Salin Artikel

Fakta Baru Tragedi Susur Sungai, Grafiti Kemarahan Siswa hingga Adanya Rapat Online

Mulai dari kegeraman siswa yang diwujudkan dalam sebuah grafiti hingga adanya rapat online sebelum susur sungai dilaksanakan.

Polisi saat ini telah menetapkan tiga tersangka yang merupakan pembina Pramuka sekaligus guru sekolah tersebut. Mereka adalah IYA, R, dan DDS.

Terlebih lagi, bagi siswa kelas 7 dan 8 yang mengikuti kegiatan susur sungai.

Sebanyak 249 siswa berangkat bersama-sama. Namun, hanya 239 orang yang kembali dengan selamat.

Sejumlah 10 teman mereka tewas, hanyut terbawa derasnya arus dalam kegiatan tersebut.

Salah seorang siswa SMPN 1 Turi bernama Abisa bercerita, sehari berselang setelah tragedi susur sungai, tepatnya pada Sabtu (22/2/2020), siswa-siswa SMPN 1 Turi berkumpul di sekolah.

Perasaan bercampur aduk saat itu. Marah, merasa kehilangan, sedih, dan kesal berbaur menjadi satu.

Seperti dilansir Tribun Jogja, para siswa kemudian bersama-sama melukis grafiti di dinding dan tembok sekolah.

Grafiti berukuran besar itu mencaci seorang guru pembina sebagai luapan kekesalan dan kesedihan mereka.

Abisa sempat menunjukkan foto grafiti kepada awak media. Abisa menyebutkan, saat ini grafiti itu telah dihapus dan ditutup dengan cat baru.

Sebutan itu merujuk pada sebuah pembahasan yang dilakukan melalui aplikasi atau daring.

Dalam rapat online tersebut, guru pembina memberitahukan penyelenggaraan agenda susur sungai secara mendadak.

Malam sebelum acara digelar atau Kamis (20/2/2020), guru pembina menulis:

"Disampaikan aja kls 7 dan 8 bsk susur sungai. Wajib bersepatu, warna bebas."

Pemberitahuan itu disahut dengan beberapa pertanyaan dari anggota grup.

Namun, guru pembina menjawab singkat, "Nanti kita bahas."

Dua jam setelah jawaban itu, pembina baru memberitahukan mengenai rute yang harus mereka tempuh.

"Besok rutenya mulai outbond sempor, naik sebelum bendungan kembangarum," demikian tertulis di grup tersebut.

Abisa menerangkan, hanya itu yang tertulis. Tak ada pembicaraan lainnya, termasuk mengenai alat pengamanan.

Kecemasan akan kondisi cuaca mendorong Abisa menanyakan hal tersebut.

"Saat itu mendung gelap, geludug (petir) tak henti-hentinya terdengar di utara. Saya tanya, 'Pak, cuaca begini apa tetap mau diteruskan?'," ungkap Abi.

Abisa menirukan jawaban guru pembina, "Cuaca seperti ini adalah hal biasa."

Benar saja, arus deras tiba-tiba menerjang saat para siswa berada di tengah sungai.

Abisa sebisa mungkin meraih tangan teman-temannya.

“Saat itu saya tidak tahu berapa yang hanyut, hilang, dan ada yang meninggal atau tidak, kita semua belum tahu,” akunya.

Akhirnya ia mengetahui, 10 temannya tewas dalam peristiwa itu. Sementara Abisa mengaku sempat mengalami trauma.

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Abi Ungkap 'Rapat Online' Jelang Petaka Air Bah Susur Kali Sempor SMPN 1 Turi

https://regional.kompas.com/read/2020/03/02/06000041/fakta-baru-tragedi-susur-sungai-grafiti-kemarahan-siswa-hingga-adanya-rapat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke