Salin Artikel

Derita di Balik Bencana Kebakaran Hutan, Terkepung Kabut Asap hingga Sesakkan Dada

KOMPAS.com - Bencana kebakaran hutan telah membuat kabut asap menyelimuti warga di Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng). Udara bersih semakin sulit untuk dihirup.

Meningkatnya jumlah titik api juga membuat kabut asap di malam hari semakin terasa pekat dan tebal.

Menurut data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut, Palangkaraya, hingga Selasa (10/92019), ada peningkatkan jumlah titik panas yang cukup tinggi di wilayah tersebut.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk para korban kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Sumbangkan sedikit rezeki Anda untuk membantu mereka yang membutuhkan, terutama untuk pembelian masker dan kebutuhan lainnya yang perlu. Klik di sini untuk donasi via Kitabisa.com.

Sementara itu, kondisi kabut asap tersebut terpantau semakin parah pada hari Senin (16/9/2019).

Warga warga yang akan menjalankan kegiatan di luar rumah harus ekstra hati-hati karena jarak pandang di sepanjang ruas jalan sangat terbatas.

Berikut ini fakta dampak kabut asap di Kalimantan:

Gara-gara kabut asap yang pekat dan tebal, siswa sekolah di Palangkaraya diliburkan selama tiga hari mulai Senin (16/09/2019).

Kepala Sekolah SDN 1 Menteng, Deni mengatakan, kondisi saat sekarang sangat berbahaya bagi kesehatan siswa sekolah.

“Melalui surat edaran dari Pemerintah Kota Palangkaraya, untuk merumahkan semua siswa, terhitung sejak hari ini sampai tiga hari ke depan”, kata Deni saat ditemui di sekolah SDN 1 Menteng. Senin (16/09/2019).

Di mana kosentrasi paramater pencemaran pm sepuluh, sudah pada angka lima ratus paramater critical (PM10). Hal ini membuat para siswa terkena penyakit ISPA.

“Melalu data yang kami kumpulkan, dari lebih 400 orang siswa, sebanyak 300 orang lebih siswa yang sudah terkena ISPA” tambah Deni.

Kondisi tersebut membuat pihak sekolah sudah mulai prihatin atas kondisi kabut asap yang tebal dan pekat terus menyelimuti Kota Palangkaraya.
“Bahkan ada sejumlah siswa yang sudah hampir dalam satu minggu tidak masuk sekolah karena terserang ISPA” tambah Deni lagi.

Di Kota Palangkaraya terpantau ada sebanyak 119 hot spot per Selasa. Sedangkan pada Senin hanya 28 hot spot.

Penyebab naiknya titik panas ini lantaran kebakaran lahan gambut meluas, sehingga menimbulkan kabut asap pekat.

Menurut BMKG, kabut asap kebakaran lahan gambut ini berdampak buruk bagi kesehatan sehingga warga harus lebih waspada.

BMKG menyarankan warga untuk menggunakan pelindung pernapasan atau masker saat beraktivitas di luar rumah. Kabut asap juga berbahaya karena membuat jarak padang menjadi pendek.

Tak dipungkiri, warga Kota Palangkaraya menderita setelah kabut asap tebal menyelimuti kampung.

Erli sebagai ibu rumah tangga mengatakan, kabut asap ini sangat membuat anaknya mengalami sakit.

“Anak saya baru saja sembuh dari sakit, batuk-batuk, saya takut kalau anak saya sakit lagi karena asap seperti sekarang”, kata Erli saat ditemui saat sedang berada di ruas jalan Yos Sudarso, Palangkaraya.


Lain lagi dengan keluhan Kris, seorang pekerja Penyapu Jalan di Kota Palangkaraya.

“Kalau kerja mata saya sudah terasa perih, batuk dan yang pasti sesak napas mas, apalagi saya kerja dijalanan seperti ini, tambah menyiksa”, kata Kris saat ditemui saat sedang bekerja menyapu jalan di ruas jalan Yos Sudarso, Palangkaraya.

Berdasar pantauan Kompas.com, kabut asap semakin pekat pada malam hari. Hal itu membuat sejumlah aktivitas warga di malam hari terganggu.

Hal itu sangat dirasakan olah Trimo yang harus berjualan bakso hingga malam hari. Ia mengaku sangat terganggu dengan kondisi kabut asap yang semakin tebal dan pekat, seperti saat ini.

“Sering batuk dan bahkan sering juga sakit kepala,” kata Trimo kepada Kompas.com saat berjualan Bakso di Bundaran Besar, Kota Palangkaraya. Selasa (10/09/2019).

Sementara itu, seorang driver ojek online bernama Dani, mengatakan, jika bekerja di malam hari kabut asap sangat mengganggu dan mulai terasa bagi kesehatan.

“Saya malah sering merasa sesak napas, batuk dan mata perih. Apalagi saat narik ojol,” kata Dani kepada Kompas.com saat menunggu penumpang di Bundaran Besar, Kota Palangkaraya. Selasa (10/09/2019).

Sumber: KOMPAS.com (Kurnia Tarigan, Rachmawati)

 

https://regional.kompas.com/read/2019/09/17/05500031/derita-di-balik-bencana-kebakaran-hutan-terkepung-kabut-asap-hingga-sesakkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke