Salin Artikel

Mendulang Emas Harta Karun Kerajaan Sriwijaya di Desa Pelimbangan (1)

Dari kejauhan, seorang wanita mukanya terlihat menjadi putih setelah dibalut dengan sagu. Jilbab bermotif bunga yang ia gunakan diikat ke wajahnya untuk menghindari sengatan sinar matahari.

Tubuhnya kotor terkena lumpur karena duduk di dalam aliran air kanal bewarna coklat.

Jari jemarinya dengan pelan meremas satu persatu gumpalan tanah yang ada di dalam baskom hitam berukuran besar.

Sesekali gumpalan tanah itu ia siram sedikit demi sedikit dengan air.

Wanita bernama Witri (20) itu ternyata sedang mencari serpihan emas atau perhiasan dan manik-manik yang terkubur di dalam lumpur. 

Sudah tiga hari ibu muda ini bersama suaminya, April (23), rela masuk ke dalam kubangan air bercampur lumpur untuk berburu harta karun yang diduga peninggalan masa kerajaan Sriwijaya.

Sebelum matahari terbit, Witri dan April bergegas membawa anak laki-lakinya ke lokasi perburuan harta karun. Dengan menggunakan perahu kecil, mereka menyusuri sungai hingga sampai ke tempat. 

Setidaknya, butuh waktu satu jam perjalanan yang ditempuh Witri dan April dari Kecamatan Tulung Selapan menuju lokasi perburuan di Desa Pelimbangan Kecamatan Cengal, Kabupaten OKI.

"Biasanya jam 7 pagi sudah di sini sama suami untuk siap-siap. Setelah anak main, kami baru masuk ke air," kata Witri saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (9/10/2019).

Cangkul, sekop dan baskom adalah alat yang digunakan Witri untuk berburu. Gumpalan lumpur yang ada di atas permukaan lahan gambut ia masukkan ke dalam baskom.

Berat lumpur tersebut bisa mencapai 15 kilogram. Namun, Witri tetap bisa mengangkat baskom tersebut dan masuk ke dalam air.

"Ini dapat manik-manik,"ucap Witri sembari menunjukkan benda yang ia temukan.

Manik-manik yang didapatkan Witri ia masukkan ke dalam botol. Botol tersebut diikatkan ke atas leher. Jari ibu muda inipun kembali melimbang (mengayak) baskom.

Di hari pertama pencarian, Witri mengaku mendapatkan cincin berbentuk bunga.

Cincin itu terbuat dari emas dan ia jual kepada seseorang di Kecamatan Tulung Selapan, OKI. Lalu pada hari kedua ia kembali mendapatkan lempengan emas berbentuk daun.

"Semuanya kemarin saya jual Rp 3,5 juta di Tulung Selapan. Hari ini dapat satu, bentuk gir, suami yang dapat siang tadi,"jelasnya.

Tak hanya emas, manik-manik juga memiliki harga jual tinggi yang siap ditampung oleh kolektor.

Manik-manik bewarna oranye, dipatok Rp 500 ribu per ons. Sedangkan bewarna biru dijual dengan harga Rp 2 juta per ons.

"Kalau mata setan beda lagi, bisa sampai Rp 4 Juta per butir. Saya belum pernah dapat yang jenis itu," katanya.

Sejak tadi malam, ia telah masuk ke kanal untuk mencari emas. Hanya bermodal senter kepala, Agus bersama anaknya terus mengais lumpur.

"Alhamdulilah dapat serpihan. Kemarin dapat cincin sudah saya jual Rp 3 juta," ujar Agus.

Sebelum menjadi pemburu harta karun, Agus adalah petani sayuran di Desa Pelimbangan. Setelah selesai panen ia memilih ikut mencari emas di kanal PT Samora.

Banyaknya penemuan perhiasan, serpihan emas dan manik-manik menjadi berkah bagi Agus. Ia berharap tak ada larangan bagi warga untuk mengais rezeki di sekitar lokasi.

"Ya janganlah (ditutup). Karena kami juga cari makan. Ini habis musim panen, mau cari ikan juga lagi sulit karena masih kemarau,"ujarnya.

Menurut Budi, mereka sebelumnya sempat melakukan penilitian di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten OKI pada 2006.

Lokasi tersebut merupakan pesisir timur Sumatera. Kemudi kapal berukuran besar ditemukan di sana. Begitu juga dengan pondasi rumah.

"Ada tiang-tiang lama di sana. Setelah dideting (penanggalan) tiang itu berasal diduga berasal dari abad ke-2 pra kerajaan Sriwijaya," jelas Budi.

Untuk di Kecamatan Cengal, Balai Arkeologi Sumsel akan menjadwalkan melakukan ekscavasi pada tahun depan.

Ia berharap para warga tak merusak lokasi penemuan dengan melakukan penggalian atau pencarian secara ilegal.

"Kemungkinan lokasi itu adalah sungai tua. Tapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. tahun depan kita akan melakukan eksapasi,"tutup Budi.

https://regional.kompas.com/read/2019/10/11/06000011/mendulang-emas-harta-karun-kerajaan-sriwijaya-di-desa-pelimbangan-1

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke