingkali menyampaikan gagasan yang tak masuk akal.

Menurut Tom, ia hanya berusaha melakukam sesuatu yang terkadang tidak terpikir oleh oramg lain.

Namun, gagasan dari berpikir di luar kotak itu bisa mengantarnya meraih kesuksesan yang diinginkan.

"Jadi, ya kalau misalkan saya melakukan sesuatu itu juga sering out of the box, jadi memang benar-benar hal yang kadang-kadang orang enggak kepikiran, tapi saya justru melakukannya," kata dia.

Ia mencontohkan, jika pada umumnya pembuatan stiker menggunakam printing, Tim Lieafa memilih untuk menggunakan sablon.

Cara lain yang oleh orang lain dianggap gila adalah membagikan 2.000 porsi makanan di restaurant miliknya kepada tenaga medis.

"Nah, itu kalau dipikir bangkrut ya bangkrut, Mas. Karena toko sepi kok malah dibagi-bagikan. Tapi ya Alhamdulillah, semakin berbagi semakin lancar," kata Tom yang menikah di usia 25 tahun.

Berempati, tak banyak mengeluh

Tom yang kini tengah menyelesaikan S2 jurusan marketing management di Universitas Ciputra mengatakan, kesuksesan memang butuh usaha dan kerja keras.

Namun, di balik itu semua, seseorang harus memiliki jiwa empati yang tinggi sekaligus tak banyak mengeluh dengan kondisi yang dihadapi.

Ia pun berpesan kedapada semua orang agar tak selalu mengeluh dan saling menyalahkan, terutama di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Kepada para pengusaha, ia juga berpesan agar tidak lagi berpikir tentang pendapatan, melainkan turut membantu warga yang tak berkecukupan, terutama mereka yang terdampak langsung Covid-19.

"Buat teman-teman semua, di era pandemi seperti ini sudah bukan waktunya untuk mengeluh dan bukan waktunya lagi untuk saling menyalahkan," kata dia.

"Dengan kita sehat-sehat saja itu sudah anugerah sebenarnya. Jadi sekarang ini tidak bisa lagi kita berpangku tangan melihat ini semua. Kita semua harus bergotong royong agar era (wabah) ini juga lekas selesai," tutur dia.

https://regional.kompas.com/read/2020/05/06/17593811/naik-porsche-bagikan-kardus-berisi-uang-ke-warga-di-jalan-siapa-sebenarnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke