Salin Artikel

Susahnya Korban Gempa di Seram Barat, Sakit-sakitan, Tidur Beralaskan Tanah

Meski sudah 11 hari mengungsi, banyak pengungsi yang belum juga mendapat bantuan berupa tenda, selimut dan kebutuhan lainnya.

Kondisi itu membuat banyak pengungsi terserang berbagai macam penyakit di lokasi pengungsian.

Pantauan Kompas.com di sejumlah titik lokasi pengungsian, tampak banyak pengungsi yang jatuh sakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di lokasi pengungsian.

Kondisi itu semakin parah, lantaran posko kesehatan yang disediakan sangat jauh dari lokasi pengunsgian yang berada di hutan-hutan dan gunung.

Sejumlah pengungsi sangat mengharapkan tikar, selimut dan juga tenda.

“Belum ada bantuan tenda, jadi kita bangun tenda sendiri. Di sini kita ada 9 kepala keluarga berdesakan di satu tenda, ”kata Wati Seknun (35) kepada Kompas.com, Minggu (6/10/2019).

Wati menjelaskan, banyak keluarganya kini yang terserang penyakit, karena harus tidur beralaskan tanah dalam kondisi trauma.

Selain tenda, selimut dan bahan makanan yang minim, para pengungsi juga sangat membutuhkan popok untuk lansia dan bayi.

“Itu di dalam (tenda) ada keluarga, orangtua kami yang sakit, kalau mau buang air besar kita gali tanah karena tidak ada MCK, tidak ada popok untuk mereka,”ujar Wati.

Pengungsi lainnya, Hapsa Rahayaan mengatakan, saat ini mereka masih sangat membutuhkan bantuan tenda, selimut, obat-obatan dan juga kebutuhan pokok.

“Beberapa hari ini hujan, kita tidak bisa tidur karena air tergenang dalam tenda. Banyak yang demam dan mulai gatal-gatal,”kata dia.

Menurut dia, bantuan dari pemerintah daerah memang sudah disalurkan kepada para pengungsi.

Namun, mereka hanya mendapat jatah beras 2 kilogram dan dan mie instan dua bungkus. Itu pun dihitung per tenda dan bukan per kepala keluarga.

“Saya dan anak saya (bayi) serta ponakan saya yang sana itu juga sedang sakit, tapi mau bagaimana lagi. Di sini juga tidak ada air bersih, kalau mau buang air atau mandi kita harus turun ke kampung dan itu jauh sekali,”ujar Hapsa.

Kepala Dusun Kelapa Dua Abdu Rakib Narahaubun mengakui bahwa stok bantuan untuk para pengungsi saat ini sudah sangat menipis.

Padahal, di lokasi pengungsian itu ada sebanyak 1.216 pengungsi yang bertahan di lokasi tersebut.

“Disini ada banyak ibu hamil, manula dan juga anak-anak, ada satu tenda itu rata-rata lebih dari 3 kepala keluarga. Jadi kami memang masih membutuhkan tenda, selimut dan kebutuhan lainnya, juga obat-obatan,”ujar Abdu.

Dusun Kepala Dua sendiri menjadi salah satu kawasan terparah di Desa Kairatu yang terkena dampak gempa pada Kamis pekan lalu.

Banyak rumah warga yang rusak parah, termasuk juga sekolah yang mengalami retak.

Gempa magnitudo 6,8 itu menyebabkan 38 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka.

Gempa juga menyebabkan rumah warga, sekolah, rumah ibadah, perkantoran dan fasilitas publik lainnya rusak.

https://regional.kompas.com/read/2019/10/07/17505691/susahnya-korban-gempa-di-seram-barat-sakit-sakitan-tidur-beralaskan-tanah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke