Salin Artikel

Beredar Buku Pelajaran Siswa SD di Tegal Sebut NU Radikal, Disdik Minta Tak Lagi Dipakai

Buku itu menyebut organisasi Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi yang bersifat radikal.

Mengetahui hal itu, Disdikbud Kota Tegal akhirnya meminta agar buku berjudul "Peristiwa dalam Kehidupan", yang merupakan Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, tak lagi dipakai.

Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Disdikbud Kota Tegal, Budio Pradipto mengatakan, pihaknya pertama kali mendapat informasi dari Kejari Tegal.

Setelah ditelusuri, Disdik Tegal menemukan buku tersebut di beberapa sekolah, salah satunya di SD Kaligangsa 4.

"Setelah kita pelajari ternyata benar, ada yang memuat konten yang menyebut NU organisasi yang bersifat radikal. Secepatnya kita minta buku tersebut tidak lagi dipakai," kata Budio, saat dihubungi, Kompas.com, Sabtu (22/2/2020).

Budio mengatakan, Disdik Tegal akan menggelar pertemuan dengan sejumlah pihak, salah satunya penegak hukum.

Hal itu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat.

"Kita belum bisa menarik, karena akan berkoordinasi dulu dengan penegak hukum. Rencananya, Senin (24/2/2020)," kata Budio.

Sekretaris PCNU Kota Tegal Muslih mendesak agar Disdikbud Tegal dan pihak terkait untuk segera menyelesaikan persoalan tersebut.

Muslih khawatir, jika dibiarkan berlarut akan menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat.

"Kami dari PCNU Kota Tegal meminta agar ditarik kembali, atau tidak diajarkan ke siswa. Selanjutnya dikaji oleh para ahli yang memiliki kompetensi di bidangnya terkait kelayakan," kata Muslih, melalui pesan singkat.

Muslih mengatakan, meski konten buku menyebut peristiwa yag diangkat adalah masa penjajahan tahun 1920-1927, tapi penyebutan kata radikal untuk NU tidak tepat.

Menurutnya, masih banyak kata atau kalimat yang lebih tepat dan bijaksana untuk menggambarkan semangat perlawanan terhadap penjajah atau Belanda pada masa itu.

Menurut Muslih, sebuah karya apalagi buku yang dibaca dan dipelajari oleh siswa, sebelum dicetak dan diedarkan seharusnya sudah melalui beberapa tahapan verifikasi, serta cek dan ricek.

"Untuk itu fungsi editor baik konten maupun bahasa sangat dibutuhkan karena sangat penting. Sehingga tidak menimbulkan kegaduhan setelah dibaca," ucap Muslih.

Muslih mengatakan, bagi sebagian orang mungkin saja berpandangan kata radikal dalam buku dimaksud adalah menggambarkan perlawanan terhadap penjajah Belanda saat itu.

Sementara bagi sebagian lainnya, kata radikal adalah tidak tepat, karena bersifat menghakimi.

"Semoga hal ini tidak menjadi semakin gaduhnya temuan buku Siswa SD/MI kelas V di Kota Tegal," ujar Muslih.

"Ke depan hendaknya berhati-hati dengan bacaan atau buku yang diedarkan secara luas di masyarakat. Apalagi buku pelajaran, tematik yang dibaca dan dipelajari di sekolah-sekolah," sambung Muslih.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/24/11401471/beredar-buku-pelajaran-siswa-sd-di-tegal-sebut-nu-radikal-disdik-minta-tak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke