Salin Artikel

Tanah Bergerak di Sukabumi Masih Berpotensi Terjadi, Ini Imbauan PVMBG

"Daerah ini masih berpotensi untuk bergerak, terutama longsoran tipe lambat berupa rayapan, retakan, dan amblasan terutama pada waktu terjadi hujan lebat dalam waktu lama," kata Kepala PVMBG Kasbani dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (10/5/2019).

"Permukiman yang terkena dampak gerakan tanah, terutama yang berada pada zona terdampak gerakan tanah, terancam keselamatan jiwa dan harta bendanya," sambung dia.

Sebelumnya, satu tim PVMBG sudah diterjunkan ke lokasi bencana yang mengakibatkan kerusakan pada puluhan rumah, 200 jalan provinsi dan hektaran sawah pada Minggu (28/4/2019) lalu. Hasil peninjauan lapangan, tim PVMBG membawa sejumlah sampel tanah dan bebatuan.

Menurut dia, rekomendasi juga telah diberikan untuk mencegah atau menghindari jatuhnya korban jiwa. Hal ini dilakukan mengingat curah hujan yang masih tinggi dan masih adanya potensi gerakan tanah di lokasi tersebut, terutama berupa retakan aktif di bagian atas jalan provinsi serta di tempat lainnya.

"Merelokasi permukiman penduduk yang berada di daerah terdampak gerakan tanah rayapan berupa retakan, amblasen dan pergeseran tanah serta batuan yang berada pada lereng berkemiringan sedang sampai terjal (kritis)," ujar dia.

Rekomendasi lainnya adalah memperbaiki jalan provinsi dengan konstruksi beton dan membuat pelebaran jalan dengan pemotongan lereng yang mengikuti kaidah keteknikan agar menjauhi lereng terjal.

"Jika gerakan tanah di kawasan jalan terus menerus aktif, maka sebaiknya jalan dipindahkan ke tempat yang lebih aman," kata Kasbani.

Rekomendasi lainnya adalah membuat tembok penahan tanah dan batuan pada tebing pinggir jalan dengan mengikuti kaidah teknik yang sesuai. Pondasi tembok penahan disarankan menembus batuan dasar/keras dan dilengkapi dengan pipa pengering untuk membuang air permukaan.

"Tidak mendirikan bangunan pada lereng atau pada daerah yang dekat dengan tebing, lembah atau alur sungai yang berpotensi terlanda longsor," ujarnya.

Selain itu, PVMBG juga merekomendasikan penataan saluran drainase/selokan di pinggir badan jalan dengan saluran kedap air, langsung dialirkan ke lereng bawah/lembah/arah sungai, dan menghindari genangan air pada daerah datar

Lalu membuat dan mengarahkan air menjauhi retakan, langsung dialirkan ke lereng bawah/ lembah/arah sungai dengan saluran kedap air.

"Pengguna jalan harus waspada bila melalui jalur jalan yang longsor terutama pada saat dan setelah turun hujan," ujar Kasbani.

Rambu peringatan

Kasbani mengingatkan, guna meningkatkan kewaspadaan, maka aparat diharapkan memasang rambu peringatan rawan longsor di wilayah yang berpotensi longsor.

Juga melakukan penghijauan pada kawasan persawahan dengan tanaman tahunan berakar kuat untuk meningkatkan daya dukung tanah di daerah tersebut.

Masyarakat diimbau selalu memantau perkembangan retakan yang ada, dan jika terjadi perkembangan yang cepat, terutama pada tebing yang sudah longsor, segera menjauh dari lokasi gerakan tanah dan melaporkannya kepada instansi berwenang untuk menyampaikan peringatan kepada pengguna jalan/penduduk yang beraktivitas di sekitar bencana.

"Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana akibat gerakan tanah," imbau dia.

Laporan lengkap hasil kajian PVMBG Badan Geologi mengenai bencana tanah bergerak di Jalan Raya Sukabumi-Sagaranten, Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Nyalindung, Sukabumi dapat mengunjungi situs http://pvmbg.bgl.esdm.go.id/index.php/gerakan-tanah/kejadian-gerakan-tanah.

Data BPBD Kabupaten Sukabumi menyebutkan, hingga Minggu (5/5/2019) bencana tanah bergerak melanda RT 01, 02 dan 03 RW 09. Di tiga dusun itu terdapat 129 rumah yang dihuni 161 kepala keluarga (KK) atau 482 jiwa.

Akibat bencana itu, 90 rumah rusak dan 26 hektar sawah terancam. Selain itu, tanah dan jalan provinsi sepanjang 200 meter juga rusak akibat tanah bergerak.

Diberitakan sebelumnya, sedikitnya 40 unit rumah rusak terdampak bencana tanah bergerak di Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat. Sedangkan 115 rumah lainnya dalam kondisi terancam.

Selain itu, tanah bergerak ini mengakibatkan ruas Jalan Sukabumi-Sagaranten di kampung setempat anjlok dan mengancam 26 hektar lahan persawahan.

Gerakan tanah ini mulai dikeluhkan masyarakat sejak sepekan ini setelah hujan deras mengguyur Sukabumi sehari semalam. Hingga Senin (22/4/2019), pergerakan tanah terus dirasakan warga.

https://regional.kompas.com/read/2019/05/10/14331451/tanah-bergerak-di-sukabumi-masih-berpotensi-terjadi-ini-imbauan-pvmbg

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke