Salin Artikel

Cerita Anak Petani Pelosok Raih Impian Naik Pesawat untuk Pertama Kali karena Prestasi

Siswa kelas 12 SMKN 1 Solok, Sumatera Barat itu tidak menjadikan persoalan biaya sebagai hambatan dalam mengejar cita-cita.

Ayah Fadli, Zulbakrianto (43) hanyalah seorang petani yang menggarap sawah milik orang lain. Ibunya, Tisna Yenti (44) hanya seorang ibu rumah tangga yang kadang-kadang harus membantu suaminya di sawah.

"Kadang-kadang orangtua saya, saya dengar harus berutang untuk biaya sekolah saya. Ini lah yang menjadi motivasi bagi saya untuk berprestasi membahagiakan kedua orangtua," kata Fadli, di sela-sela acara pelepasan siswa pertukaran pelajar Sekolah Mengenal Nusantara di rumah kediaman wali kota Padang, Rabu (14/8/2019) malam.

Cita-cita awal Fadli untuk berprestasi di tingkat nasional telah dirintisnya.

Fadli merupakan satu di antara 23 pelajar asal Sumbar yang terpilih mengikuti kegiatan pertukaran pelajar Sekolah Mengenal Nusantara yang digagas tiga BUMN yaitu PT KAI, PT APP dan PT Semen Padang.

Setelah mengikuti serangkaian seleksi ketat se-Sumbar, Fadli dinyatakan lulus dan mengikuti pertukaran pelajar yang digelar 15-23 Agustus di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

"Cita-cita saya untuk berprestasi masuk sebagai salah satu siswa pertukaran pelajar akhirnya terkabulkan. Ini berkat doa ayah dan ibu juga," katanya.


Pertama kali naik pesawat

Sebagai salah satu pelajar dari pelosok daerah, keberhasilannya itu cukup membanggakan. Apalagi, cita-cita Fadli lainnya untuk naik pesawat pertama kalinya juga terkabul.

Fadli sebelumnya tidak membayangkan bisa naik pesawat. Bagi orang pelosok seperti dirinya, naik pesawat adalah salah satu impian waktu kecil.

"Waktu kecil saya hanya bisa memimpikannya. Namun, impian itu bisa saya wujudkan melalui kegiatan pertukaran pelajar ini. Saya akan naik pesawat untuk pertama kalinya," kata Fadli.

Fadli mengaku selama ini, dirinya hanya sering naik sepeda, becak dan paling tinggi mobil.

"Maklum saya ini anak desa. Lihat pesawat secara langsung saja jarang, apalagi menaikinya. Tapi ini akhirnya saya bisa juga naik pesawat," jelasnya.

Keberhasilan dirinya, menurut Fadli adalah buah dari hasil kerja keras mengejar prestasi setinggi mungkin.

Selain giat belajar, Fadli juga piawai bermain gitar dan alat musik tiup. Kemampuan di luar akademisnya itu juga menunjang kelulusannya ikut pertukaran pelajar itu.


Disiplin dari kecil

Fadli mengatakan, sejak kecil dirinya sudah diajarkan orangtua untuk mandiri dan disiplin.

Tidak ada kata menyerah dalam mengejar impian. Kendati banyak halangan, semuanya bisa dilalui dengan kemandirian dan disiplin.

"Ayah dan ibu mengatakan kejarlah impian mu. Jangan pernah menyerah karena yang tidak mungkin itu bisa menjadi mungkin asalkan berusaha dengan kemandirian dan disiplin," kata Fadli.

Fadli menceritakan sewaktu sekolah dasar, dirinya diajari agar tidak cengeng, tapi mandiri.

Waktu itu, kehidupan orangtuanya sulit sehingga juga sulit menyekolahkan Fadli, apalagi memberi uang jajan.

Fadli terpaksa berjalan kaki ke sekolah tanpa dibekali uang jajan sepeserpun. Tapi hal itu tidak mengurangi tekadnya untuk menimba ilmu.

"Waktu kecil saya sudah diajari mandiri. Ayah dan ibu saat itu sedang tidak punya uang sehingga saya sering tidak diberi uang jajan," katanya.

Sebelum pergi sekolah, dirinya terlebih dahulu sarapan di rumah. Pulang sekolah, kemudian menyempatkan diri membantu orangtua.

"Alhamdulillah, hari ini saya berhasil mengejar impian. Ikut pertukaran pelajar dan naik pesawat untuk pertama kalinya," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/15/11460721/cerita-anak-petani-pelosok-raih-impian-naik-pesawat-untuk-pertama-kali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke