Hingga saat ini, berdasarkan data yang yang diterima Kompas.com dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Kamis (19/12/2019), sudah enam kabupaten yang terdampak banjir.
Jumlah warga yang terdampak banjir dari enam wilayah itu, sebanyak 25.133 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 62.630 jiwa.
Berikut rinciannya.
1. Kabupaten Kampar
Wilayah yang terdampak 11 kecamatan terdiri dari 57 desa
Jumlah warga yang terdampak 8.350 KK terdiri dari 31.854 jiwa
Sekolah 32 unit
2. Rokan Hulu
Wilayah yang terdampak 8 kecamatan terdiri dari 23 desa
Warga yang terdampak 3.041 KK terdiri dari 11.426 jiwa
Sekolah 16 unit
3. Pelalawan
Wilayah yang terdampak 3 kecamatan terdiri dari 5 desa
Warga yang terdampak 389 KK terdiri dari 976 jiwa
Sekolah 16 unit
4. Kuantan Singingi
Wilayah yang terdampak 11 kecamatan terdiri dari 92 desa
Warga yang terdampak 9.065 KK. Jumlah jiwa belum terdata
Sekolah 22 unit
5. Indragiri Hulu
Wilayah yang terdampak 8 kecamatan terdiri dari 33 desa
Warga yang terdampak 2.508 KK terdiri dari 10.544 jiwa
Sekolah 6 unit
6. Rokan Hilir
Wilayah yang terdampak 2 kecamatan terdiri dari 6 desa
Warga yang terdampak 1.780 KK terdiri dari 7.830 jiwa
Sekolah 2 unit.
Seperti Sungai Kampar, Sungai Rokan, Sungai Indragiri dan Sungai Kuantan.
Ketiga aliran sungai induk ini meluap. Hal itu disebabkan karena tingginya curah hujan dibagian hulu sungai yang berada di wilayah Sumatera Barat.
Sejauh ini, dibeberapa wilayah dibagian hulu sungai genangan banjir sudah mulai surut.
Namun, dibeberapa wilayah masih cukup parah.
Seperti di Kabupaten Kampar, banjir merendam ratusan rumah warga di Desa Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu.
Ketinggian air di rumah warga, mulai dari 60 sentimeter hingga satu meter.
Kemudian di Kabupaten Rokan Hulu yang lebih parah, yakni banjir di Kecamatan Bonai Darussalam.
Di kecamatan ini, ada lima desa yang sudah hampir sebulan warga di kepung banjir. Ketinggian air mulai dari 80 sentimeter hingga satu meter lebih.
Selain itu, kondisi banjir Kabupaten Pelalawan, Rokan Hilir dan Indragiri Hulu juga masih cukup parah. Sedangkan di Kabupaten Kuantan Singingi mulai surut.
Pemerintah Provinsi Riau telah menetapkan status siaga darurat banjir dan longsor, mengingat kondisi curah hujan tinggi di Riau. Status berlaku mulai 20-31 Desember.
Misalnya, dari pemerintah melalui BPBD dan Dinas Sosial membuka dapur umum, mendiri tenda darurat, posko pengungsian, posko kesehatan dan memberikan bantuan sembako, pakaian, selimut serta kebutuhan lainnya.
Namun, sejumlah korban banjir menyebut bantuan makanan yang disalurkan pemerintah belum memadai atau tidak mencukupi.
Seperti yang dialami para korban banjir di Desa Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar. Mereka masih sangat membutuhkan bantuan makanan.
"Bantuan dari pemerintah ada. Bantuan berupa beras 2 kilo, minyak goreng seperempat kilo, telur 7 butir dan mie tiga bungkus, per KK. Kalau dibilang cukup tentu belum. Karena kami belum bisa bekerja," akui Surti (32) kepada Kompas.com, Kamis (19/12/2019).
Amiruddin, selaku ninik mamak di Desa Buluh Cina mengaku bahwa dalam kondisi banjir ini warga sangat memerlukan bantuan makanan.
Dia mengatakan, warga yang terdampak banjir di Desa Buluh Cina sekitar 250 KK.
"Bantuan yang kami dapat cuma sedikit. Dua hari sudah habis. Sedangkan kami belum bisa bekerja. Panen sawit gak bisa, cari ikan juga susah. Kebutuhan dapur mulai mau habis. Jadi kami harap bantuan bisa ditambah," ungkapnya.
Dia menambahkan, beberapa hari sebelumnya pemerintah juga telah membuka dapur umum untuk memenuhi kebutuhan warga.
Tapi sayangnya, kata Amiruddin, dapur umum itu sudah tidak ada lagi.
"Ada sekitar tiga hari dapur umum dibuka di seberang sungai. Tapi sekarang gak ada lagi. Padahal kami masih kebanjiran dan butuh makanan," sebutnya.
https://regional.kompas.com/read/2019/12/20/21292801/sebanyak-62630-jiwa-di-6-kabupaten-terdampak-banjir-di-riau-sejak