Salin Artikel

Lika-liku Perjalanan Anak Penjahit Diterima di UGM dan Sosok Ibu yang Memotivasi

Apa yang diraih pria kelahiran Padang, 24 Februari 2001 ini tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Di tengah memfokuskan diri belajar untuk ujian akhir, Rinaldi dan keluarga harus melepas orang yang dia sayangi. 

Tepat di tanggal 30 Desember 2018, ayah Rinaldi, Rohdiyan meninggal dunia karena sakit.

"Kaget dan syok, papa pergi tanpa ada tanda-tanda," ujar Rinaldi Febrian dalam keterangan resmi Humas UGM, Rabu (26/06/2019)

Kehilangan

Kepergian ayahnya menyisakan duka mendalam bagi Rinaldi, ibunya, Laela Fitri Delli, dan kakaknya, Raftriamsyah.

Bagimana tidak, Rohdiyan, adalah sosok orangtua yang selalu dekat dengan anak-anaknya. Rasa kehilangan itu, membuat Rinaldi sempat tak fokus untuk belajar mempersiapkan ujian nasional.

Terkadang, Renaldi mendapat teguran dari gurunya karena sering melamun di kelas.

"Tidak fokus belajar, sehari hingga dua hari kadang melamun di sekolah, kadang sampai ditegur sama guru," ucapnya.

Bersama ayahnya, Rinaldi sering berbincang-bincang soal kelanjutan studinya setelah lulus SMA nantinya.

Rinaldi teringat ketika berbincang-bincang, menyampaikan kepada ayahnya jika ingin melanjutkan studinya di luar Pekanbaru.

Saat itu ayahnya sangat mengkhawatirkan soal biaya ketika Rinaldi kuliah di luar Pekanbaru. Sebab biaya yang dikeluarkan tentu tidaklah sedikit.

Tak hanya itu, soal pilihan jurusan, Rinaldi meski di IPA berkeinginan melanjutkan di manajemen, sedangkan ayahnya berkehendak untuk memilih teknik karena banyak diperlukan untuk saat-saat ini.

"Saya sebenarnya pingin ke manajemen setelah lulus, tapi jalan tengahnya akhirnya pilih teknik industri karena di situ kata orang ada ilmu manajemennya," urainya

Sosok ibu

Pria yang tinggal di Gang Kenanga Nomor 13, Kelurahan Sialang Sakti, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekan Baru ini mengaku yang menguatkan dirinya sepeninggal ayah, adalah ibunya, Laela Fitri Delli.

Ia selalu tanamkan dalam hati bahwa masih ada ibu sehingga menguatkan dirinya untuk terus berjuang melanjutkan hidup.

Diceritakanya dulu ayahnya bekerja sebagai distributor rokok lokal. Penghasilan dari pekerjaan itu pun tidak besar. Meski begitu, ia tidak pernah mengeluh, sebab sudah terbiasa hidup sederhana.

Sepeninggal ayahnya, Rinaldi sekeluarga hanya mengandalkan penghasilan dari ibunya sebagai buruh masak dan menjahit. Meskipun dari pekerjaan tersebut tidak selalu ada di setiap harinya.

Menjual bakwan

Setiap hari Rinaldi membawa bakwan buatan ibunya ke sekolah untuk dijual. Tanpa malu-malu melakukan itu demi mendapatkan uang.

Dari situlah banyak orang kemudian tahu olahan masakan ibunya. Hingga saat ada rapat-rapat guru di SMA Negeri 8 Pekanbaru, selalu memesan makanan ringan ke ibunya.

"Kata teman-teman masakan ibu enak dan saya biasa bawa 40 bakwan setiap harinya ke sekolah untuk ditaruh di belakang kelas. Siapa yang ngambil ninggalin uang Rp 1.000, kadang guru-guru juga," ucapnya.

Tak ada jurus khusus agar diterima di UGM

Rinaldi merasa bersyukur diterima di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik UGM. Bisa kuliah di UGM merupakan pilihan pertama dan impianya.

Rinaldi mengaku tidak memiliki jurus khusus hingga bisa lolos dari seleksi jalur SNMPTN.

Selama ini, Ia tidak pernah menunda tugas-tugas sekolah. Ia juga berusaha untuk tepat waktu dalam segala hal, termasuk dalam belajar.

Di sekolah, dua menit sebelum bel Rinaldi sudah ke ruang majelis guru. Ia menunggu agar guru yang mengajar tidak terlambat ke kelas.

Kalau guru tidak segera masuk, Rinaldi akan memanggil guru untuk segera ke kelas. Hal itu ia lakukan agar tidak tertinggal pelajaran dengan kelas lain.

"Semua guru yang mengajar di kelas saya itu selalu tepat waktu. Seandainya guru terpaksa terlambat saya usahakan belajar sendiri," ujarnya.

Rinaldi menuturkan, semua buku pelajaran ia dapatkan dari sekolahan. Buku-buku tambahan ia dapatkan gratis dari pemberian guru.

Sampai saat ini Rinaldi tidak tahu darimana sumber dana untuk kuliah di Yogyakarta. Namun, Rinaldi mantap untuk terus kuliah di UGM.

Ia selalu menenangkan kekhawatiran ibunya soal biaya dan memastikan jika tidak akan merepotkan ibunya soal biaya.

"Jangan takut kalau saya ke Jogja, diusahakan tidak keluar uang mama sedikit pun. Pokoknya jangan dipikirkan biaya," ucapnya

Ia selalu teringat nasihat ayahnya untuk selalu berpandai-pandai dalam mengelola uang dan jangan melupakan shalat serta berdoa.

Rinaldi pun kini terus berdoa dan berharap agar beasiswa yang ia ajukan dikabulkan, sehingga bisa melanjutkan kuliah di UGM tanpa harus membebani orangtuanya.

https://regional.kompas.com/read/2019/06/27/09254601/lika-liku-perjalanan-anak-penjahit-diterima-di-ugm-dan-sosok-ibu-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke