Salin Artikel

7 Fakta Penting Demo Mahasiswa di Makassar, Wartawan Jadi Korban Pemukulan hingga Kapolda Sulsel Minta Maaf

Aksi demo bebarengn dengan pelantikan anggota DPTD Sulawesi Selatan.

Para demonstran yang menolak revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan sejumlah RUU, dipukul mundur oleh aparat kepolisian.

Bentrokan pun tak dapat dihindari.

Polisi menembakkan gas air mata dan water canon ke arah manusia.

Ratusan demonstran diamankan polisi. Beberapa mahasiswa dan aparat terluka, termasuk seorang wartawan Kantor Berita Antara.

Berikut 7 fakta demo mahasiswa di Makassar yang berakhir ricuh:

Mereka juga merusak sebagian pagar depan Gedung DPRD Sulawesi Selatan dan membakar karangan bunga yang berisikan ucapan selamat terhadap pelantikan anggota DPRD Sulawesi Selatan periode 2019-2024. Mahasiswa juga tampak membakar ban.

"Revolusi, revolusi, revolusi," ujar para mahasiswa.

Dari pantauan Kompas.com, pelantikan anggota DPRD selesai dilaksanakan sejak pukul 12.30 Wita.

Para anggota dewan dan tokoh yang hadir meninggalkan gedung DPRD Sulsel melalui pintu belakang gedung.

 

"Ada kelompok provokator yang lempar petasan dan batu," ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Makassar AKBP Indratmoko.

Polisi menembakkan gas air mata hingga menyiram air melalui mobil meriam air untuk memukul mundur mahasiswa.

Mahasiswa yang sebelumnya memguasai Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Layang Makassar langsung berhamburan ketika gas air mata dan tembakan peringatan dilayangkan polisi.

Mahasiswa yang mulai terprovokasi lalu melempar batu ke arah polisi yang menggunakan tameng untuk menghalau.

"Ada banyak petugas yang terluka," kata Indratmoko.

Mahasiswa yang memilih lari lalu berhamburan menyusuri jalan A.P. Pettarani, Jalan Urip Sumoharjo, hingga Jalan Tol, Kecamatan Panakukang, Makassar.

"Tadi ada sebagian mahasiswa yang terprovokasi lalu melempar. Itu yang kami sayangkan," ujar salah seorang mahasiswa dari UIN.

 

Aksi lempar batu yang dibalas dengan tembakan gas air mata oleh polisi

Selain dua mobil polisi yang rusak parah, pagar besi di depan gedung DPRD Sulawesi Selatan juga dirusak.

Mahasiswa merusak dan membakarnya sewaktu hendak mengambil karangan bunga pelantikan anggota DPRD Sulawesi Selatan yang baru.

Hal ini membuat sekelompok pegawai di DPRD turut marah.

Sementara itu, di Jalan AP Pettarani Makassar dekat fly over, satu motor polisi dibakar massa aksi. Hingga kini, belum diketahui siapa yang membakar motor tersebut.

 

Selain itu ada beberapa mahasiswi yang pingsan.

Berdasarkan pantauan Kompas.com yang berada di halaman kantor DPRD Sulsel, mahasiswa yang terluka lalu diamankan polisi ke dalam halaman kantor DPRD Sulsel dan dibawa ke mobil perawatan Dokpol Polda Sulsel.

Sementara itu, mahasiswi yang pingsan ini diberi bantuan oksigen.

Polisi sempat menyoraki dengan teriakan sinis saat para mahasiswa yang mendapatkan luka ini dibawa ke mobil dokpol.

 

Mahasiswa yang ditahan dimasukkan di dalam salah satu ruangan Gedung DPRD Sulsel.

Polisi melucuti bajunya sambil menginterogasi satu-satu. Beberapa di antaranya masih mengalami luka pukulan akibat tindakan represif yang dilakukan aparat.

Kapolda Sulsel Irjen Pol Guntur Laupe mengatakan para mahasiswa diamankan untuk dimintai keterangannya.

"Pendemo yang diamankan kami akan lihat keterlibatannya, kalau memang tidak ada keterlibatan yang signifikan nanti kami lepaskanlah," kata Guntur, Selasa (24/9/2019).

Selain mahasiswa, menurut Guntur, beberapa anggota polisi juga mengalami luka akibat lemparan batu.

"Dari lemparan ini petugas melakukan pertahanan menggunakan tameng dan helm sehingga personel tidak banyak jadi korban, meski ada beberapa yang dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara," imbuh dia.

 

Darwin mendapat luka di kepala setelah polisi melakukan pemukulan dengan menggunakan pentungan.

Padahal, ia sudah menggunakan atribut pewartanya berupa kartu pers saat meliput bentrokan ini.

Darwin kini dirawat di Rumah Sakit Awal Bros Makassar yang tak jauh dari lokasi bentrokan.

"Saya dipukul pakai pentungan. Untung saya tahan terus itu pentungan. Bengkak-bengkak tanganku," kata Darwin, usai diobati.

Selain Darwin, ada dua wartawan lainnya yang dipukul oleh petugas. Salah satunya adalah Ipul yang luka di bagian mata usai dipukul polisi menggunakan pentungan.

"Saya dipukul sama polisi dan saat saya bertugas menggunakan id card sudah saya perlihatkan tapi tetap polisi memukul saya dengan pentungannya," kata Ipul.

Sementara itu, reporter UKM Pers Kerta Mahasiswa Universitas Fajar (Unifa), Efrat dipukul olehpegawai DPRD Sulawesi Selatan.

Efrat mengaku mendapatkan pukulan saat masuk ke gedung DPRD untuk berlindung ketika bentrokan pecah.

"Saya datang dari luar saat lari karena mahasiswa mau masuk. Ternyata ada orang ditangkap di dalam," kata Efrat.

Saat Efrat hendak menanyakan mahasiswa yang ditangkap tiba-tiba ada oknum pegawai di DPRD Sulsel yang melayangkan pukulan ke wajahnya.

Usai memukul, oknun pegawai tersebut, kata Efrat langsung bergegas pergi.

"Dia bertanya ada apa. Dia menolak untuk menjawab langsung dan melayangkan pukulan tiga kali," ujar Efrat.

 

Permohonan maaf ini disampaikan saat Guntur mengunjungi Rumah Sakit Awal Bros Makassar untuk menjenguk korban yang sedang dirawat.

Ada sekitar sebelas mahasiswa yang dirawat.

Jurnalis Antara Darwin Fatih yang menjadi korban pemukulan polisi juga sebelumnya dirawat, tetapi telah meninggalkan rumah sakit tersebut.

"Korban Jurnalis atau siapapun korbannya kita minta maaf. Kalau memang itu sakit kita akan rawat," kata Guntur Laupe, saat diwawancara wartawan, Selasa malam.

Guntur berjanji akan memberikan sanksi yang tegas kepada oknum polisi yang melakukan penyerangan.

Dia menyebut, oknum polisi yang melakukan pemukulan pada jurnalis di Makassar merupakan anggota BKO dari polres di luar Kota Makassar.

"Terhadap anggota yang melakukan kami akan proses yang bersangkutan. Anggota tadi kita akan proses di Provost Polrestabes ataupun Polda nantinya," imbuh dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Himawan)

https://regional.kompas.com/read/2019/09/25/16160061/7-fakta-penting-demo-mahasiswa-di-makassar-wartawan-jadi-korban-pemukulan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke