Salin Artikel

Perjalanan Perpustakaan Jalanan Karawang, dari "Gabut" hingga Terbitkan Buletin Sastra

Sembari menyeruput kopi dan "nyemil" penganan ringan, mereka tengah membaca buku dari "lapakan" baca Perpustakaan Jalanan Karawang.

Ada juga seorang pemuda yang memainkan alat musik.

"Kami gratiskan kopi dan cemilan bagi yang mampir," kata Fahad Fajri atau yang akrab disapa Jojon, pegiat Perpustakaan Jalanan Karawang ditemui Kompas.com, Rabu (22/1/2020).

Setiap lapak digelar, kata Jojon, muda-mudi hingga anak-anak kerap datang.

Apalagi, para penggiat kerap kali menyuguhi anak-anak dengan mainan hingga kegiatan menggambar.

"Soal jumlah buku saya tidak hafal pastinya. Namun ada banyak yang kami punya," katanya.

Tak hanya membaca, diskusi kecil menyoal sastra, buku, serta berita terkini juga kerap dilangsungkan.

Tak jarang juga Perpustakaan Jalanan Karawang berkolaborasi dengan komunitas lain menyelenggarakan kegiatan literasi.

"Bedah buku hingga kelas menulis puisi pernah kami selenggarakan. Saat itu bedah buku Dwi Hartati di Daskopi," ujar pemuda berambut gondrong itu.

Tahun lalu, Perpustakaan Jalanan Karawang menerbitkan tiga buletin sastra, yang mereka namakan Buletin Lamun lantaran hadir berkat lamunan para penggiatnya.

"Judulnya Awal, Singgah, dan Bagai," sebutnya.

Saat itu, sejumlah muda-mudi tengah "gabut" lalu sepakat membentuk Perpustakaan Jalanan Karawang.

"Saat itu kami sedang gabut, tidak ada kegiatan, sepakatlah buat perpustakaan jalanan. Soal untuk kesadaran membaca masyarakat itu nilai tambah," tambahnya.

Awalnya, mereka menggelar lapakan di berbagai tempat secara random, tempat di mana banyak orang berkumpul.

Hanya saja seiring berjalan mereka memilih menggelar lapak di Lapangan Karangpawitan.

"Karena Lapangan Karangpawitan direnovasi, kami pindah ke Taman Milenial ini," katanya.

Pada 2017 lalu sempat mau vakum.

Pegiat yang awalnya berjumlah 30, seiring berjalannya waktu mulai menyusut.

"Semangat itu kami kumpulkan kembali dengan penggiat yang masih bertahan," ungkapnya.

Tak hanya soal menyusutnya jumlah penggiat, persoalan lain juga pernah dihadapi. Namun, para pegiat rupanya tak patah semangat.

"Pernah sudah ngelapak lama, tetapi belum ada yang datang baca buku," katanya.

"Sila dilihat, koleksi kami cukup banyak," katanya.

Selain patungan dari para penggiat, buku-buku itu merupakan donasi dari masyarakat.

Bahkan saat pertama berdiri, Gramedia mendonasikan dua dus buku.

"Tentu saja kami menerima donasi buku. Yang berkenan sila DM saja ke akun instagram @perpustakaanjalanankarawang," ungkapnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/23/11033591/perjalanan-perpustakaan-jalanan-karawang-dari-gabut-hingga-terbitkan-buletin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke