Salin Artikel

3 Pasangan Ini Nikah Sambil Panjat Tebing, Maharnya Bendera dan Teks Proklamasi

MAGELANG, KOMPAS.com - Momen ini tidak akan pernah dilupakan sepanjang hidup oleh tiga pasangan pengantin, Subandriyo (34)-Nita Regina Mutiara kasih (31), Dedi Rahman (28)-Tamara Fitriana (19) dan Boyke Edo Syahrani (24)-Maratu Damayanti (27).

Betapa tidak, mereka baru saja melangsungkan pernikahan yang tak biasa. Mereka mengucap janji suci di panjat tebing (wall climbing) kompleks kampus 2 Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang, Kabupaten Magelang, Selasa (6/8/2019).

Prosesi akad berlangsung hikmat layaknya pernikahan pada umumnya. Akad nikah dilakukan secara bergantian, dipandu oleh penghulu KUA Mertoyudan Mustaqim, disaksikan oleh Danramil 11 Mertoyudan dan Babinkamtibmas Polsek Mertoyudan Aipda Donny Sugiarto.

Tentu saja mereka juga ikut naik di tebing itu. Laiknya olahraga panjat tebing, mereka tetap mengenakan perlengkapan berupa tali, sepatu khusus dan helm pengaman yang sudah dihias.

Uniknya, ketiga pasangan tetap mengenakan pakaian pengantin adat jawa. Seluruh prosesi ini menyedot perhatian para tamu undangan dan masyakarat sekitar.

Seolah mereka ikut berbahagia menjadi saksi bersatunya masing-masing pasangan ini. Apalagi, ketika mempelai pria usai mengucap kalimat akad dengan lancar dan tuntas.

Para tamu ikut berteriak "Saaaahh....." diikuti tepuk tangan meriah dan tawa.

"Tentu saja kami bahagia, karena unik, kami sudah ikut gladi dan latihan dulu sebelum hari H ini, jadi enggak takut," ungkap Tamara Fitriana, salah satu mempelai wanita, warga Kelurahan Kedungsari, Kota Magelang itu.

Begitu juga dengan pasangan Tamara, Dedi Rahman, yang mengaku lega bisa mengucap janji suci dengan lancar, meski berada di atas ketinggian sekitar 4 meter dari permukaan tanah.

Ia pun tak segan mencium kening istrinya sesaat setelah dinyatakan sah oleh para saksi dan tamu undangan.

Mahar Bendera Merah Putih dan teks proklamasi

Selain tiga pasangan itu, ada 14 pasangan lagi yang juga melangsungkan pernikahan dengan cara unik di waktu hampir bersamaan di kompleks kampus 2 UM Magelang.

Sebanyak 6 pasangan akad nikah di Laboratorium Farmasi, baik penghulu dan saksi mengenakan pakaian kerja laboratorium. 

Lalu, 3 pasangan akad nikah di studio radio kampus yang disiarkan langsung oleh radio tersebut. Kemudian, 5 pasangan yang lain melangsungkan akad nikah di bengkel otomotif. 

Sebelumnya, seluruh pasangan dikirab dari depan kampus naik mobil tua VW Safari menuju lokasi akad masing-masing.

Mereka diiringi musik tradisional gending “Kebo Giro”, sebelum kemudian dilanjutkan dengan lagu lagu nasional “Indonesia Pusaka”. 

Rangkaian dilanjutkan dengan pelepasan balon warna merah–putih dan 55 ekor burung pipit oleh seluruh pengantin. Kemudian, secara bersama-sama mereka membaca teks proklamasi. 

Rektor UM Magelang, Eko Muh Widodo, menerangkan, kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT ke-74 RI dan milad ke-55 perguruan tinggi swasta (PTS) tersebut.

Kegiatan ini gratis untuk pasangan peserta nikah bareng, mulai dari biaya administrasi, riasan, perlengkapan, makanan, hingga penginapan gratis. 

Eko menyebut, kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian UM Magelang untuk masyarakat kurang mampu dan menanamkan rasa nasionalisme. Sesuai dengan tema “Merajut Cinta di 74 Tahun Indonesia Merdeka”, mahar yang sediakan berupa Bendera Merah Putih dan teks proklamasi.

"Itulah sebabnya kami pakai Bendera Merah Putih dan teks proklamasi sebagai mahar. Ini untuk menanamkan rasa kebangsaan yang dirasakan mulai berkurang akhir-akhir ini," kata Eko, disela-sela kegiatan.

Ketua IKA UM Magelang, Isa Ashari, menambahkan, akad nikah dikemas dengan unik agar berkesan.

Jumlah peserta sengaja berjumlah 17 pasangan sesuai dengan tanggal hari Kemerdekaan RI. Peserta kegiatan bertajuk "Nikah Bareng Agustusan" ini berasal dari Magelang, Sragen, Yogyakarta, Semarang, dan Kalimantan.

"Selama ini belum ada cara nikah dengan konsep seperti ini, agar menarik, misal di masjid atau KUA itu sudah biasa. Karena selain berkesan, juga agar pesan kami sampai ke masyarakat," ungkap Isa, yang merupakan Asisten Administrasi Setda Kota Magelang itu.

Pesan yang dimaksud, menurut Isa, adalah pesan tentang fenomena yang memprihatinkan di kalangan generasi muda belakangan ini, seperti maraknya budaya atau gaya hidup bebas tanpa ikatan sah, praktik prostitusi dan penyakit masyarakat lainnya. 

https://regional.kompas.com/read/2019/08/06/16573611/3-pasangan-ini-nikah-sambil-panjat-tebing-maharnya-bendera-dan-teks

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke