Salin Artikel

Kisah Putri Bocah 7 Tahun Penderita Megakolon, Operasi 7 Kali, Ditinggal Ayah Pergi

TEGAL,KOMPAS.com - Nasib kurang beruntung dialami Putri Nurfadila (7), penderita megakolon, anak semata wayang Rokilah (41) warga RT 1 RW 1, Kelurahan Kaligangsa, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, Jawa Tengah.

Meski sudah menjalani operasi 7 kali, siswa kelas 1 SD ini tetap harus menggunakan obat agar bisa buang air besar (BAB).

Keterbatasan biaya membuat operasinya tak kembali dilanjutkan. Stok obatnya pun tak selalu cukup.

Putri menderita megakolon atau pelebaran/pembesaran abnormal pada usus besar atau kolon sejak lahir. Anusnya tertutup usus. Alhasil, terjadi penyumbatan tak bisa BAB normal.

Saat ini, berat tubuhnya hanya 14 kilogram. Nafsu makannya tak pernah naik. Ia juga kerap mengeluh sakit perut.

Saat ditemui Kompas.com, Senin (27/1/2020), Rokilah berbagi cerita. Didampingi Putri dan Ketua RT, Munaroh. Rokilah anaknya saat ini menumpang di rumah kerabatnya.

Lebih menyedihkan lagi, Rokilah yang hanya hidup mengandalkan uluran tangan kerabatnya divonis oleh dokter mengidap kanker rahim sejak sebulan lalu.

Sementara ayah Putri, Masarohman yang sebelumnya bekerja sebagai tukang bangunan pergi tak ada kabar sejak 2 tahun belakangan.

Atas kondisi itu, Rokilah sebenarnya mengaku sudah pasrah. Meski harapan anaknya untuk sembuh total masih ada.

"Saking fokusnya ke Putri, sampai saya tidak merasa kalau rahim saya divonis kanker. Harapan saya, anak saya bisa sembuh total dan bisa hidup normal," kata Rokilah, Senin (27/1/2020).

Menurut Rokilah, seminggu sekali ia harus menebus obat fleet enema. Sejenis obat yang digunakan untuk membantu mengobati sulit BAB.

"Satu botol itu harganya Rp 140.000. Bisa dipakai dua kali untuk dua kali BAB," kata Rokilah.

Karena tak memiliki biaya, Putri pun hanya bisa BAB seminggu dua kali. Hal itu terpaksa dilakukan oleh Rokilah.

"Kalau uangnya ada ya inginnya sehari sekali bisa BAB. Tapi benar-benar tak mampu," kata Rokilah.

Rokilah menjelaskan, sejak Putri lahir 2003, saat diperiksakan oleh dokter didiagnosa menderita megakolon, berbagai upaya pengobatan sudah dilakukan.

Hingga akhirnya operasi dilaksanakan 7 kali dengan cover BPJS Kesehatan sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI).

Namun, operasi hanya bisa dilakukan di luar kota. Karena RS di Kota Tegal tak sanggup menangani.

"Operasinya di RSU Kariadi Semarang. Operasinya gratis. Tapi biaya akomodasi pulang pergi dan makan selama pengobatan itu yang harus ditanggung sendiri," kata Rokilah.

Belum lama ini, kata Rokilah, pihak Pemerintah Kota (Pemkot Tegal) melalui Dinas Kesehatan mendatangi kediamannya.

Pemkot menyarankan untuk kembali dioperasi dengan cover BPJS, namun Rokilah diminta menyiapkan biaya akomodasi sendiri.

"Sekitar sebulan lalu petugas Dinas Kesehatan ke sini, menyatakan akan merujuk ke RS di Semarang, karena RS di Tegal tidak ada yang sanggup menangani, dan menawarkan uang Rp. 500.000. Tapi uang segitu tidak cukup untuk biaya makan dan akomodasi," aku Rokilah.

Saat ini, Rokilah berharap ada uluran tangan dari seorang dermawan. Paling tidak bisa untuk biaya selama anaknya itu menjalani operasi dan perawatan di RS di Semarang.

Ketua RT 1 RW 1 Kaligangsa Kota Tegal, Munaroh, mengatakan, warga sebenarnya sudah secara sukarela menghimpun dana untuk menjalani operasi sejak 2014.

Operasi sudah dilakukan sebanyak 7 kali hingga 2018.

Sejak itu, Putri sudah bisa BAB namun harus disuntik cairan ke dalam anusnya sampai sekarang.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/28/06430041/kisah-putri-bocah-7-tahun-penderita-megakolon-operasi-7-kali-ditinggal-ayah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke