Salin Artikel

Fakta Limbah Timah di Kediri, Berasap Tebal saat Hujan hingga Ditutup Tanah dan Terpal

Namun tidak ada yang menyangka bahwa material yang dianggap tanah itu adalah limbah abu dari pemrosesan timah.

Material limbah tersebut berbentuk butiran kecil seperti pasir dan berwarna abu-abu mirip semen.

Padahal warga telah menggunakan material tersebut untuk menutup beberapa lubang bekas galian tanah di lahan mereka

Penggunaan material itu tersebar di beberapa titik, yakni di Lingkungan Pagut dan Lingkungan Bulurejo, Kelurahan Blabak.

Saat terkena air, material tersebut mengeluarkan asap pekat dan aroma menyengat. Bukan hanya itu, asap yang dikeluarkan mengganggu pernafasan dan penglihatan.

Kepada Kompas.com, Rabu (11/12/2019), Daeng Tri Wahyudi (59) warga Lingkungan Bulurejo bercerita ia telah memesan 50 truk material dengan harga Rp 1 juta atau hanya Rp 25.000 per truk.

Namun material yang datang sejak September 2019 lalu baru datang 30 truk. Menurutnya, material dimasukkan dalam kemasan kantong zak.

Oleh Daeng, material tersebut digunakan untukk menutup bekas galian tanah sedalam 2 meter di belakang rumahnya.

Berbeda dengan Daeng. Nur Salim warga Lingkungan Pagut membeli material limbah tersebut dengan harga Rp 50.000 per truk.

Material tersebut ia gunakan untuk menutup galian dibelakang rumah orangtuanya dan saudaranya.

Sedangkan Slamet Santoso (52) malah mendapatkan 30 truk material secara cuma-cuma yang ia gunakan untuk menutup lubang sedalam 3 meter di lahannya.

"Tanahnya akan saya buat sekolah SLB," ujar Santoso.

Daeng dan Nur Salim tidak mengetahui bila material yang mereka dapatkan adalah limbah timah.

Berbeda dengan Slamet Santoso yang telah mengetahui bahwa material itu limbah.

Kepada Kompas.com, ia bercerita mendapatkan 30 truk limbah tersebut dari Sholikin dan sopir truk yang bernama Hepi.

Dari keterangan mereka berdua kepada Santoso, limbah tersebut didatangkan dari wilayah Sumobito, Kabupaten Jombang.

Ia menjelaskan telah melakukan perjanjian dengan penyuplai material bahwa setelah diuruk, material tersebut harus segera ditutup tanah.

Hal itu dilakukan agar material tersebut tidak menyebabkan gangguan pernafasan.

"Ketentuannya harus langsung ditutup tanah," kata Slamet.

Uji sampel dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Kediri untuk mengetahui jenis limbah termasuk bahayanya bagi masyarakat serta linkungan.

Menurutnya, hasil pemeriksaan akan keluar minimal 15 hari dan maksimal 3 bulan.

"Ini limbah berbahaya atau tidak belum bisa kita pastikan, biar ahlinya saja yang memastikan," ujar Abu Bakar.

Selain uji sampel limbah, pihaknya dalam waktu dekat juga akan memeriksa kondisi air untuk memastikan tidak tercemar.

"Cek air tanah oleh Dinas Kesehatan," kata Abu Bakar.

Dari laporan yang ia terima, beberapa warga mengeluhkan gangguan sesak nafas dan sakit mata akibat limbah timah tersebut.

Agar tidak mengeluarkan asap, Pemkot Kediri untuk sementara menutup material limbah dengan terpal dan tanah atau campuran batu.

Penutupan itu akan dilakukan hingga ada kejelasan limbah tersebut termasuk jenis berbahaya atau tidak.

Selain itu, polisi juga telah memeriksa lima warga yang lahannya digunakan untuk membuang limbah serta beberapa warga yang menjadi korban.

Hal tersebut dijelaskan Kapolres Kediri Kota Ajun Komisaris Besar Miko Indrayana, setelah mengunjungi salah satu lokasi pembuangan limbah di Lingkungan Bulurejo, Blabak, Kecamatan Pesantren, Rabu (11/12/2019).

Ia juga menjelaskan saat ini pihak kepolisian dengan Pemkot Kota Kediri sedang fokus untuk menangani limbah tersebut.

"Upaya kita dalam jangka pendek mengurangi dampak daripada limbah itu," jelasnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: M Agus Fauzul Hakim | Editor: Khairina, Farid Assifa, Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2019/12/13/13010071/fakta-limbah-timah-di-kediri-berasap-tebal-saat-hujan-hingga-ditutup-tanah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke