Salin Artikel

Viral Video Nenek Mengaji di Rumah Reyot, Ternyata Tak Pernah Dapat Bantuan Pemerintah

Mereka yang datang, membawa sejumlah bantuan berupa makanan untuk Minah.

Bantuan tersebut, berdatangan setelah video Minah yang tengah asyik mengaji seorang diri di rumah tuanya yang hampir seluruh bagian atapnya nyaris roboh tersebar di media sosial.

Saking rapuhnya, tak ada warga yang berani memperbaikinya karena takut seluruh bagian atapnya roboh, meski hanya memperbaiki kabel listrik di atap rumahnya sekalipun.

Rumah Minah sendiri, sebenarnya cukup terbilang kokoh, terutama bagian dindingnya. Karena, semua bagian berlapis tembok yang kondisinya cukup baik.

Namun, atapnya memang kondisinya parah. Hampir setiap ruangan di rumah berukuran kurang lebih 6x9 meter tersebut, bagian atapnya bukan lagi bocor, namun sudah bolong tanpa genteng.

Hal ini pula yang membuat sejumlah orang yang menyaksikan video tersebut, tergugah rasa kepedulian sosialnya dan dengan sengaja datang ke rumah Minah untuk memberi bantuan.

Kompas.com pun, menyaksikan dua orang yang datang ke rumah Minah menyerahkan bantuan berupa bahan makanan.

Hidup seorang diri sejak tahun 1980

Minah sendiri, sejak pertama kali menikah dengan Dadang almarhum suaminya sudah menempati rumah tersebut. Namun, sekitar tahun 1980-an, suaminya meninggal dunia. Sejak itulah Minah hidup seorang diri karena tidak memiliki anak dari hasil pernikahannya. 

“(Suaminya) meninggalnya sekitar usia 40 sampai 50 tahunan, tahun 1980-an,” jelas H Ijang (68), tetangga Minah yang memang sejak dulu mengetahui persis kehidupan pasangan suami istri tersebut.

Menurut H Ijang, semasa hidupnya, almarhum Dadang memiliki gangguan penglihatan hingga tidak bisa melihat secara normal. Karenanya, Dadang tidak memiliki pekerjaan tetap dan sulit mendapat pekerjaan.

Minah mengakui, suaminya memang telah cukup lama meninggal dunia. Sejak itu, dirinya pun hidup sebatang kara di rumah peninggalan suaminya. Karena hidup sendiri, saat ada bagian rumahnya yang rusak, Minah pun tak mampu memperbaikinya hingga kondisi rumahnya rusak berat seperti saat ini.

Selama hidup sendiri, Minah mengaku tidak memiliki pekerjaan pasti. Bahkan, untuk makan sehari-hari, mengandalkan pemberian dari tetangga. Namun, dirinya tidak pernah mau tinggal di rumah tetangganya meski rumahnya sudah rusak berat.

“Di sini mah, bisa sambil ngaji, sholawatan, di rumah orang perasaan tidak enak, tidak tenang,” katanya.

“Paling kalau sudah hujan deras dan angin, saya ajak ke rumah saya mau, setelah hujan reda Mamah Minah pulang lagi,” jelas Siti yang rumahnya berada di samping rumah Minah.

Siti sendiri tidak mengetahui pasti cerita Mamah Minah dahulu. Karena, dirinya baru tinggal di Kampung Randu Kurung sekitar lima tahun lalu. Namun, yang pasti sejak pertama dirinya tinggal di Kampung Randu Kurung, Mamah Minah memang sudah sendirian.

Siti mengaku, dirinya sudah berusaha semaksimal mungkin mengajukan program perbaikan rumah kepada pemerintah desa, termasuk program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). Namun, entah mengapa tidak pernah berhasil.

“Program PKH tidak dapat, padahal menurut saya layak, BPJS tidak punya jadi kalau berobat bayar sendiri, kalau ada yang ngasih uang, biasanya buat berobat,” katanya.

