Salin Artikel

Merajut Kembali Asa di Pasar Kosambi...

Ada pula yang tengah memasang tenda, istirahat, atau hanya sekadar mengobrol. Ia sendiri duduk di kursi yang berhadapan dengan meja yang sama, pemberian dari PD Pasar Kota Bandung.

Berbeda dengan meja yang lainnya, meja miliknya sudah terisi barang dagangan. Berupa sandal beragam ukuran dan model untuk anak kecil hingga orang dewasa.

Ia kemudian menghela nafas dan sedikit berpaling ke lantai basement yang hangus dilalap si jago merah, Sabtu (18/5/2019).

“Kami semua sedang berusaha bangkit teh,” ujar Yanti kepada Kompas.com di Pasar Kosambi Bandung, Rabu (29/5/2019).

Masih lekat dalam ingatannya, saat melihat kiosnya hangus terbakar. Badannya lunglai dan ambruk. Tulang-tulangnya seolah tak mampu menahan tubuhnya untuk berdiri tegak.

Sumber penghasilannya selama ini hilang begitu saja. Ia berduka berhari-hari. Kemudian ia ikhlaskan semua dan menganggap musibah tersebut sebagai penggugur dosa yang mungkin ia lakukan secara tidak terasa.

Ia kini memulai kembali lembaran baru. Menguras sisa tabungan Rp 10 juta untuk modal berjualan. Ia pun terus menyemangati diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya bahwa semua akan baik-baik saja.

“Lumayan, di hari pertama jualan, dapat Rp 300.000,” ucap ibu dari satu anak tersebut.

Dibanding Ramadan tahun lalu, jumlah itu jauh di bawah. Biasanya saat Ramadan, ia bisa mengantongi Rp 3 juta-4 juta per hari.

Namun ia tidak ingin berputus asa. Buatnya, hasil Rp 300.000 adalah berkah di hari pertamanya jualan.

Apalagi belum semua warga tahu pedagang Pasar Kosambi kembali berjualan. Jadi wajar kalau jumlah pembeli belum normal.

“Mejanya dari PD Pasar, gratis. Tapi untuk tenda pedagang harus bayar Rp 1,3 juta,” ujar Fitri.

Fitri mengaku beberapa pedagang mengalami kesulitan untuk membeli tenda tersebut. Sebab pedagang tidak memiliki uang sebesar itu. Pedagang pun meminta harga menjadi Rp 1 juta.

Begitupun dengan meja. Banyak pedagang yang protes dengan ukuran meja. Sebab meja limpahan dari Pasar Sederhana tersebut lebih cocok untuk kantoran.

Namun mereka tidak bisa menolak daripada tidak ada meja sedikitpun. Jadi, pedagang mulai membenahi meja dan tempat dagang agar bisa segera jualan dan memanfaatkan momen Lebaran.

Ke depan, sambung Fitri, pemerintah berkomitmen untuk memperbaiki Pasar Kosambi yang terbakar. Namun belum ada kejelaskan waktu maupun bagian mana yang akan diperbaiki.

“Harus dilihat dulu konstruksinya. Mudah-mudahan perbaikannya tidak menghabiskan waktu lama,” tuturnya.

Fitri yang sehari-hari berjualan sosis dan olahan daging tersebut bercerita, kebakaran tersebut sangat memukul dirinya dan pedagang lain.

Apalagi waktunya beriringan dengan Lebaran dan tahun ajaran baru. Bahkan tahun ini, anak keduanya masuk perguruan tinggi.

“Anak saya bilang ga apa-apa enggak usah kuliah dulu saja. Tapi mana saya tega. Saya bilang, kalau keterima di negeri tetap kuliah, uangnya nanti dicari,” ucapnya.

Namun jika tidak diterima di negeri, ia akan mengikuti rencana sang anak untuk bekerja dulu selama setahun. Baru tahun depan, ia akan melanjutkan ke perguruan tinggi.

“Semester depan ini, anak yang paling besar bayar semesteran di Telkom University, anak satunya lagi mau masuk kuliah,” tambahnya.

Untuk itu, ia bersama suaminya sepakat untuk pasrahkan semua pada Allah dan kembali berjualan dengan semangat demi kehidupan di depan yang lebih baik.

Pantauan Kompas.com, pedagang masih berbenah. Mereka menyesuaikan ukuran meja dengan keinginannya dan memasang tenda. Setelah selesai, satu per satu pedagang mulai berjualan.

Ada pula pedagang yang memanfaatkan trotoar jalan untuk jualan sementara waktu hingga meja selesai dibenahi.

Namun untuk pedagang bermodal besar yang membutuhkan lahan besar pula, ada yang pindah ke sebrang Pasar Kosambi. Pedagang tersebut menyewa toko untuk sementara waktu.

https://regional.kompas.com/read/2019/05/29/11304171/merajut-kembali-asa-di-pasar-kosambi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke