Salin Artikel

Pasca-gempa Magnitudo 7,2 di Halmahera Selatan, 13 Meninggal hingga 26 Sekolah Rusak

KOMPAS.com - Pasca gempa bermagnitudo 7,2, Kepala Pos Komando Penanganan Gempa Halmahera Selatan Helmi Surya Botutihe, mengatakan, sejauh ini data untuk korban meningal dunia adalah 13 orang.

Sementara itu, belasan rumah di Desa Doro, Kecamatan Gane Barat, terendam banjir usai hujan deras mengguyur desa tersebut. Dari pantauan petugas, banjir setinggi lutut orang dewasa merendam 12 rumah.

Selain itu, para nelayan masih enggan untuk melaut karena masih trauma. Para nelayan tersebut masih bertahan di tenda pengungsian.

Berikut ini fakta lengkapnya:

Korban meninggal yang terakhir didata oleh petugas adalah Samiun Hadi (45) asal Desa Cango, Kecamatan Gane Barat.

"Korban meninggal pada hari Selasa (23/7/2019) karena sakit TBC," kata Sekretaris Desa Cango, Bahri Rasyid kepada Kompas.com, Kamis (25/07/2019).

Sementara itu, menurut Helmi, data para korban luka yang tercatat oleh Pos Komando Penanganan Gempa Halmahera Selatan, adalah 34 luka berat dan 95 orang luka ringan.

"Untuk luka berat dan ringan sudah kita tangani, ada sebagian luka berat yang dirujuk ke RSUD Labuha, ada juga dua orang yang dirujuk ke luar Halmahera Selatan," kata Helmi.

Hingga Sabtu (20/07/2019), aktifitas sekolah mulai dari SD, SMP hingga SMU belum berjalan dengan normal.

Sebagian besar siswa enggan bersekolah karena masih takut akan adanya gempa susulan.

"Masih takut," kata Faruk, ketika ditemui di lokasi pengungsian Desa Balitata, Kecamatan Gane Barat, Sabtu (20/07/2019).

Tak hanya siswa, sejumlah guru pun kabarnya belum berani masuk ke sekolah karena masih ada di lokasi pengungsian.

"Guru belum ada," kata siswa SMP 103 Kabupaten Halmahera Selatan itu.

Pasca-gempa, 26 bangunan sekolah mengalami kerusakan. Dari 26 sekolah tersebut terdiri dari sekolah dasar (SD) 19 unit dan SMP sebanyak 7 unit. Sekolah yang rusak tersebut tersebut tersebar di 21 desa di 5 kecamatan.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan, Nurlela Muhammad ketika dihubungi Kompas.com mengatakan, untuk saat ini belum dapat dikategorikan mana sekolah yang mengalami rusak ringan, sedang dan berat karena masih butuh kajian.

"Itu nanti ada tim tehnik yang akan melakukan menghitung itu, mengklasifikasikan mana rusak ringan dan berat, dan besok itu akan dimulai," kata Nurlela ketika dihubungi via telepon, Senin (22/07/2019).

Para nelayan di beberapa desa di Halmahera Selatan pun masih trauma melaut. Mereka pun memilih untuk bertahan di tenda pengungsian.

"Sudah sekitar satu minggu ini, sejak gempa, (nelayan) belum melaut karena takut gempa," kata Usman, salah nelayan di Desa Saketa, Kecamatan Gane Barat, Rabu (24/07/2019).

Seluruh nelayan yang punya kapal Pajeko di Desa Saketa sejauh ini belum berani melaut, sampai menunggu betul-betul tidak ada lagi gempa susulan.
"Pajeko itu sudah hampir seminggu ini ada di situ, tunggu sampai tidak ada gempa," kata Usman lagi.

Tidak adanya nelayan yang melaut, membuat harga ikan di Saketa melambung tiga kali lipat. Kondisi ini sangat dirasakan masyarakat karena sudah terbiasa dengan harga ikan murah.

Sebanyak 12 rumah Desa Doro terendam banjir pada hari Selasa (23/7/2019). Desa Doro merupakan salah satu desa yang terkena dampak bencana gempa bumi bermagnitudo 7,2 pada Minggu, 14 Juli 2019 lalu.

Banjir yang dari pukul 13.00 Wit tersebut merendam rumah warga dengan ketinggian air setinggi lutut orang dewasa.

"Ketinggiannya sekitar 50 centimeter," kata Kepala Desa Mustafa Din kepada Kompas.com.

Banjir tersebut karena intensitas curah hujan tinggi yang mengguyur Kecamatan Gane Barat dari pagi hingga sore.

Sumber: KOMPAS.com (Fatimah Yamin)

https://regional.kompas.com/read/2019/07/26/16410061/pasca-gempa-magnitudo-7-2-di-halmahera-selatan-13-meninggal-hingga-26

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke