Salin Artikel

Kisah Pejuang Literasi, Dari Gaji Petugas Kebersihan, Yudi Mampu Bikin Banyak Perpustakaan

Malah, saat ini pria kelahiran Bandung itu sudah menginisiasi sembilan perpustakaan mini yang ia labeli Saung Baca, di daerah Bandung, Pangalengan, dan Cianjur.

Dalam waktu dekat, Yadi akan mendirikan satu saung baca lagi, tempatnya di Tasikmalaya.

Menyambangi rumahnya di Kampung Cicadas, RT 002/004, Desa Sukamulya, Kecamatan Warungkondang, Cianjur, ada kesan tak biasa yang dapat.

Berada di lingkungan perkampungan, rumah sederhana itu tampak asri nan artistik.

Ornamen-ornamen dari bahan daur ulang menghiasi rumah kayu tersebut. 

Pot bunga warna-warni bergelantungan di setiap sudut halaman rumah, menghadirkan nuansa estetis yang semakin kentara.

Di teras rumah terdapat meja kayu. Di atasnya tergeletak alat seduh kopi tradisional.

Di sudut teras terdapat rak kayu yang penuh sesak dengan buku-buku.

Di dalam rumah, rak setinggi 3 meter yang difungsikan sebagai partisi ruangan juga penuh buku.

“Ini rumah saya sekaligus Saung Baca untuk warga. Setiap sore anak-anak ke sini untuk bermain dan membaca," kata Yadi kepada Kompas.com, Minggu (23/2/2020).

DO dan jadi petugas cleaning service

Semangat Yadi mendirikan Saung Baca berangkat dari kesenangannya membaca buku sejak kecil.

Saking gandrungnya, sepanjang hari selalu dihabiskan bersama buku.

Namun, hobinya itu tak berbanding lurus dengan jenjang pendidikannya. Yadi terpaksa berhenti sekolah karena ketiadaan biaya. 

Krisis ekonomi pada 1998 silam ternyata berdampak pada kondisi keuangan orangtuanya.

Akibatnya, mereka mengalami kesulitan biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya.

"Orangtua saya itu anaknya sebelas. Jadi, biayanya banyak. Kecewa (tidak bisa meneruskan sekolah) tentu saja. Namun, tak sekolah bukan berarti harus berhenti belajar, bukan?” ucapnya.

Yadi tak ingin berpangku tangan apalagi meratapi nasibnya itu. Akan tetapi, hanya berbekal ijazah SMP tentu tak punya banyak pilihan baginya untuk memilih pekerjaan.

Akhirnya, ia terpaksa bekerja sebagai seorang petugas cleaning service di sebuah instansi pemerintah di Bandung.

Sepuluh tahun dihabiskan untuk pekerjaannya itu. Sepanjang waktu itu, hobinya membaca makin menjadi-jadi.

"Setiap istirahat kerja, saya selalu baca buku. Teman-teman seprofesi suka nyinyir, katanya sok intelek, lagak mahasiswa saja. Tapi, ya cuek saja, namanya juga hobi," katanya.

Gajinya dari petugas kebersihan pun lebih banyak dihabiskan untuk membeli buku ketimbang belanja baju.

Alhasil, dari waktu ke waktu koleksi bukunya semakin bertumpuk dan mulai menyesaki kamar kosnya.

Saung baca pertama di kontrakan

Melihat koleksi bukunya yang semakin banyak, terbersit di pikirannya untuk membuka perpustakaan mini.

Rencananya itu pun berbanding lurus dengan dukungan sang istri, yang juga hobi baca.

"Saya menikah 2008. Cita-cita saya ingin punya istri yang suka buku. Alhamdulilah kesampaian. Jadinya, istri sangat dukung dengan apa yang saya lakukan ini," ucap Yadi.

Saung Baca pertama yang dibuka di rumah kontrakannya di daerah Bandung itu mendapat sambutan positif dari lingkungan sekitar.

Warga, terutama anak-anak dan remaja, banyak yang menyambangi rumah kontrakannya untuk membaca buku.

“Dari situlah kemudian saya berinisiatif menggalang donasi 1 Miliar Buku untuk Bangsa, lewat jejaring sosial,” ujar dia.

Galang donasi buku

Lewat penggalangan buku yang digagasnya pada 2016 itu, Yadi mengaku kebanjiran buku. 

Hampir setiap pekan selalu saja ada kiriman paket buku dari donatur. 

"Tiba-tiba berdatangan kiriman buku berdus-dus ke rumah,” ucapnya.

Namun, karena Saung Baca di rumah kontrakanya tak mampu menampung banyaknya kiriman buku dari para donatur itu, Yadi lantas menawari teman-temannya yang ingin membuka Saung Baca.

"Sejak itu, satu demi satu Saung Baca bisa berdiri. Sekarang sudah ada sembilan. Peran saya volunteer bukunya," kata Yadi.

Mimpi punya Saung Baca di penjuru negeri

Ayah satu anak ini punya mimpi besar, bisa mendirikan Saung Baca di seluruh pelosok negeri.

“Membaca itu awal untuk perubahan sebuah peradaban. Mimpi saya, satu kampung satu Saung Baca,” kata Yadi yang memutuskan pindah ke kampung halaman istrinya di Cianjur pada 2017 lalu.

Dengan demikian, Yadi berharap, setiap orang, di manapun berada, memiliki akses untuk menjangkau tempat baca dengan mudah.

“Saya ingin menulari masyarakat agar membaca sebagai bagian dari gaya hidup. Karena sejatinya, bangsa yang maju adalah bangsa yang berliterasi, bangsa yang punya semangat dan minat baca yang tinggi,” ucap Yadi.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/24/12274431/kisah-pejuang-literasi-dari-gaji-petugas-kebersihan-yudi-mampu-bikin-banyak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke