Salin Artikel

Kisah Sarkoem, Puluhan Tahun Abadikan Perkembangan Kota Lewat Foto

Pemilik rumah, Sarkoem Darmo Winoto (79) terlihat tertatih menemui Kompas.com yang bertamu pada Sabtu sore. Setahun terakhir, dia mengaku dalam perawatan pasca terkena stroke ringan.

“Mungkin Bapak agak susah bicara pascastroke,” ujar Sri Rahayu, salah satu putri Mbah Sarkoem yang ikut menamani Kompas.com, Sabtu (4/5/2019).

Meski telah berusia 79 tahun dan menderita stroke, namun ingatan pria yang suka fotografi tersebut masih sangat kuat mengidentifiasi setiap lembar foto tua yang ditunjukkan kepada Kompas.com dari koleksi miliknya.

Sarkoem adalah salah satu kontraktor yang membangun sejumlah proyek besar di Kabupaten Magetan sejak tahun 1958. Saat itu, dirinya lulus dari Sekolah Teknik (ST), sekolah setingkat SMP jurusan bangunan di tahun yang sama.

Pada saat itu, salah satu kontraktor yang mengerjakan pembanguan gudang penyimpanan peluru di Desa Durenan membutuhkan pekerja yang memahami ilmu pertukangan.

Dari 5 temannya yang baru saja lulus Sekolah Teknik (ST) Magetan, kebetulan hanya Sarkoem yang lulusan jurusan bangunan.

Sejak ikut menangani pembangunan gudang peluru tersebut, Sarkoem disibukkan dengan sejumlah proyek pembangunan jalan, jembatan, gedung, serta monumen lainnya di Kabupaten Magetan.

“Rencana melanjutkan ke Sekolah Tekhnik Mesin (STM) akhirnya tidak kesampaian, karena sekolahnya ada di Malang sementara pekerjaan terus berdatangan nggak berhenti,” kata Mbah Sarkoem.

Pak Noto adalah kontraktor yang berjasa mengenalkan Sarkoem pada dunia konstruksi meski hanya lulusan ST. Melalui didikan Noto lah Sarkoem memahami pentingnya menjaga kualitas pekerjaan untuk a meraih kepercayan penguna jasa konstruksi.

Salah satu bukti kualitas pekerjaan Sarkoem adalah Jembatan Bancalono, sebuah jembatan yang menghubungkan Provinsi Jawa Timur dengan Povinsi Jawa Tengah di kaki Gunung Lawu.

Mesti dikerjakan tahun 1973, namun sampai saat ini jembatan tersebut masih difungsikan dan belum mengalami rehabilitasi. Padahal, jembatan tersebut berada pada salah satu jalur tersulit di Jalan raya Sarangan.

Untuk mengerjakan jembatan tersebut, Sarkoem membutuhkan waktu hingga 6 bulan karena kondisi jalan menuju lokasi yang cukup curam.

“Jalannya susah, dulu kan di tengah hutan. Karena jauh, pekerja menginap di lokasi pekerjaan. Karena berada di ketinggian, pekerja tidurnya di parit, lebih hangat,” kenang Sarkoem.

Masih minimnya peralatan berat di awal tahun 1990-an juga membuat sebuah proyek membutuhkan teknik dan kesabaran yang tinggi untuk menyelesaikan.

Salah satu proyek yang sulit tersebut adalah pengerjaan Jembatan Gandong III. Sarkoem butuh waktu hingga 3 tahun untuk menyelesaikan tahap dasar pembangunan Jembatan Gandong III.

Dasar Sungai Gandong yang terdiri dari batu granit membutuhkan kesabaran yang cukup tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan.

“Karena peralatannya masih manual jaman dahulu, untuk menyelesaikan pembangunan dasar Kali Gandong modalnya sabar, sedikit demi sedikit. Makanya butuh waktu sampai 3 tahun,” katanya.

Fotografi untuk abadikan perkembangan proyek

Yang membedakan Mbah Sarkoem dengan kontraktor lainnya adalah ketekunannya mengabadikan perkembangan setiap proyek yang dikerjakan.

Di sejumlah lemari di rumahnya yang juga merupakan ruang kerja dan kantor CV Rahayu Mulya, tersusun ribuan foto perkembangan proyek yang selama ini dikerjakannya dalam album foto yang dijajar rapi.

“Bapak itu pasti mengabadikan proses sebelum dibongkar sampai setelah proyek yang dikerjakan, diresmikan. Itu kebiasaan dari dulu. Bahkan kami kecil pun dokumentasi Bapak itu lengkap,” kata Sri Rahayu.

Bukan perkara mudah untuk mengabadikan momen di awal tahun 1960-an, mengingat selain masih langka peralatan kamera, juga butuh waktu untuk sekedar mencetak hasil jepretan foto.

Untuk mencetak hasil foto, Sarkoem harus ke Kota Madiun karena pada saat itu di Magetan belum ada studio foto.

“Biasanya Bapak itu kalau nyuci dan nyetak foto itu 2 rol sekaligus ke Madiun. Nunggunya sampai 2 minggu baru jadi fotonya,” kenang Sri Rahayu.

Sarkoem mengaku memahami seni fotografi belajar langsung dari penjual kamera di Madiun yang juga tempat lagganan dia mencetak foto.

Hingga saat ini, 3 kamera milik Sarkoem masing masing Canon, Yashica FX-3 dan Ricoh XR-500 masih terawat dengan baik tersimpan di antara ratusan album foto.

Hadiri konferensi di Hongkong dan jadi ketua Gapensi

Mampu menjaga kualitas pekerjaan membuat Sarkoem dipercaya oleh pemerintah Kabupaten Magetan mengerjakan sejumlah mega proyek pembangunan infrastruktur.

Salah satu megaproyek yang dikerjakan Sarkoem adalah pembangunan talut sekeliling telaga Sarangan yang dikerjakan pada tahun 1974.

Pembangunan ikon Kabupaten Magetan tersebut dikerjakan selama 4 tahun. Dan sampai saat ini, talut yang mengelilingi telaga Sarangan tersebut masih dalam kondisi bagus.

Proyek infrastruktur hasil karya Sarkoem lainnya yang masih bisa dinikmati warga Kabupaten Magetan adalah monuman Gubernur Soeryo yang berada di perempatan Alun-alun Magetan.

Monumen yang memajang patung Bupati Magetan yang menjadi korban kebiadaban PKI tersebut dikerjakan Sarkoem pada tahun 1973.

“Kalau pematungnya dulu itu dari Yogyakarta,” ingatnya.

Selain itu, proyek pembangunan gedung Ki Mageti yang saat ini masih difungsikan sebagai Kantor Bupati Magetan juga merupakan hasil karya Sarkoem.

Prestasinya di bidang konstruksi mengantarkannya mengikuti perhelatan Konferensi Konstruksi tingkat Asia Afrika di Hongkong yang dilaksanakan pada tahun 1976.

Ketekunannya di dunia konstruksi juga mengantarkan Sarkoem dipercaya untuk menjabat sebagai Ketua Gapensi yang dibentuknya pada awal tahun 1980-an.

Meski hanya tamatan ST, namun Sarkoem dipercaya menjabat Ketua Gapensi yang memiliki anggota hingga 50 kontraktor tersebut selama 3 tahun.

Sarkoem terakhir mengerjakan mega proyek di Magetan pada tahun 2005 untuk merehab bangunan Pendopo Surya Graha Kabupaten Magetan. Pendopo yang dulunya rendah ditinggikan dengan menambah sejumlah ornamen pada tiang utama bangunan.

Setelah berhasil menyelesaikan rehab bangunan terpenting di Kabupaten Magetan tersebut, Sarkoem memilih pensiun.

Ribuan foto lawas yang berharga

Ketekunan Sakoem mengabadikan proses pengerjaan infrastruktur yang dikerjakan melalui media foto ternyata membawa berkah tersendiri bagi Kabupaten Magetan.

Melalaui hasil bidikan kameranya, generasi muda Kabupaten Magetan saat ini bisa kembali melalui lorong waktu melihat kondisi Kabupaten Magetan di era tahun 1960an.

Ribuan foto yang tersusun berdasarkan waktu pengerjaan infrastruktur yang dikerjakan Sarkoem tersusun rapi dalam lemari dan bufet di rumah yang bergaya arsitektur tahun 1960 an.

Rumah tersebut merupakan hasil dari rancangan dan dibangunnya sendiri. Rumah yang menjadi saksi perjalanan karir Sarkoem saat ini masih menjadi kantor dan tempat tinggal yang tidak banyak mengalami perubahan dari sisi arsitekturnya.

“Kalau dulu kantornya di bagian depan, sekarang dibangun di samping rumah,” ucap Sarkoem.

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Magetan saat ini merupakan pihak yang sangat beruntung bisa menghadirkan perkembangan Kota Magetan melalui hasil karya dari foto foto jadul hasil bidikan Sarkoem.

Arsiparis Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Magetan Ainin Budi Hartanto mengatakan, saat ini pemerintah Kabupaten Magetan sedang mengumpulkan bukti sejarah terkait perkembangan Kabupaten Magetan dari zaman penjajahan hingga perkembangan masa kemerdekaan dan masa pembangunan. 

Koleksi foto-foto lawas Sarkoem menjadi salah satu referensi bagi pemerintah daerah untuk memberikan gambaran kepada masyarakat terkait perkembangan Kabupaten Magetan dari tahun 1960-an hingga tahun 2000-an.

Pemerintah daerah saat ini juga masih melakukan digitalisasi terhadap ribuan koleksi foto foto Sarkoem.

“Untuk pameran pembangunan kemarin, kami juga memamerkan foto-foto hasil karya Mbah Sarkoem,” ujar Ainin.

Sarkoem sendiri tidak menyangka jika hobi yang ditekuni sejak muda tersebut saat ini akan sangat membantu lintas generasi untuk melihat kembali Magetan di era 1960-an. Sarkoem yang menjadi anak yatim sejak kelas 1 dan menjadi anak piatu saat duduk di kelas 6 SD tersebut hanya berpikir bahwa menyelesaikan pembangunan infrastruktur yang dipercayakan kepadanya adalah misi hidupnya.

“Target saya dulu ya bagaimana menyelesaikan proyek yang dipercayakan kepada saya agar bisa selesai. Wong saya hanya tamatan ST, meski begitu saya kan direktur,” ujarnya sambil terseyum.

https://regional.kompas.com/read/2019/05/13/11495531/kisah-sarkoem-puluhan-tahun-abadikan-perkembangan-kota-lewat-foto

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke