Salin Artikel

Kisah Haru di Balik Tragedi Susur Sungai Sempor, Duka Suraji Putrinya Jadi Korban hingga Tangis di Ultah ke-13

KOMPAS.com - Tita Farza Pradita, salah satu siswi SMPN 1 Turi Sleman yang selamat dari tragedi saat susur Sungai Sempor, mengaku mendengar pembina Pramuka mengatakan "kalau mati di tangan Tuhan".

Ungkapan IYA tersebut, menurut Tita, dilontarkan saat menanggapi peringatan warga agar tidak melakukan susur sungai.

"Katanya, enggak apa-apa, kalau mati di tangan Tuhan, kata kakak pembinanya," ujar Tita yang mengaku mendengar langsung jawaban pembinanya tersebut, seperti dikutip dari KompasTV.

Setelah itu, kegiatan susur sungai tetap dilanjutkan. Tak disangka, hujan di hulu sungai membuat arus sungai meluncur deras ke hilir dan menyapu 249 siswa SMPN 1 Turi Sleman.

Sebanyak 10 orang siswa tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Berikut ini kisah haru di balik tragedi tersebut:

Khoirunnisa, salah satu korban tewas tragedi susur Sungai Sempor, dimakamkan pada perayaan ulang tahunnya.

Putri dari Dedi Sukmana, warga Dusun Karanggawang, Girikerto, Turi, Sleman, itu lahir 22 Februari 2007.

Ia merupakan anggota pramuka SMPN 1 Turi yang turut serta dalam kegiatan susur sungai. Jasad Khoirunissa ditemukan oleh tim SAR gabungan pada Jumat (21/2/2020).

Gadis itu dikebumikan di hari ulang tahunnya ke-13 pada Sabtu (22/2/2020).

"Kami menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya anak kita, Khoirunnisa Nurcahyani Sukmaningdyah, yang hari ini bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-13, persis jatuh di hari," kata Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun, dalam bahasa Jawa, seperti dikutip dari Tribun Jogja.

Menurut keterangan salah seorang korban selamat, Salma Kusuma Haridayani, arus sungai tiba-tiba deras dan menyeretnya dan rekan-rekannya saat menyusuri sungai.

"Ketika kami sampai di tengah-tengah sungai, jalan di sungai sudah sekitar setengah jam, tiba-tiba ada arus besar dari arah utara atau atas," kata Salma.

Akibatnya, Salam saat itu mengalami luka di bagian kakinya. Saat itu, Salma melihat teman-temannya yang lain terseret derasnya arus sungai.

Diduga, aliran air tersebut disebabkan oleh hujan di hulu sungai.

Ahmad Bakri, salah satu siswa SMPN 1 Turi, mengatakan, saat kegiatan susur sungai dimulai, ia berada di paling belakang.

Lalu, perlahan ia mendahului rekan-rekannya hingga dirinya berada di depan.

Bakir mengatakan, saat susur sungai kedalaman air bervariasi, ada yang sekitar 50 sentimeter dan ada pula yang satu meter.

Setelah beberapa saat menyusuri sungai, cuaca tiba-tia hujan gerimis.

"Enggak terasa, tiba-tiba air datang," katanya.

Bakir lalu berteriak agar teman-temannya tetap berpegangan yang erat pada sebuah kayu.

Selain itu, ia juga meminta teman-temannya tidak panik.

"Yang di tengah itu panik, terus saya teriak agar jangan panik. Kalau panik kan makin susah," ungkapnya.

Tak hanya itu, Bakir dan beberapa temannya yang sudah berhasil di bibir sungai, turut menolon siswa dengan akar pohon yang panjang.

"Saya langsung cari akar yang panjang, lalu saya lempar ke teman yang di tengah. Satu-satu tarik ke pinggir, ada enam yang tadi saya tarik," katanya

Melihat teman-temanya meminta tolong saat terseret arus Sungai Sempor, Danu Wahyu, siswa kelas 8, langsung melompat ke sungai untuk menolong.

"Lihat ada yang tenggelam terguling-guling, saya langsung lompat berenang. Saya tarik dua yang perempuan ke pinggir, sama satu yang (pegangan) batu di tengah (sungai)," ungkapnya.

Seperti diketahui, Danu bersama Bakir, terlebih dahulu bisa naik ke atas sungai sebelum arus sungai menjadi deras.

"Saya kan naik ke permukaan. Jadi posisi saya tidak di dalam sungai saat kejadian," ungkapnya.

Surajij terhenyak saat purti semata wayangnya, Yasinta Bunga Maharani, dinyatakan hanyut dan hilang setelah melakukan kegiatan susur sungai, Jumat (21/2/2020).

Setelah tak kunjung ada kabar terkait nasib Yasinta, Suraji lalu memutuskan untuk menyusuri sepanjang aliran sungai. Berharap akan menemukan buah hatinya. 

"Saya gelisah. Pas habis Subuh, Sabtu (22/2/2020), saya langsung ke dekat posko itu, turun lewat jembatan, saya nyusur sendiri," Suraji bercerita.

Berjalan di sepanjang aliran sungai berkilo-kilo meter, Suraji merasakan kakinya sulit digerakkan.

"Sampai kaki saya kram di sana, hampir enggak gerak," tutur pria berusia 61 tahun itu.

Setelah itu, pada hari Minggu (23/2/2020), Suraji dan istrinya, Hesti, mendapatkan kabar bahwa putrinya ditemukan dalam keadaan tak bernyawa sekitar pukul 05.00 WIB.

Jasad Yasinta mengambang pada jarak 400 meter di sungai dengan kedalaman 2 meter.

(Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor: Farid Assifa, Candra Setia Budi)

https://regional.kompas.com/read/2020/02/24/09180011/kisah-haru-di-balik-tragedi-susur-sungai-sempor-duka-suraji-putrinya-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke