Salin Artikel

Cerita Kansas Unpad, dari Urusan Jodoh hingga Laboratorium Sastra

Petikan lagu berjudul “Sudah Jangan ke Jatinangor” ini diciptakan Pidi Baiq tahun 1990-an.

Lagu ini menceritakan perjuangan sahabatnya sesama mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), saat melakukan pendekatan, alias PDKT kepada mahasiswa di Universitas Padjadjaran (Unpad).

Namun, pada awal 90an, kampus Unpad berangsur pindah ke Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.

Mau tak mau, sang sahabat harus melakukan perjalanan jauh. Dari kampus ITB di Jalan Taman Sari Kota Bandung, ke Jatinangor.

Perjuangan sang sahabat tak membuahkan hasil. Ia ditolak, lantaran si pujaan hati sudah memiliki kekasih.

Kisah cinta antara mahasiswa ITB dan Unpad tidak hanya terjadi pada sahabat Pidi Baiq.

Terdapat mahasiswa ITB lainnya yang datang ke Unpad untuk mengejar kisah cintanya dengan mahasiswa Unpad.

Salah satu tempat nongkrong di Jatinangor adalah Kantin Sastra (Kansas) di Kampus Unpad.

Kansas juga menjadi tempat berkumpul mahasiswa dari berbagai fakultas di Unpad.

“Awal tahun 90an, belum banyak kantin di Jatinangor. Kansas menjadi pilihan untuk nongkrong mahasiswa fakultas manapun termasuk mahasiswa ITB,” ujar Erwin M, alumni Fisip Unpad angkatan 1991 kepada Kompas.com di Bandung, saat ditemui, Agustus 2019.

Erwin menilai, wajar Kansas menjadi pilihan tempat berkumpul.

Sebab, lokasi kantin cukup strategis. Selain itu, banyak kursi yang dipasang di dalam maupun luar kantin.

Jika duduk di sisi luar kantin, mahasiswa akan semakin betah bercengkrama sambil menikmati silir angin di Jatinangor.

“Santai dan nyamanlah Kansas itu. Makanya anak ITB pun ikut nongkrong di sini. Tempat yang pas untuk menemui kekasih hati atau memberikan perhatian pada seseorang yang tengah didekati,” tutur Erwin sambil tertawa.

Seiring berjalannya waktu, kantin pun mulai bermunculan di fakultas lain. Meski demikian, Kansas tetap menjadi pilihan.

Sebab yang dicari para mahasiswa bukan hanya makanan untuk mengisi perut kosong. Tapi  berupaya mencari jodoh di Kansas.

Bicara masalah harga, Kansas Unpad kurang pas untuk mahasiswa berkantong tipis.

Makanan yang dijual di Kansas sedikit lebih mahal dibanding kantin lainnya.

“Kalau makan, saya nyari dari kantin luar Unpad. Karena Kansas itu mahal. Saya paling cuma ngopi saja di Kansas,” ujar alumni Sastra Sunda Unpad angkatan 1992, Agustin Purnawan.

Sambil ngopi, Apun kerap mengobrol dengan kakak tingkatnya dari angkatan 1989-1991.

Mereka membicarakan seputar perkuliahan. Seringkali soal materi bahasa dan sastra yang dipelajari di dalam kelas.

Apun misalnya bisa mendapatkan banyak ilmu tentang Cianjuran dan sastra lainnya yang tidak didapatkannya di dalam kelas.

“Bagi saya, Kansas adalah laboratorium dari Fakultas Sastra itu sendiri. Saya menyerap bacaan para senior saya di situ. Sedikit pelajaran dari dosen, kemudian kami membedahnya di situ,” ujar Apun.

Hawa panas dan gersangnya Jatinangor menjadi sejuk dengan segelas kopi dan bahasan berbobot.

Kansas kini

Tak jauh berbeda dengan tahun 90an awal, kondisi Kansas saat ini masih menyenangkan.

Di dalam kantin disediakan banyak kursi, meja, dan lubang aliran listrik.

Hal ini dimanfaatkan banyak mahasiswa untuk mengerjakan tugas, berdiskusi, atau hanya sekadar berselancar di dunia maya.

Paling menarik dari kantin ini ada di bagian luar. Kursi dan meja dari semen dibuat sangat banyak dan mengelilingi Kansas.

Ada kursi yang berbentuk melingkar atau berhadapan, sehingga mahasiswa bisa berdiskusi ataupun rapat kecil.

Diskusi pun terasa semakin nyaman di bawah rindangnya pepohonan.

“Enak saja di sini. Mau buat nongkrong, ngobrol ngalur ngidul, diskusi, ngerjain tugas, asyik pokoknya,” tutur Jessica, salah satu mahasiswa.

Mengenai makanan, Kansas tidak menawarkan banyak menu. Hanya satu paket makanan berat, makanan ringan, dan minuman.

Berbeda dengan kantin fakultas lainnya yang memiliki banyak penjual.

https://regional.kompas.com/read/2019/09/24/07000041/cerita-kansas-unpad-dari-urusan-jodoh-hingga-laboratorium-sastra

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke