Salin Artikel

Kisah Saminem, Pikul Gerobak Jualan Cilok Gantikan Suami yang Stroke

SUKABUMI, KOMPAS.com - Hujan sejak siang masih mengguyur sejumlah daerah di Sukabumi, Jawa Barat, termasuk di Kampung Cikukulu, Desa Cisande, Kecamatan Cicantayan.

Namun hujan tampaknya tidak menjadi halangan bagi Saminem (50) untuk menjalankan kegiatan sehari-harinya.

Istri dari Lili Suhaeli (69) ini setiap sore hingga petang menjajakan jajanan makanan ringan bakso cilok (aci dicolok). 

Ada yang luar biasa.  Dalam menjajakan jajanan berbahan dasar kanji ini, Saminem memikul gerobak ciloknya berkeliling kampung, seperti layaknya kaum pria.

Kegiatan tersebut sudah dilakukannya sekitar enam tahun secara rutin tiap hari.

"Sudah enam tahun," ungkap Saminem saat berbincang dengan Kompas.com di rumahnya yang sederhana di Kampung Cikukulu Dua RT 07 RW 02 Kamis (21/3/2019) petang.

Sebelumnya, jualan bakso cilok keliling perkampungan dilakukan suaminya.

Namun, setelah sang suami mengalami sakit stroke, wanita asal Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menggantikan suaminya berjualan cilok.

"Suami saya sakit stroke, dan tidak bisa kemana-mana. Maka jualannya digantikan sama saya untuk menghidupi keluarga dan anak-anak sekolah," tutur ibu yang memiliki dua anak perempuan itu.

Tidak ada pilihan lain dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Karena yang bisa dilakukan hanya satu-satunya yaitu meneruskan jualan bakso cilok dengan keliling perkampungan

"Memang sebelumnya jualannya sempat mangkal, tapi tidak ramai. Maka akhirnya dijual secara keliling, dan alhamdulilah laris," ujarnya.

"Awalnya terasa berat, setelah dua bulan akhirnya terbiasa jualannya dengan dipikul," sambung dia.

Setiap hari, Saminem berjualan mulai sekitar pukul 16.00 WIB hingga menjelang waktu salat Maghrib. Jarak tempuh yang dilalui sekitar 2 kilometer dengan menyusuri jalan-jalan gang.

Masyarakat kampung setempat sudah terbiasa menyaksikan Mbak (panggilan akrab Sarminem oleh warga) berdagang bakso cilok dengan pikulannya berwarna biru.

Bahkan, setiap sore, banyak warga yang sudah menunggu Saminem lewat untuk membeli jajanannya.

Setiap hari, Saminem membawa sekitar 200 butir bakso cilok .Baso cilok berukuran kecil ia jual Rp 500 per butir sedangkan yang besar Rp 1000. 

"Saya suka beli, karena rasa bakso ciloknya enak. Juga suka ingat sama ibu, makanya suka beli," aku Irma Nuryani (29) selesai membeli bakso cilok Saminem.

Salah seorang tetangga Saminem, Ai Marlina (45) menuturkan sudah rutin membeli bakso cilok yang dijajakan perempuan itu setiap sore menjelang petang untuk anaknya. Karena dia mengaku sudah melihat langsung cara membuatnya.

"Mbak Saminem itu memang pekerja keras dan orangnya baik. Sebelum suaminya sakit stroke, sudah terbiasa bekerja keras seperti bekerja saat panen padi," tutur Ai saat berbincang dengan Kompas.com di depan rumahnya.

Bahkan, suatu ketika, setelah ikut bekerja memanen sayuran, Saminem sempat membagikan sayuran bagiannya kepada beberapa tetangga.

"Saat mau dibayar, Mbak bilang enggak usah ini untuk dibagikan saja," kisah Ai.

Saminem membenarkan sebelum berdagang keliling sempat bekerja serabutan, seperti ikut panen padi dan sayuran

"Kalau ada yang menyuruh ya saya kerjakan. Seperti panen padi," ujar Sarminem.

Berharap gerobak

Suami Saminem, Lili Suhaeli mengaku sedih dan khawatir melihat istrinya berjualan keliling menggantikan dirinya dalam mencari nafkah. Namun mau bagaimana lagi, karena dirinya mengalami sakit stroke.

"Saya sedih melihatnya. Saya juga khawatir, dan juga sering menegur agar jangan menyeberang jalan dan jualannya jangan jauh-jauh," aku Lili dengan ucapannya yang masih terputus-putus.

Dia menuturkan penyakit stroke mulai dialaminya sekitar enam tahun lalu. Bahkan satu bulan pertama sangat kritis. Dua tahun berikutnya kondisinya parah dan saat ini mulai membaik.

Saat awal-awal menderita stroke, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menjadi tanggungan kedua anak dari istri pertama yang meninggal dunia.

Saat ini, dia menuturkan, penyakit yang dialaminya sudah mulai membaik. Namun, kakinya masih belum sembuh sempurna, masih terasa sakit dan pegal serta belum bisa berjalan seperti sebelumnya.

"Sekarang saya sudah bisa membeli bahan-bahan untuk bakso cilok ke pasar. Tapi belum bisa membawa yang berat-berat. Kalau naik angkot saja duduknya harus di depan, karena kalau di belakang takut mengganggu penumpang," katanya lagi.

"Saya ingin cepat sembuh lagi, agar bisa berjualan lagi. Tapi sekarang juga sudah bisa, tapi harus menggunakan gerobak, namun gerobak yang kecil dan ringan dan bisa berjualan gantian sama istri saya," harap Lili yang juga pernah berjualan keliling dengan sistem kredit di wilayah selatan Sukabumi.

https://regional.kompas.com/read/2019/03/22/12542411/kisah-saminem-pikul-gerobak-jualan-cilok-gantikan-suami-yang-stroke

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke