Salin Artikel

9 Kisah Pilu Polisi Saat Bertugas, Ditembak Saat Kawal Pemilu hingga Dikeroyok Bandar Narkoba

Hedar ditembak anggota KKB saat hendak melarikan diri.

Selain Hedar, sejumlah anggota Polri mengalami cerita pilu selama bertugas. Ada yang dikeroyok geng narkoba hingga dibakar saat mengamankan mahasiswa yang demo.

Berikut 9 kisah pilu polisi saat bertugas yang berhasil dirangkum Kompas.com:

Saat itu, polisi telah menangkap tiga pengedar narkoba jenis sabu, yaitu U (49), K (30, dan S (29).

Ginanjar dan anggotanya melakukan pengembangan kasud dan mencari rumah bandar besar berinisial A.

Saat melakukan pengejaran hingga di jalan besar, ternyata A tidak sendirian. Dia dan sekitar 20 rekanya mengeroyok AKP Ginanjar dan anggotanya dengan senjata tajam.

"Kapolsek Patumbak AKP Ginanjar mengalami luka di wajah, tepatnya pipi kiri di bawah mata dan lengannya. Kemudian dilarikan oleh anggotanya ke RS Colombia guna mendapatkan perawatan medis," ujar Kasat Narkoba Polrestabes Medan AKBP Raphael Sandy Cahya Priambodo.

Pengeroyokan terjadi pada Selasa (6/8/2019).

Akibat kejadian tersebut, AKP Ginanjar harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit

 

Kejadian berawal saat mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Plus Cianjur melakukan aksi demo di Cianjur.

Saat tidak berhasil menemui pimpinan daerah, mereka melakukan aksi bakar ban sekaligus menutup arus lalu lintas di Jalan Siliwangi.

Saat itu Aiptu Erwin yang mengawal jalannya aksi berupaya untuk memadamkan ban yang terbakar.

Tiba-tiba ada oknum yang melemparkan bahan bakar minyak dan api langsung menyambar tubuh Erwin.

Melihat rekannya terbakar, anggota polisi lainnya berusaha menyelamatkan. Namun, mereka pun ikut terbakar.

Total ada empat polisi yang terbakar. Mereka adalah Aiptu Erwin, Bripda FA Simbolon, Bripda Yudi Muslim dan Bripda Anif.

Bripda Yudi Muslim dan Bripda FA Simbolon, dirawat di rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, sedang Bripda Anif dirawat di RS Sartika Asih.

Sementara Aiptu Erwin yang mendapatkan luka bakar hingga 80 persen yang sebelumnya di rujuk ke Rumah Sakit Kramat Jati, kini dipindahkan ke RS Pertamina di Jakarta Selatan.

Dalam kasus tersebut polisi telah menetapkan RS, seorang mahasiswa Universitas Suryakencana Cianjur sebagai tersangka.

 

Aditya menjadi korban pengeroyokan saat menghalau massa antar perguruan pencak silat yang hendak bertikai di Sidoharjo, Wonogiri, Rabu (8/5/2019) malam.

Sebelum dibawa ke Singapura, Aditya sempat dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Dr Oen Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Beberapa saksi yang diperiksa polisi menyebutkan, mantan Kasat Reskrim Polres Wonogiri AKP Aditya Mulya Ramdhani tidak hanya dianiaya dengan tangan kosong oleh massa saat mengamankan bentrok dua kubu pesilat di Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri.

Namun Aditya juga dipukul menggunakan potongan kayu. Hal tersebut menyebabkan mantan Kapolsek Pasar Kliwon Polresta Solo ini mengalami pendarahan otak dan koma sampai sekarang.

Sebanyak lima rumah milik warga Ngadirojo, Wonogiri, Jawa Tengah, dilaporkan rusak dan empat warga mengalami luka-luka lecet pasca- bentrok dua kelompok pendekar dari perguruan pencak silat, yakni PSH Terate dan PSH Winongo.

 

Bripka Desri Sahroni mengembuskan napas terakhir pada Senin (29/7/2019) pukul 09.55 WIT di RS Mitra Masyarakat Mimika.

Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal menjelaskan kejadian bermula pada Sabtu (27/7/2019) pukul 11.30 WIT saat kKorban beserta rekannya Bripka M Suhirman melaksanakan pengamanan area di sekitar Pos Iwaka Kuala Kencana

Mereka menjaga rekan anggota Brimob lain yang sedang mandi di sungai.

Pada saat pengamanan tersebut, korban duduk di atas batang kayu yang sudah ditebang dan tangan kanan menyandar di pohon tersebut.

Tiba-tiba, seekor ular jenis death adder muncul dari balik batang kayu dan langsung menggigit tangan kanan korban.

Bripka Desri refleks memegang ular tersebut meski sempat digigit beberapa kali dan memasukkannya ke dalam botol air mineral yang dipegangnya.

Setelah digigit, Desri memijat tangan kanan bekas gigitan ular dengan maksud untuk mengeluarkan racun.

"Mengetahui korban digigit ular, anggota lain langsung memanggil Posko Amole 00 untuk meminta bantuan ambulans," kata Kamal.

Pukul 12.30 WIT, ambulans datang dan membawa korban ke Klinik Kuala Kencana dengan kondisi yang sudah tidak sadarkan diri.

Korban sempat kehilangan nafas.

Pada Senin (29/7/2019) pukul 09.30 WIT, korban mengalami penurunan tanda-tanda vital.

Pukul 09.40 WIT, korban mengalami cardiac arrest atau henti jantung dan dilakukan resusitasi.

"Kemudian pada pukul 09.55 WIT korban dinyatakan meninggal dunia," ujar Kamal.

Polisi berusia 20 tahun tersebut adalh salah satu dari tujuh anggota pengurai massa (raimas) Polda Jabar yang terlibat kecelakaan diseruduk mobil boks.

Rombongan pengurai massa (raimas) Polda Jabar mengalami kecelakaan usai melaksanakan pengamanan pertandingan Persib Bandung di Stadion Si Djalak Harupat.

3 motor yang dikendarai anggota tersebut diseruduk mobil boks no pol D 8140 ZZ yang kehilangan kendali.

kecelakaan ini terjadi di Jalan Raya Terusan Kopo tepatnya di depan pabrik venamon Kampung Cijagra, Desa Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Selasa (18/6/2019) pukul 22.30 WIB.

Saat itu, rombongan raimas Polda Jabar yang terdiri dari 12 Unit motor usai melaksanakan pengamanan Persib Bandung di stadion Si Djalak Harupat tengah berkendara kembali menuju Polda.

Setibanya di tempat kejadian perkara, tiba-tiba dari arah utara menuju Soreang (berlawanan) ada mobil boks melaju cukup kencang kehilangan kendali.

 

Desain pemilu serentak yang mengakibatkan kelelahan fisik dinilai menjadi faktor utama.

"Saat ini mengalami peningkatan 100 persen. Di 2014, total ada delapan anggota kepolisian yang gugur, saat ini di Pemilu 2019 update-nya sudah ada 16 orang," ujar Dedi di Markas Besar (Mabes) Polri, Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2019).

Dedi menjelaskan, kenaikkan 100 persen anggota kepolisian yang gugur tersebut diakibatkan karena penyelenggaraan Pemilu 2019 memiliki durasi waktu yang lama dibandingkan Pemilu 2014.

Kepolisian sendiri bertugas mengamankan tempat pemungutan suara (TPS), penghitungan dan pengawalan surat suara.

 

Ia gugur saat mengawal surat suara hasil pencoblosan Pilkada di Papua.

Setelah kejadian, Polri menyatakan Brigadir Sinton dan satu anggota polisi dinyatakan hilang setelah menyelamatkan diri dengan cara menceburkan diri ke sungai.

Empat hari pasca-kejadian itu, tim Polri yang diterjunkan menentukan Brigadir Sinton dalam keadaan meninggal dunia.

Jenazahnya ditemukan di sungai yang letaknya dikatakan Kapolri cukup jauh dari lokasi penembakan.

"Saya berikan kenaikan pangkat luar biasa kepada yang bersangkutan," ujar Tito Karnavian di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Senin (2/7/2018).

Menurutnya, Brigadir Sinton telah berjasa mengamankan dan mengawal pesta demokrasi di Distrik Torere sehingga masyarakat bisa menggunakan hak suaranya pada Pilkada Papua 2018.

 

Mereka tertembak di bagian betis dan paha. Lalu mereka dilarikan ke Rumah Sakit Antoen Soedjarwo Pontianak.

"Kejadian penembakan saat anggota sedang mengurai massa," kata Kabid Humas Polda Kalbar AKBP Donny Charles Go.

Selain terkena luka tembak, sejumlah anggota kepolisian juga ada yang dirawat karena lemparan batu dari peserta aksi.

Saat kericuhan terjadi, dua pos polisi dibakar, halte bus dirusak, serta Jembatan Kapuas I diblokade menggunakan pohon

Sultan Pontianak Syarif Mahmud Melvin Alkadrie mengaku bertanggung jawab atas kerusuhan yang terjadi di Perempatan Jalan Tanjung Raya I, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu dan Kamis (22-23/5/2019).

Pernyataan tersebut dibacakan Melvin dengan didampingi Kapolda Kalbar Irjen Pol Didi Haryono, Gubernur Kalbar Sutarmidji dan Pangdam XII Tanjungpura Mayjend TNI Herman Asaribab dan Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, di Mapolda Kalbar, Kamis (23/5/2019) siang.

"Saya Syarif Mahmud Melvin Alkadrie, Sultan Pontianak, saya akan bertanggung jawab dan menjamin bahwa situasi Kota Pontianak pasca peristiwa yang terjadi semalam, tidak akan terulang kembali," ujarnya.

 

Saat ditemukan, terdapat sejumlah luka tembak di sejumlah bagian tubuh Briptu Heidar.

Anggota Direskrim Polda Papua itu ditemukan gugur usai disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB) di Kampung Usir, Kabupaten Puncak, Papua.

Kejadian tersebut bermula pada Senin pukul 11.00 WIT.

Ketika itu, Briptu Heidar dan Bripka Alfonso Wakum sedang melaksanakan tugas penyelidikan di wilayah Kabupaten Puncak dengan mengendarai sepeda motor.

Saat melintas di Kampung Usir, Briptu Heidar dipanggil oleh temannya yang merupakan warga setempat sehingga Bripka Alfonso memberhentikan kendaraannya.

Selanjutnya, Briptu Heidar menghampiri temannya tersebut, sedangkan Bripka Alfonso menunggu di atas motor.

Pada saat Briptu Heidar berbicara dengan temannya tersebut, tiba-tiba sekolompok orang datang dan langsung membawa Briptu Heidar.

Setelah kejadian tersebut, Bripka Alfonso segera melaporkan kejadian tersebut ke pos polisi di Kago Kabupaten Puncak.

Jenazah Briptu Heidar ditemukan tak jauh dari lokasi penyanderaan.

SUMBER: KOMPAS.com (David Oliver Purba, Agie Permadi, Muhlis Al Alawi, Dhias Suwandi, Christoforus Ristianto, Yoga Sukmana, Hendra Cipta, Devina Halim)

https://regional.kompas.com/read/2019/08/17/06410091/9-kisah-pilu-polisi-saat-bertugas-ditembak-saat-kawal-pemilu-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke