Salin Artikel

Surat untuk Presiden Trump dari Anak-anak Surabaya: Jangan Kirim Sampah ke Indonesia

Mereka meminta Pemerintah Amerika Serikat untuk menghentikan ekspor sampah ke Indonesia, terutama di Jawa Timur.

Dalam aksi tersebut, terdapat dua anak-anak yang menuliskan surat untuk Presiden AS Donald Trump. Mereka tidak ingin sampah plastik dari Amerika dikirim ke Indonesia. Surat tersebut selanjutnya diberikan kepada Konjen AS di Surabaya.

"Kepada Presiden Trump, jangan mengirim sampah ke Indonesia. Kenapa kita harus terkena dampak sampah mereka, seharusnya mereka mengurus sampah mereka sendiri," kata Esnina Azzahra Kirani (12), membacakan isi surat yang ditujukan untuk Donald Trump.

Menurut dia, Indonesia saat ini darurat sampah impor. Ia tidak ingin Indonesia disesaki dengan sampah-sampah plastik dari Amerika.

"Harusnya mereka (Amerika Serikat) ikut membantu, bukan menambahi sampah," kata anak lainnya, Hera Zaki (11).

Selain menuliskan surat untuk Trump, dalam aksi tersebut para pengunjuk rasa juga menunjukkan sampah plastik dan sampah rumah tangga yang didapat dari pabrik pengimpor sampah dari Amerika.

Sampah tersebut di antaranya sampah elektronik, botol minuman bekas, hingga pakaian dalam. Bahkan, para pengunjuk rasa juga membawa patung ikan bersisik sampah.

Sampah itu juga terlihat di dalam perut ikan sebagai simbol bahwa ikan-ikan juga terkontaminasi sampah plastik dan mikro plastik.

"Tolong Konjen AS, Pemerintah AS, untuk tidak mengekspor sampah ke Indonesia. Amerika ini paling banyak mengirim sampah ke Indonesia," kata koordinator aksi, Prigi Arisandi.

Menurut dia, pada tahun 2015 ada 170.000 ton sampah yang dikirim ke Indonesia. Terlebih, banyak sampah yang tidak disortir masuk ke Indonesia, dan sampah-sampah tersebut tercampur plastik.

"Sebenarnya kita tidak masalah ekspor waste paper. Kita memang membeli kertas untuk bahan baku pabrik kertas kita, cuma masalahnya itu dicampuri plastik," ujar dia.

Ia menyampaikan, sampah plastik boleh masuk ke Indonesia, tapi plastik jenis industri. Bukan sampah domestik atau sampah rumah tangga.

Pasalnya, sampah domestik tersebut terdapat 60 persen plastik yang bisa didaur ulang, 30 persen plastik dapat dibakar, kemudian 10 persen mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

Selain memiliki dampak lingkungan di udara, ikan-ikan di Sungai Brantas juga terkontaminasi sampah plastik dan memengaruhi kualitas air.

"Makanya kita minta jangan lagi mengekspor sampah rumah tangga ke indonesia. Jadi boleh plastik masuk, tapi plastik jenis industri. Bukan sampah rumah tangga," kata dia.

"Itu yang kita dorong ke Pemerintah Amerika untuk tidak lagi mengirim sampah. Karena Indonesia bukan tempat sampah," ujar Prigi.

Sebelumnya diberitakan, Indonesia dilaporkan sudah mengirim lima kontainer sampah ke Amerika Serikat ( AS) dengan pejabat setempat menegaskan, mereka tidak akan jadi "tempat pembuangan".

Menurut dokumen bea cukai, kontainer itu seharusnya hanya mengangkut skrap kertas. Namun di dalamnya, ditemukan sampah seperti botol plastik hingga popok.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun dan Berbahaya KLHK Sayid Muhadhar berkata, temuan itu sangat tidak pantas.

"Kami tidak ingin menjadi tempat pembuangan sampah," tegas Sayid sebagaimana diberitakan AFP Sabtu (15/6/2019).

Tidak dijelaskan dari mana asal sampah itu. Namun, kelima kontainer itu merupakan milik perusahaan asal Kanada di mana Sayid menjelaskan mereka dikapalkan dari Seattle ke Surabaya akhir Maret lalu.

https://regional.kompas.com/read/2019/07/14/13051571/surat-untuk-presiden-trump-dari-anak-anak-surabaya-jangan-kirim-sampah-ke

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke