Salin Artikel

Tokoh Adat Babel Desak Pemerintah Batalkan Tradisi Budaya Jelang Ramadhan dan Idul Fitri

Ketua Lembaga Adat Melayu Bangka, Bustami Rahman mengatakan, pemerintah harus tegas menolak kegiatan keramaian serta memberikan sanksi bagi yang melanggar.

"Sekarang tidak bisa lagi bahasanya minta tolong atau imbauan. Kalau sebuah keharusan ya harus. Tidak boleh dilakukan," kata Bustami saat jumpa pers di posko gugus tugas Covid-19 di bandara Pangkal Pinang, Sabtu (28/3/2020).

Bustami menuturkan, dalam komunitas mayarakat yang egaliter seperti di Kepulauan Bangka Belitung, peran pemerintah harus lebih dominan.

Sebab pemerintah memiliki kuasa dan kewenangan untuk melakukan tindakan.

"Kalau nanti Cheng Beng tidak boleh pulang, ya harus jangan pulang," ujar Bustami mencontohkan.

Tradisi lainnya seperti perang ketupat, kata Bustami juga harus diperlakukan sama.

Tidak boleh dilaksanakan karena akan menjadi tempat kerumunan banyak orang.

"Tidak boleh ya tidak dilaksanakan. Tidak boleh diubah, lempar ketupatnya dari masing-masing. Jangan. Bagaimana pun nanti orang akan berkumpul," ujar dia.

Hal senada juga diutarakan budayawan Akhmad Elvian.

Kata Elvian, kearifan lokal sejak lama mengenal istilah awer. Yakni tidak boleh keluar masuk kampung jika sedang terjadi wabah.

"Biasanya ada penanda, pohon kayu yang dikelupas. Itu artinya ada wabah, tidak boleh masuk atau keluar dari kampung itu," ujar Elvian yang menulis buku Kampoeng di Bangka.

Menurut Elvian, di Bangka ada beberapa tradisi yang biasanya dilaksanakan masyarakat menjelang lebaran.

Selain Cheng Beng dari kalangan etnis Tionghoa, juga ada perang ketupat di Bangka Barat dan nganggung yang hampir merata dilaksanakan di Kepulauan Bangka Belitung.

Nganggung ini berupa makan bersama menggunakan dulang yang biasanya dilaksanakan di balai desa atau masjid.


Mengundang kerumunan

Sementara Cheng Beng berupa ziarah kubur dan perang ketupat, merupakan tradisi saling lempar ketupat antara dua kelompok yang ditonton banyak orang di lapangan terbuka.

Tradisi tersebut mengundang kerumunan banyak orang dengan perkiraan puluhan, ratusan bahkan ribuan bisa hadir saat kegiatan berlangsung.

Komandan Gugus Tugas Covid-19 Bangka Belitung Mikron Antariksa menyatakan dukungan agar kegiatan keramaian dibatalkan demi mencegah penularan Covid-19.

"Harus ada kepedulian bersama untuk mencegah wabah ini. Saat ini untuk perawatan pasien banyak yang kurang peralatan. Bahkan RSUD sudah menggunakan jas hujan untuk alat pelindung diri (APD)," pungkas Mikron.

https://regional.kompas.com/read/2020/03/28/22523451/tokoh-adat-babel-desak-pemerintah-batalkan-tradisi-budaya-jelang-ramadhan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke