Asap itu diduga berasal dari Riau, Jambi dan Sumatera Selatan yang saat ini memiliki titik panas atau hot spot kebakaran lahan dan hutan (karhutla).
Hal ini disampaikan Kepala Stasiun Pemantau Global Atmosfer (GAW) Bukit Kototabang, Agam, Sumatera Barat, Wan Dayantolis yang dihubungi Kompas.com, Selasa (15/10/2019).
"Sebaran asap sendiri terpantau meluas dari wilayah Riau, Jambi dan Sumsel. Hal ini sejalan dengan masih adanya hot spot yang terpantau pada daerah tersebut," kata Wan.
Wan menyebutkan sebaran asap kiriman masuk ke wilayah Sumbar itu terpantau dari analisis citra satelit Himawari.
Sejumlah daerah mengalami penurunan kualitas udara akibat asap kiriman itu, seperti Kota Padang, Padang Pariaman, Bukittinggi dan lainnya.
Berdasarkan pengukuran partikel debu PM10 di GAW Kototabang dalam tiga hari terakhir menunjukkan angka pada level menengah yang umumnya terjadi mulai siang hingga sore hari.
"Level ini masih berada di bawah baku mutu PM10 yaitu 150 ug/m3, namun sudah menimbulkan dampak," kata Wan.
Menurut Wan, keberadaan PM10 dengan konsentrasi pada level sedang biasanya memberi dampak kurang baik pada kelompok rentan.
Seperti anak-anak dan lansia, serta kelompok yang memang memiliki riwayat gangguan saluran pernafasan.
"Pada kelompok tersebut diimbau untuk dapat mengurangi aktivitas di luar ruangan," kata Wan.
https://regional.kompas.com/read/2019/10/15/10574591/kabut-asap-kiriman-masuk-sumbar-warga-diminta-kurangi-aktivitas-luar-ruangan