Siti memastikan, jika hanya untuk kepentingan makan sehari-hari saja, para tetangga cukup memperhatikan dan selalu memenuhinya. Namun, untuk bisa membantu membangun kembali rumah Mamah Minah, memang kebanyakan kesulitan.

Tidak pernah mendapat bantuan pemerintah

Usep, Kepala Desa Cibiuk Kidul yang ditemui di rumah Minah mengakui, Minah memang tidak mendapat program-program bantuan dari pemerintah baik Kartu Indonesia Sehat, Program Keluarga Harapan (PKH) dan lainnya.

Bahkan, untuk program perbaikan rumah pun tidak juga dapat. Karena, desanya memang tidak pernah dapat program bantuan tersebut dari pemerintah.

“Ada bantuan Rutilahu tahun 2018 untuk 30 rumah, tapi dari program aspirasi, jadi (Minah) tidak dapat,” katanya.

Usep yang mengaku baru menjabat sebagai kepala desa sejak pertengahan tahun 2017 mengungkapkan, pihaknya tahun 2017 sudah mengajukan program tersebut namun tidak dapat. Kemudian, tahun 2019, program tersebut tidak ada, meski pihaknya telah mengajukan program tersebut.

Sementara, untuk bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), Usep pun mengklaim juga sudah mengajukan Minah sebagai penerima bantuan program tersebut.

Namun, data penerima program tersebut sudah ada di pendamping dan nama Minah tidak masuk dengan alasan keterbatasan kuota.

“Diajukan, tapi tidak masuk, alasannya tidak dapat karena kuota terbatas, BPJS juga sudah diajukan, tapi terbentur masalah waktu,” katanya.


Seharusnya Minah mendapatkan prioritas, tapi...

Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Desa Cibiuk Kidul, Imam Munandar mengaku, nama Minah sudah diajukan sebagai penerima berbagai program bantuan dari pemerintah desa. Namun, masih belum juga mendapat program bantuan dari pemerintah.

“Ajuan dari RT-nya kondisinya disamakan dengan warga yang lain, harusnya ini jadi prioritas dikasih tanda agar jadi prioritas, tidak bisa disamakan dengan yang lain,” katanya.

Ribut-ribut soal program bantuan dari pemerintah, Minah sendiri tidak merasa kecewa dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah. Karena, dirinya sudah merasa cukup dengan keadaannya saat ini. Namun, untuk program perbaikan rumah, dirinya memang berharap bisa dibantu.

“Nunggu ada yang betulin aja lah rumah mah, kalau belum ada bantuan tidak apa-apa, Gusti Nu Beunghar mah (Yang kaya mah Allah), jalma mah mung titahanna (manusia mah hanya pesuruh-Nya),” kata Minah.

Nenek Minah yang rajin membaca shalawat dan Al Quran...

Sehari-harinya, dirumah reyotnya, Minah menyibukan diri dengan membaca Al-Quran dan membaca shalawat di tengah rumahnya.

Jika kondisinya sehat, Minah pun rajin menghadiri pengajian-pengajian rutin di masjid-masjid terdekat di rumahnya.

Siti Djubaedah melihat, meski atapnya sudah rusak berat, anehnya meski diguncang oleh gempa, atap rumah tersebut tidak sampai runtuh.

Padahal, pernah ada kejadian gempa rumah tetangga lain rusak, Rumah Mamah Minah atapnya tetap pada posisinya.

“Abdi mah nyuhunkeun ka gusti dijaga heula we kango abdi sadidinten ngaji (saya mah minta ka Allah dijaga dulu buat saya sehari-hari ngaji), dugi engke aya nu ngalereskeun (sampai nanti ada yang memperbaiki,” kata Minah dengan bahasa sunda yang kental. 

https://regional.kompas.com/read/2020/04/19/16471971/viral-video-nenek-mengaji-di-rumah-reyot-ternyata-tak-pernah-dapat-bantuan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke