Salin Artikel

Kronologi Oknum Polisi Diduga Aniaya Bocah 9 Tahun, Emosi karena Anak Dipukul hingga Dilerai Ustazah

Kronologi penganiayaan berawal saat JAM mendapatkan laporan dari putrinya, AI (9) yang mengaku dipukul oleh DI, teman sekelasya.

Saat kejadian, korban DI diseret dari dalam kelas saat pelajaran tengah berlangsung.  Bahkan, JAM sempat mengangkat leher DI sambil berteriak-teriak di TPA, Rabu (17/7/2019) lalu.

"Mana ayah kamu! Mana ayah kamu!" ujar Ustazah Helni salah satu guru TPA menirukan perkataan JAM, oknum anggota Polres Basel saat mengangkat leher DI.

JAM sempat  menyeret tubuh DI hingga keluar kelas.

DI dan dan AI tercatat sebagai pelajar TPA Al Istiqomah di kawasan Perumnas guru AMD Toboali, Bangka Selatan,

Kejadian tersebut membuat rekan serta ustazah di TPA Al Istiqomah histeris. Mereka berupaya melerai dan merebut DI dari tangan oknum polisi tersebut.

Amarah JAM baru berhenti setelah  beberapa guru mendatanginya di parkiran

Helni mengatakan penganiayaan terjadi saat dia mengajar sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu ia juga sempat menegur DI (9) yang memukul temannya AI (9).

"DI sempat saya marahi karena mengganggu Ai. Ai nangis, ternyata dia menelpon orangtuanya dari jam yang dipakainya. Tak berapa lama, ayah Ai datang dan menganiaya DI," ujar Helni, Minggu (21/7/2019).

Tak berapa lama, sang ayah yang diketahui berdinas di Polsek Airgegas datang langsung mencari dan menganiaya DI.

"Saat itu saya dan ustazah Anjar sedang mengajar. Tiba tiba Jam datang dan langsung mengangkat leher Di. Di, terus dipegang lalu diseret sampai keluar kelas. Karena gerakannya cepat jadi kami guru hanya bisa berteriak minta tolong saja," ujar Helni sambil mempraktikkan penganiayaan kepada DI.

Setelah dilerai, JAM kepada para guru TPA mengaku khilaf.

Bahkan, oknum polisi yang berdinas di Polsek Airgegas tersebut sempat kembali menyambangi dan meminta maaf kepada DI.

Namun menurut Eva, DI menolak permintaan maaf JAM dan DI menangis karena ketakutan di pelukan gurunya.

"Dia (JAM) sempat bilang saya khilaf, saya khilaf, dan dia juga sempat meminta maaf kepada anak itu (DI). Cuma mungkin karena takut tadi, jadi DI tetap di pelukan gurunya," bebernya.

Pasca-penganiayaan itu, bocah SD di Tobali, Bangka Selatan menolak bertemu dengan orang baru dan lebih memilih bermain di dalm rumah.

Saat dikunjungi di kediamannya, Minggu (21/7/2019) siang, DI enggan berinteraksi dengan siapa pun.

Bocah sembilan tahun tersebut baru bersedia keluar rumah dan menemui sejumlah tamu yang bertandang ke kediamannya setelah di bujuk dan didampingi sang ayah, Candra Saputra.

 Candra mengatakan perubahan perilaku anaknya terjadi setelah ia menjadi korban dugaan pemukulan yang dilakukan oknum anggota Polres Bangka Selatan. Bahkan, pasca-kejadian, DI pun enggan di peluk sang ayah.

"Sekarang dia (DI) memilih-milih kalau ketemu orang. Bahkan usai penganiayaan itu dia saya pegang saja tidak mau, saking trauma dan ketakutannya. Pokoknya meluk guru TPA nya terus," ujar Candra menceritakan kronologis penganiaayan yang menimpa putranya, Minggu (21/7/2019)

Kepada ayahnya, DI  mengaku bercanda dan sempat memukul dada AI (9) putri dari JAM , rekan satu kelas di TPA Al Istiqomah.

Dia tidak mengira candaannya tersebut mengundang kemarahan JAM, ayah AI.

"Memang ada saya pukul dua kali di dadanya," ujar Di, seraya memperagakan pukulan yang dilakukannya terhadap Ai.

KAPOLRES Bangka Selatan, AKBP Aris Sulistyono, membenarkan adanya kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan personilnya terhadap DI.

Dirinya telah meminta Propam Polres menindaklanjuti kasus tersebut sesuai aturan di kepolisian.

"Saya sudah intruksikan propam untuk menindaklanjuti kasus itu sesuai aturan yang berlaku.

Semoga dapat diselesaikan dengan baik dan profesional," katanya, ketika dihubungi Minggu (21/7).

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Bocah SD Trauma Diseret Oknum Polisi, Korban Terlibat Berselisih dengan Anak Pelaku di TPA,

https://regional.kompas.com/read/2019/07/23/13153841/kronologi-oknum-polisi-diduga-aniaya-bocah-9-tahun-emosi-karena-anak-dipukul

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke